Puncta 28.12.21
Pesta Kanak-Kanak Suci, Martir
Matius 2: 13-18
SEBELUM Perang Bharatayuda dimulai, Kurawa dan Pandawa harus mencari tumbal, yakni dua orang yang dengan sukarela mau mati demi kemenangan dalam perang besar. Syarat untuk menjadi tumbal adalah sukarela dan ikhlas, bukan paksaan.
Kurawa diwakili oleh Sengkuni dan Dursasana berkeliling ke seluruh negeri. Tetapi tidak ada yang mau menjadi tumbal mereka.
Mereka menemukan dua kakak beradik, Sarko dan Tarko sedang bertapa di pinggir sungai. Sengkuni punya ide mereka berdua dijadikan tumbal.
Namun kendati diiming-imingi harta tujuh keturunan, Sarko dan Tarko tidak mau. Mereka akhirnya dipaksa dan ditangkap lalu dipenggal kepalanya oleh Dursasana.
Sebelum menemui ajal, mereka bersumpah bahwa Kurawa akan kalah dan musnah oleh para Pandawa.
Para Pandawa tidak perlu mencari tumbal, karena Resi Janadi, Sagotra dan Bambang Irawan menyediakan diri untuk mati demi kemenangan Pandawa.
Mereka ingin membalas budi karena dulu pernah ditolong oleh Pandawa dari cengkeraman Prabu Baka yang jahat.
Herodes merasa diperdaya dan dikhianati oleh para Sarjana dari Timur. Mereka tidak kembali menghadap Herodes, setelah menyembah Raja yang baru lahir di Betlehem.
Kedudukannya terancam dengan lahirnya Raja Bangsa Yahudi. Gila kekuasaan membuat Herodes lupa diri dan gelap mata.
Demi aman dan lestarinya kekuasaan, ia memerintahkan membunuh bayi-bayi yang baru lahir di Betlehem.
Herodes adalah raja yang jahat dan bengis. Ia mengorbankan banyak nyawa bayi yang tidak berdosa hanya karena ambisi pribadi.
Untunglah Yusuf dan Maria adalah orang yang taat pada perintah Tuhan. Dalam mimpi, Yusuf diperintahkan malaikat untuk mengungsi ke Mesir.
Malam itu juga ia membawa Anak dan ibu-Nya ke Mesir. Selamatlah mereka dari kekejaman Herodes.
Hari ini, kita mengenangkan bayi-bayi tak berdosa yang dibunuh menjadi martir. Mereka mati untuk keselamatan Keluarga Kudus.
Mereka menjadi korban demi Kristus. Mereka menjadi tumbal agar Kristus dapat mengalahkan dosa manusia.
Kita diingatkan agar tidak bertindak seperti Herodes. Demi ambisi pribadi tega mengorbankan yang lemah.
Demi kekuasaan tega menginjak-injak dan menyengsarakan orang yang di bawah. Kekuasaan dan harta itu hanya sementara.
Jangan sampai hanya demi meraih kuasa dan harta, kita mengorbankan sesama bahkan kawan karib sendiri.
Kita bisa belajar taat dan rendah hati seperti Yusuf dan Maria. Mereka berani taat dan tekun melaksanakan kehendak Allah, kendati sulit sekalipun, demi keselamatan yang lebih besar.
Pengorbanan kanak-kanak martir yang tidak tahu apa-apa demi terlaksananya rencana Allah pantas kita teladani dan syukuri.
Jalan-jalan ke Gantang di taman doa.
Mengajari anak-anak mengasihi Maria.
Kanak-kanak martir suci tak berdosa,
Ajarilah kami mengerti kehendak Bapa.
Cawas, melayani menjadi abdi….