Hidup Hanyalah Diubah, Bukan Dilenyapkan

0
2,471 views
Ilustrasi: Menangisi kematian orang terdekat. (Ist)

Selasa, 2 November 2021

  • 2Mak.12:43-46.
  • Mzm.130:1-2.3-4.5-6a.6-7.8.
  • 1Kor.15:20-24a.25-28.
  • Yoh. 6:37-40

DALAM rentang waktu hampir dua tahun ini, peristiwa kematian kerap hadir.

Satu per satu saudara, sahabat dan kenalan meninggal dunia.

Pandemi menjadi salah satu penyebab kepergian mereka.

Kematian yang sebelumnya terasa jauh, menjadi begitu dekat dan tidak menakutkan karena muncul kesadaran bahwa saya pun hanya menunggu waktu kapan saatnya tiba. Kapan Tuhan menghendaki-Nya.

Menghadapi misteri kematian itu, seperti kita menghadapi sinar matahari di siang bolong. Kita bisa merasakan sinarnya, namun tak kuasa untuk menatapnya.

“Saya hanya bisa berpasrah pada Tuhan, dari jauh saya lihat jazad kakak saya dimasukkan ke dalam peti lalu dibawa ambulans ke pemakaman umum khusus penderita covid,” kata seorang ibu.

“Rasanya berat sekali melepaskan kepergiaan kakak dengan cara seperti ini, tidak bisa memberi penghormatan yang layak dan wajar seperti pemakaman pada umumnya,” lanjutnya

“Saya ingat kata-katanya waktu kami bersama, bahwa jika meninggal nanti, minta dimakamkan di pemakaman keluarga di kampung,” katanya.

“Namun dengan kondisi saat itu permintaan kakak tidak mungkin dilaksanakan. Pemakaman dengan prokes yang ketat membuat kakak harus bersemayam bersama banyak saudara barunya yang senasib,” lanjutnya.

“Kepergian kakak menyisahkan duka, namun sekaligus mendorong saya untuk sungguh menyerahkan kakak kedalam tangan Tuhan. Semoga Tuhan yang maharahim berkenan menyambutnya,” ujarnya.

“Hanya dalam kasih Tuhan, yang telah memberi kehidupan dan kemudian mengambilnya, saya percaya kakakku bahagia bersama pencipta-Nya” ujarnya lagi.

“Dalam kasih Tuhan, saya percaya bahwa kematian di dunia ini sebagai sebuah peralihan pola atau cara hidup. Hidup hanyalah diubah dan bukan dilenyapkan,” lanjutnya

Dalam bacaaan Injil hari ini kita dengar demikian.

“Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari surga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku.”

Kehendak Yesus adalah menyelamatkan semua orang yang datang kepada-Nya. 

Kita percaya bahwa bagi semua orang beriman yang telah meninggal, kini mereka bahagia bersama dengan Kristus yang telah dibangkitkan dari antara orang mati sebagai yang sulung dari orang-orang yang sudah meninggal.

Dengan keyakinan ini, maka apabila kita mendoakan mereka yang sudah meninggal dunia, kita sebenarnya membantu diri kita untuk ikut mengalami keselamatan abadi dari Tuhan Yesus Kristus.

Maut dapat datang karena dosa Adam sehingga menyebabkan kematian. Namun Yesus datang untuk memberi kehidupan baru kepada mereka yang bersekutu dengan-Nya. 

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku punya kebiasan mendoakan arwah?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here