“Mereka yang tidak mengenalmu apa mungkin memberikan luka sesakit ini? Bukankah orang terdekat bahkan yang tau segala hal tentangmu yang akan lebih mudah melukaimu, menghancurkan segala mimpi indahmu, bahkan membunuhmu sekalipun?”
1 Juni 2024, aku membuka kembali catatan harianku yang dalam satu tahun ini tidak pernah kusentuh. Sedikit menyesal karena buku itu kini sudah usang, tintanya yang sudah luntur karena selalu kubawa dalam tasku dan terakhir terkena hujan saat perpisahan SMA. Kini tulisan-tulisan di buku itu hampir tidak terbaca lagi. Kalimat di atas adalah bagian dari diary-ku semasa duduk di bangku SMA. Aku sangat mengingat kapan aku menuliskan ini dan apa yang menyebabkan kalimat ini ada.
Jika berbicara tentang keluarga, aku bersyukur berada di tengah-tengah keluargaku. Bapak si penasihat terbaik dan Mamak yang memiliki hati yang lembut. Aku memiliki abang yang sangat cerewet. Segala hal tentangku dicampurinya. Dan itu membuat aku sangat membencinya. Tapi itu dulu, sekarang aku sudah mengerti segala perkataan maupun larangannya itu. Si Adek dengan segala kebandalannya yang sekarang akan menginjak bangku SMA. Dan tentang pertemananpun aku bersyukur memiliki beberapa teman dekat saat di kampung. Bahkan mulai dari teman biasa hingga sahabat, aku memilikinya.
Tapi, tidak selamanya aku berada di sana. Perlahan teman-temanku pergi melanjutkan sekolah atau melanjutkan kehidupannya masing-masing. Di tempatku yang sekarang tidak ada seorangpun dari antara mereka semua. Tempat baru dan suasana baru bahkan orang-orang barulah yang kutemui di tempat ini. Jika ada yang bertanya apakah aku nyaman berada di tempat sekarang, jawaban pertamaku tidak. Ya, aku masih belum terbiasa. Karena inilah aku selalu dalam masalah. Aku selalu menganggap orang-orang yang kutemui saat ini adalah orang yang sama.
Kebiasaan burukku yang sering bercerita berlebihan, menceritakan kebahagiaanku ke orang lain, tertawa lepas bahagia dengan orang-orang yang saat ini dekat denganku. Aku pikir dengan berbagi kebehagiaan, orang-orang sekelilingku juga akan merasakan bahagia juga. Namun aku lupa ini bukan lingkunganku yang dulu. Ini adalah tempat baru. Bahkan ada yang menginginkan agar aku menangis atau tertawa sekalipun itu salah di mata mereka yang tidak menyukaiku.
Jumat, 31 Mei 2024. Seorang wanita dewasa menghampiriku melontarkan beberapa kalimat menyakitkan tentang fisik pun tentang hidupku yang membuatku kepikiran hingga detik ini. Itulah risiko jika seseorang mengenalmu lebih dalam. Dia akan tahu kelemahanmu. Dan hal yang sama itu terulang lagi. Kesalahpahaman tentang apapun itu tak seharusnya dia sampaikan secara menyakitkan. Kata demi kata yang sangat terekam jelas dan bagaimana cara dia menyampaikannya, jujur aku tidak menyukainya. Semua tentangku yang tidak disukainya dikeluarkan. Bahkan saat tartawa pun, masih pula salah di matanya.
Banyak rencana yang sudah kususun hari ini, kemana tujuanku dan apa saja yang akan ku lakukan. Mulai dari pagi ke kampus hingga mengunjungi kakakku yang hari ini akan mengikuti ujian seminar proposal. Semuanya tidak jadi, seharian aku mengurung diri dan pikiranku dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan yang seharusnya tidak perlu dipertanyakan. Otakku buntu, aku ingin bercerita tapi kepada siapa? Berbagai alasan kuberikan kepada keluarga yang lain bahwa aku tidak bisa ikut semua kegiatan hari ini..
Aku menangis layaknya seseorang yang benar-benar tidak punya siapa-siapa. Saat itu aku benar-benar lupa bahkan mengabaikan Tuhan. Bukannya berdoa malah menangis yang aku lakukan tanpa ada akhirnya, sampai mataku bengkak dan tubuhku lemas hampir jatuh sakit. Esok pagi, di hari minggu, aku mengambil gadget yang tidak jauh dari tempat tidurku. Jariku dengan enggan membuka aplikasi WhatsApp yang ada di dalamnya dan membaca beberapa pesan yang masuk kemudian beralih ke media sosial lainnya. Jariku seketika berhenti saat membaca story Instagram seseorang yang berisikan:
“Aku tahu siapa yang kuandalkan dan aku yakin Dia berkuasa memeliharaku” (2 Tim1:12) Pernah mendengar pertanyaan seperti ini:
“Memangnya kamu bisa?”
“Kamu yakin?”
“Mau bertahan sampai kapan?”
Lihat dirimu.
Tuhan masih memeliharamu sampai hari ini, bukan?
Apa yang membuatmu harus percaya atas keraguan semacam itu?
Bilang pada mereka yang ragu padamu
“Aku tau siapa yang kuandalkan. Ia akan memeliharaku sampai aku lupa pada rasa takutku sendiri.”
#cmfmandala
“Sudah berapa banyak peristiwa dalam hidupmu yang lupa kamu syukuri
hanya karena ingin terlihat sempurna di depan orang lain?
Agak lain memang, kamu mau menyenangkan orang hanya karena terlalu takut untuk menghadapi kenyataan sebenarnya.
Hidup ini singkat, teman.
Jika orang lain selalu menjadi tolak ukurmu, kamu sudah kalah.”
Beberapa saat aku mencerna kalimat yang dituliskan oleh seorang Pastor tersebut, ya Pastor Angga Usfal. Setelah itu barulah aku sadar betapa bodohnya aku bisa lupa sehebat apa Tuhan menciptakan aku. Hanya karena beberapa kalimat membuatku seperti tidak memiliki iman, menangis tanpa melakukan perubahan. Kembali aku mengingat perkataan seseorang beberapa saat setelah kalimat-kalimat menantang itu kudengar
“Ta, kamu tidak bisa menutup mulut orang-orang. Tapi kamu bisa menutup kedua telingamu untuk tidak mendengarkan mereka.”
Setelah kejadian ini, aku kembali melakukan aktivitasku seperti biasa ke kampus berjumppa dengan mereka yang memandangku sebelah mata. Pesan dari bapak terkadang diam adalah solusi agar tidak menamba masalah. Setidaknya dengan diam dan yang terpenting tidak menaruh dendam dan hati sedikit lebih lega. Namun untuk tidak dendam, sampai saat ini aku masih belajar, berusaha untuk terlihat baik-baik saja dan melihat orang tersebut dengan biasa-biasa saja.
Sekuat apa aku, jika sepenuhnya setiap kejadian dalam hidupku aku tidak mengandalkan Dia? Terkadang aku, kita semua sering lupa bahwa kita punya Tuhan dan doa menjadi tempat terbaik untuk curhat dengan-Nya. Dari banyaknya orang yang tidak suka melihatmu berproses Dia akan selalu berikan seseorang yang akan selalu menyadarkanmu bahwa kamu punya Tuhan yang akan selalu bersamamu. Jiwaku yang saat ini terluka, tetapi di saat yang sama hatiku dikuatkan oleh inspirasi yang muncul dari setiap tulisan Pastor Angga. Bukan kebetulan, saat ini Tuhan mengirimkan Pastor Angga Usfal untuk mengingatkanku makna setiap pengalaman yang terjadi.
Imanku masih lemah, hanya masalah seperti ini saja aku sudah hampir menyerah. Bagaimana jika masalah yang sedikit lebih berat datang kepadaku? Apa aku akan benar-benar menyerah? Semoga melalui cerita ini kita sama-sama bertumbuh dalam iman, menjadikan setiap peristiwa sebagai pelajaran dan semakin menghargai setiap hal yang telah terjadi. Sebagai penutup, aku menuliskan kembali dimana Pastor Angga menyebutku dalam cerita Instagramnya.
Jumat, 21/06/2024
“Di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada”
-Matius 6:21-
Hartamu adalah setiap peristiwa dalam hidupmu, yang untuknya kamu berikan segenap hatimu dan padanya kamu labuhkan seluruh jiwamu.
Hari ini, temukan satu hal paling berhargamu.
Syukuri itu dan berjanjilah bahwa apa pun yang terjadi kamu akan tetap menjaganya dengan seluruh hidupmu.
Tuhan sayang ko!
Tuhan berkati.
#cmfmandala
Okta Pakpahan, Mahasiswi STP Santo Bonaventura Keuskupan Agung Medan
Medan, 22 Juni 2023