“Aku menulis kepadamu, bukan karena kamu tidak mengetahui kebenaran, tetapi justru karena kamu mengetahuinya dan karena kamu juga mengetahui, bahwa tidak ada dusta yang berasal dari kebenaran.” (1 Yoh 2, 21)
BROERY pernah menyanyikan lagu dengan sebagian lirik berikut ini, “Memang kau bukan yang pertama bagiku; pernah satu hati mengisi hidupku dulu; dan kini semua kau katakan padaku huuu; jangan ada dusta di antara kita kasih.”
Lirik lagu yang dinyanyikan oleh Broery mengungkapkan relasi dua kekasih, pria dan wanita. Si pria tidak mau berdusta, maka dia menyatakan kebenaran pengalaman hidup yang pernah terjadi. Wanita tersebut bukanlah pribadi pertama yang mengisi hatinya, karena sebelumnya sudah ada wanita lain yang mengisi hati pria itu.
Tidak mau berdusta artinya tidak mau menyimpan kebohongan atau mengatakan sesuatu yang tidak benar. Tidak mau berdusta artinya mengatakan kenyataan apa adanya, tanpa ditambah atau dikurangi; tanpa dinilai atau ditafsirkan. Tidak berdusta sama dengan menyatakan sesuatu yang benar, maka tidak ada dusta yang berasal dari kebenaran. Tidak berdusta merupakan sikap yang sering tidak mudah untuk dilakukan, karena konsekuensinya bisa terlalu berat.
Orang yang tidak berdusta bisa ditolak atau ditinggalkan oleh kekasihnya; orang yang menyatakan kebenaran harus siap menanggung malu, siap dihina dan diludahi, siap dicaci maki atau didamprat, siap dibenci dan dimusuhi, siap dikutuk atau disumpahserapahi. Ada sekian banyak konsekuensi yang tidak ringan dan tidak mudah dihadapi, kalau orang ingin menyatakan sesuatu yang benar atau tidak berdusta.
Hidup tidak berdusta membutuhkan keberanian dan kesiapsediaan untuk direndahkan serendah-rendahnya. Hidup tidak berdusta mengandaikan keterbukaan orang lain untuk menerima sesama secara utuh dengan kelebihan dan kekurangannya; memerlukan kerahiman orang lain untuk memaafkan dan mengampuni segala salah dan dosanya.
Teman-teman selamat siang dan selamat menikmati akhir tahun. Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)