Hati Maria untuk Kaum Puteri Bisu-Tuli di SLB Dena Upakara Wonosobo

0
152 views
Maria, ibu asrama untuk anak dan remaja puteri difabel tuna rungu dan tuna wicara di SLB Dena Upakara Wonosobo. (Titch TV)

SIANG hari itu itu Titch TV tanpa sengaja bertemu dengan Maria Febriana.

Logo SLB Dena Upakara Wonosobo. (PMY)

Di usianya yang masih sangat muda -belum sampai 25 tahun- sudah selama setahun terakhir ini Maria Febriana setiap hari aktif menjalani tugas dan fungsinya sebagai “ibu asrama”.

Untuk kaum difabel bisu-tuli puteri di SLB Dena Upakara Wonosobo, Jateng.

Menurut Maria, sabar dan tekun menemani anak-anak dan remaja puteri difabel bisu dan tuli itu tidak cukup. “Juga harus punya ‘hati’ – kesediaan untuk menemani para anak dan remaja puteri yang tidak punya kemampuan fisik untuk mendengar dan bicara,” ungkap Maria, warga lokal Wonosobo menjawab Titch TV.

Hari Jumat tanggal 15 Maret 2024 pekan lalu, SLB Dena Upakara Wonosobo memperingati HUT-nya yang ke-86. Dilakukan dengan sangat sederhana. Berupa perayaan ekaristi syukur.

Arti nama lembaga

Nama lembaga “Dena Upakara” itu sendiri diusulkan oleh “begawan” ahli satra Jawa Klasik almarhum Romo Prof. Dr. Zoetmulder SJ.

  • Dena berasal dari khasanah kata Jawa Kuno yakni daina atau dena yang berari hina.
  • Upakara juga berasal dari khasana kata Jawa Kuno yang berarti pelihara.

“Karena lembaga pendidikan sekolah luar biasa ini ada di Pulau Jawa, maka Bahasa Jawalah yang digunakan untuk memberi nama sekolah luar biasa ini,” tulis situs resmi SLB Dena Upakara Wonosobo.

“Seusai namanya dan memang sejak semula, para pendiri lembaga ini memang mengarahkan maksud dan sekolah luar biasa ini untuk mengembangkan pendidikan bagi kaum difabel pribumi Indonesia yang di masyarakat sering dianggap hina lantaran kelengkapan kemampuan fisik mereka terbatas. Terutama karena mereka itu cacat tuli dan bisu,” demikian tulis situs resmi SLB Dena Upakara
Wonosobo.

Butuh jiwa dan hati besar

Menyikapi kekhususan SLB Dena Upakara Wonosobo ini, Maria menjelaskan bahwa memang sungguh perlu punya “hati” besar untuk menjaga dan merawati anak dan remaja puteri difabel tuna rungu dan tuna wicara ini.

Sebagai “ibu asrama”, Maria bersama rekan kerja lainnya menjalani hidup kesehariannya praktis selalu “ada-bersama-mereka” di setiap saat dan tempat.

“Kamar tidur kami ya bersama mereka. Ada di ruang bangsal besar. Meski tertidur, ‘matahati’ kami harus selalu terjaga,” ungkap Maria penuh percaya diri.

Kredit: Titch TV (Mathias Hariyadi & Budi Handoyo)

Baca juga: SLB Dena Upakara Wonosobo, Jateng.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here