SEGALA sesuatu memiliki batas. Orang perlu mengenal keterbatasan dirinya dan hidup secara bijaksana. Kebijaksanaan itu tampak antara lain dalam keseimbangan; tidak pernah melampaui batas. Misalnya, orang mengerti kapan bekerja dan kapan beristirahat.
Injil hari ini mengingatkan orang akan hal itu.
Pertama, para murid telah melaksanakan tugas perutusan dengan baik dan melaporkannya kepada Yesus (Markus 6:30). Mereka menunjukkan tanggung jawab terhadap tugas yang Yesus percayakan kepada mereka.
Kedua, Yesus memahami para murid-Nya yang lelah setelah melaksanakan tugasnya. Mereka perlu memulihkan dan mengisi diri. Karena itu, Yesus mengajak mereka pergi ke tempat yang sunyi untuk beristirahat (Markus 6:31).
Pemimpin yang bijaksana mengenal kebutuhan orang yang dipimpinnya dan memenuhi kebutuhan itu. Misalnya, memulihkan diri setelah bekerja keras. Hal itu bisa dilakukan dengan makan bersama atau rekreasi bersama.
Para pekerja perlu mengenal keterbatasan dirinya dan rutin memulihkan dirinya. Ini dimaksudkan agar orang terhindar dari “burnt out” atau kelelahan akibat bekerja.
Apakah tandanya orang yang mengalami “burnt out“?
- Pertama, merasa badannya cepat lelah. Badannya tidak memiliki cukup tenaga lagi untuk bekerja.
- Kedua, orang sulit tidur. Ini perlu diwaspadai, karena orang perlu tidur untuk memulihkan dirinya.
- Ketiga, nafsu makan menurun. Badan dipulihkan dengan mengonsumsi asupan yang bergizi dan bernutrisi.
Orang perlu memulihkan kembali kekuatan jasmani dan rohaninya. Di samping tidur, makan, dan berolahraga, manusia juga perlu menyingkir dan menyendiri dalam doa atau retret. Tidak harus lama. Kadang cukup satu hari.
Sungguh tidak mudah menemukan waktu untuk mengundurkan diri. Sering kali kebutuhan itu begitu banyak. Namun orang perlu mengusahakannya, karena orang bekerja untuk hidup; bukan hidup untuk bekerja. Itulah yang akan membuat hidupnya tetap sehat dan seimbang.
Sabtu, 3 Februari 2024
Alherwanta O.Carm