KEMARIN, saya naik bis Trans Jakarta dari Tangerang ke Jakarta. Menjelang perhentian di Bundaran Senayan, terjadi hujan lebat.
Saya turun di halte GBK yang sedikit lebih luas untuk menghindari tampias air hujan. Angin dan dingin.
Cukup lama berdiri, memandangi gedung-gedung tinggi. Membayangkan orang-orang yang bekerja di ke tinggian. Dan saya lalu mengenang 40 tahun lalu. ketika waktu itu masih asering keluar masuk di gedung S. Widjoyo Centre. Sudah banyak teman yang pergi, diganti generasi baru. Begitu seterusnya setiap orang mencari hidupnya masing-masing.
Mengamati merek-merek mobil yang berlalu lalang dengankebanggaan para penumpangnya. Yang lebih keren merasa berhak masuk jalur busway. Yang bermotor kehujanan.
Hidup dihargai dari apa yang dipunyai.
Tiba-tiba saya melihat fana, kesia-siaan dan kekosongan sekaligus.
Saya beranjak ke halte berikutnya, turun dan berjalan di gerimis dengan sewa payung menyeberang jalan.
Saya memberi Rp 10 ribu untuk anak pembawa payung. Matanya berbinar dan senyumnya mengembang, dia mengucap terima kasih dan menari pergi …
Saya menelusup di antara pepohonan dan gerimis, menghirup kopi panas di area parkir.
Tuhan begitu indah pengalaman rohani “kecil” di hari itu.