[media-credit name=”Google” align=”alignright” width=”233″][/media-credit]PENGALAMAN dibebaskan Allah dari rasa skrupel merupakan salah satu pengalaman mistik yang sangat berharga dalam hidup Ignatius.
Pengalaman ini merupakan suatu “hasil” dari sebuah proses yang panjang serta penuh derita dan kesulitan. Ini juga sekaligus merupakan suatu proses yang penuh dengan penemuan baru dan kegembiraan dalam hidupnya.
Proses ini sekaligus merupakan jalan baru dalam seluruh hidup Ignatius. Sebuah jalan hidup yang akan dibagikan kepada orang-orang lain khususnya lewat latihan rohani.
Tritunggal Mahakudus
Selain pengalaman dibebaskan dari skrupel, masih ada beberapa pengalaman mistik lainnya yang dialami Ignatius selama ia tinggal di Manresa. Pengalaman-pengalaman ini di kemudian hari akan sangat mewarnai jalan baru pada tahapan hidup Ignatius berikutnya.
(1). Perjalanan hidup rohani Ignatius membawanya kepada suatu pengalaman otentik mengenai sejarah manusia yang berpusat pada Allah Tritunggal yang Mahakudus.
”Suatu hari ketika ia sedang mendoakan doa ofisi Bunda Maria di tangga biara, ia merasa budinya seperti terangkat; sehinggadia memahami Allah Tritunggal yang Mahakudus itu bagaikan sebuah harmoni musikal dalam wujud tiga buah tuts pada alat musik organ (en figura de tres teclas). ”
”Pengalaman ini disertai dengan begitu banyak air mata dan sedu-sedan sehingga ia tidak bisa menahan diri lagi. Pagi itu, ia mengikuti prosesi yang dimulai dari tempat itu. Dia tidak mampu menahan air matanya sampai saat makan siang. Setelah makan siang, ia tidak dapat menahan diri untuk berbicara mengenai Allah Tritunggal yang Mahakudus dengan menggunakan berbagai macam gambaran; dan (ketika melakukannya) ia diliputi oleh rasa bahagia dan banyak penghiburan, sedemikian rupa sehingga dalam seluruh hidupnya ia memiliki devosi yang begitu besar ketika berdoa kepada Allah Tritunggal yang Mahakudus.”
(2). Ia mulai memahami gambaran tentang Allah Sang pencipta dan cara bagaimana penciptaan itu terjadi.
“Pada suatu ketika ia memahami bagaimana Allah menciptakan dunia. pemahaman ini disertai dengan kegembiraan rohani yang begitu besar.; seakan-akan ia melihat sesuatu berwarna putih yang darinya memancar beberapa sinar, dan dengan sinar itu Allah membuat cahaya. Akan tetapi ia tidak tahu bagaimana menjelaskan hal-hal ini. Ia pun juga tidak ingat dengan baik penerangan-penerangan rohani (spiritual illuminations) yang pada saat itu dituangkan oleh Allah ke dalam jiwanya.”
(3). Inigo mengalami bahwa misteri kehidupan kristiani berpusat pada ekaristi. ”Suatu hari ….ketika ia mengikuti misa di gereja biara, ketika Tubuh Kristus sedang diangkat, ia melihat dengan mata hatinya sesuatu bagaikan sinar putih turun dari atas. Meskipun ia tidak dapat menjelaskan hal ini dengan baik setelah sekian waktu, namun apa yang ia pahami dengan jelas dengan akal-budinya adalah bahwa Yesus hadir dalam wujud Sakramen Mahakudus.”
Per Mariam ad Iesum …
(4). Ia juga mengalami peran penting para “pengantara” hingga ia sampai pada Allah Tritunggal. Para pengantara itu adalah Bunda Maria dan Yesus sendiri:
“Ketika ia sedang berdoa, kerapkali dalam waktu yang lama, ia melihat dengan mata batinnya kemanusiaan Kristus. Bentuknya seperti tubuh berwarna putih, tidak begitu besar dan tidak begitu kecil, namun ia tidak bisa membedakan anggota-anggota tubuh itu. Ia melihatnya beberapa kali di Manresa….
Ia juga melihat Perawan Maria dalam wujud yang serupa, tanpa bisa membedakan dengan jelas anggota-anggota tubuhnya. Semua yang ia lihat ini meneguhkan dirinya serta memberikan peneguhan yang begitu kuat terhadap imannya, sehingga ia mampu berkata terhadap dirinya sendiri: Seandainya tidak ada kitab suci yang mengajarkan perkara-perkara iman ini kepada kita, ia berani mati untuk semuanya itu semata-mata berkat apa yang telah dilihatnya.”
(5) Sangat berbeda dengan apa yang menjadi kebiasaan pada abad sebelumnya, yakni bila seseorang yang mengalami pertobatan akan mendapatkan lingkungan yang baik hanya di dalam biara, tidaklah demikian halnya dengan Ignatius.
Di Manresa ia menjadi sadar bahwa visi kosmisnya harus menemukan sebuah komunitas di dunia. Ignatius juga menyadari bahwa visinya itu cocok dengan rencana Allah dan dapat menjadi sarana untuk mewujudkan rencana Allah tersebut di dunia. Penemuan-penemuan yang ia peroleh di dalam meditasi-meditasi imaginatifnya ternyata memberikan pengertian (knowledge) dan kepastian bagi pemahaman maupun proses belajar kognitifnya. (Bersambung)