Hidup di Rantau, Mahasiswa Katolik Keuskupan Sanggau Tetap Aktif di Malang

0
589 views
Para mahasiswa katolik asal Keuskupan Sanggau di Kalbar bereaksi gembira usai berkontribusi dalam koor paroki di Malang pada Misa Kamis Putih April 2017 lalu. (Laurensius Suryono)

WACANA pindahan ibukota negara akhir-akhir ini santer diperbincangkan yakni  pindah dari Jakarta ke suatu daerah di Pulau Kalimantan. Konon katanya, lokasinya ada di Palangkaraya di Provinsi Kalimantan Tengah.  Meski ini belum resmi diputuskan, tapi agaknya arahnya ke sana. Belum ditetapkannya daerah tertentu ini, karena untuk menghindari para spekulan tanah yang ingin mengeruk keuntungan dari kepindahan ibukota negara.

Pemerintah Kota atau Pemerintah Kabupaten yang ada di Kalimantan tentunya menyambut dengan gembira berita ini dan mengharap itu tidak hanya berhenti dalam wacana saja. Sejatinya mereka sudah mempersiapkan kepindahan ibukota negara dengan mendidik dan mengembangkan sumber daya manusia yang ada di daerahnya. Ini agar  andaikata kepindahan ibukota negara ini terlaksana dan menjadi kenyataan, mereka tidak hanya menjadi penonton tetapi dapat berperan serta  ambil bagian dalam pembangunan ibu kota negara, pemerintahan kota maupun pemerintah kabupaten setempat.

Gembira usai Misa Minggu Palma.

Kabupaten Sanggau di Kalbar

Kabupaten Sanggau di Kalimantan Barat sudah lama mempersiapkan sumber daya manusia untuk mengisi pembangunan ini dengan mengirim anak-anak muda belajar ke Pulau Jawa khususnya di Kota Malang. Setiap tahun,  ada sekitar 200-an anak muda hasil seleksi di daerah yang diutus belajar ke Malang dalam berbagai program studi di beberapa universitas.

Di antara mereka ada yang beragama katolik. Karena itu, reksa pastoral atas hidup rohani mereka perlu dijaga agar mereka tetap setia pada iman yang benar, pengharapan yang teguh, dan kasih yang sempurna seperti doa St. Fransiskus dari Salib.

Bergambar bersama Romo Hari O.Carm sebagai narasumber rekoleksi untuk para mahasiswa asal Sanggau yang tengah menjalani studi di Malang.

Untuk merawat dan menyelamatkan jiwa-jiwa itu,  mereka secara rutin hadir dalam Perayaan Ekaristi yang  diselenggarakan pada setiap Sabtu malam di sebuah kapel sederhana milik Paroki Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel Malang. Tidak berhenti pada misa, mereka juga melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan di lingkungan antara lain: doa keluarga, doa rosario, doa arwah dan anggota koor lingkungan/wilayah.

Ketekunan dan komitmen mereka tunjukkan ketika mereka mendapat tugas liturgi sebagai lektor, pemazmur bahkan membaca kisah sengsara Tuhan Yesus (passio), mereka mau mempersiapkan diri dengan berlatih secara rutin sehingga dapat melaksanakan tugas liturgi dengan baik pada waktu Misa Minggu Palma yang dipersembahkan oleh Romo Eko Aldilanto O.Carm,  Sekretaris Keuskupan Malang.

Dalam situasi tertentu, mereka juga diajak serta mengikuti rekoleksi yang diselenggarakan oleh paroki.

Rekoleksi mahasiswa Sanggau

Bulan Mei 2017 kemarin,  mereka bersepuluh hadir dalam rekoleksi yang diselenggarakan oleh Bidang Kesaksian Paroki  di Seminari Tinggi Interdiosesan Malang.  Mereka aktif mendengarkan dan menyampaikan pendapat pada waktu berdiskusi kelompok. Pada saat presentasi kelompok, terjadi hal sangat mengejutkan tapi sekaligus membanggakan. Itu karena ada empat mahasiswa dari Keuskupan Sanggau yang bisa mempresentasikan dengan baik hasil diskusi kelompok masing-masing dari lima kelompok diskusi.

Mempresentasikan hasil kelompok dalam sebuah pertemuan dengan umat katolik lokal di Malang.

Masih di bulan Mei 2017 dan didampingi Pasutri Endang-Sur, mereka mengadakan ziarah ke Gua Maria Lourdes Kediri. Di sana mereka berdoa rosario secara kelompok sambil menghunjukkan doa-doa pribadi agar cita-cita mereka dalam menempuh studi lancar dan lulus pada waktu yang tepat. Mereka juga  berdevosi jalan salib dengan menapaki setiap peristiwa-peristiwa secara berurutan sampai di “Puncak Golgota” melalui jalan yang menanjak  cukup panjang pada siang hari nan terik.

Hebatnya lagi, mereka juga menjadi pengurus Legio Mariae Presidium Bintang Timur. Sebut saja misalnya  Natalius sebagai Ketua, Didi sebagai  Wakil Ketua, Yusni sebagai Sekretaris dan Susi sebagai Bendahara. Konsekuensinya,  mereka mengadakan pertemuan secara rutin, berkunjung ke umat lingkungan, mengantar frater membagi komuni kepada umat katolik yang sakit.

Legio Mariae Bintang Timur bermarkas di Kapel Landungsari dengan empat ‘perwira’ dan 14 anggota.

Aktif di kelompok koor

SATB adalah singkatan dari sopran, alto, tenor dan bas. Pada semua kelompok suara itu ada sejumlah mahasiswa Sanggau yang memang mempunyai talenta bernyanyi api. Mereka pun aktif di kelompok  paduan suara. Kehadiran para mahasiswa asal Sanggau di Kalbar ini sungguh  membantu koor lingkungan,  baik ketika melaksanakan tugas koor di paroki ataupun tugas koor manten.

Apakah keaktifan mereka pada bidang rohani di lingkungan itu mengganggu studi mereka? Mereka serempak mengatakan tidak. Mereka mengaku tetap dapat belajar dan kuliah dengan baik, juga aktif dalam HMJ di kampus.

Melakukan devosi Jalan Salib di Gua Maria Pohsarang Kediri.

Mereka bersyukur telah disapa dan dirangkul  serta kemudian diajak terlibat oleh umat lingkungan dalam aneka kegiatan lingkungan setempat.

Sebentar lagi,  mereka yang telah datang ke Kota Malang di tahun 2014 dan telah memenuhi sejumlah SKS serta berbagai persyaratan perkuliahan akan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata selama satu bulan di beberapa Kecamatan di Kabupaten Malang.  Sementara itu, adik-adik mereka yang datang belakangan pada pulang kampung di Sanggau untuk menebus rindu pada keluarga dan kampung halaman pada libur semester genap.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here