“TUHAN Allah membentuk manusia dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.” (Kej 2: 7).
Jadi, manusia hidup oleh karena nafas Allah. Badan itu hanya tanah.
Yesus bersabda, “Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.” (Yoh 6: 63).
Dengan itu, Dia menegaskan bahwa yang menghidupi manusia itu Roh Tuhan. Badan saja tidak ada gunanya untuk meraih hidup kekal.
Dia datang ke dunia untuk membuat manusia tetap hidup. Yang diberikan adalah Diri-Nya (tubuh dan darah-Nya). Mereka yang percaya dan menyambut serta bersatu dengan-Nya akan tetap hidup.
Dahulu, para murid menganggap bahwa ajaran Yesus itu keras dan tidak ada yang sanggup mendengarkannya (bdk. Yoh 6: 60).
Kini, ajaran tentang pentingnya Roh itu sulit dipahami oleh penganut materialisme. Mereka ini hanya menggantungkan diri pada materi; terhadap Roh mereka tidak peduli.
Demikian kuatnya pengaruh materialisme ini, sehingga mereka yang sudah menjadi percaya pun meninggalkan imannya. Tidak lagi percaya kepada Tuhan (bdk. Yoh 6: 66). Pergi meninggalkan Yesus.
Hanya orang yang sungguh sadar bahwa hidup ini bukan materi semata tetap menaruh percaya kepada-Nya. Mereka itu menerima karunia hidup utuh (rohani-jasmani) dan abadi (dunia sekarang dan mendatang).
Sedikit saja yang sungguh percaya. Salah satunya adalah Petrus.
Dia berkata kepada Yesus, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah yang kudus dari Allah.” (Yoh 6: 69)
Zaman yang materialistik ini mengagungkan materi. Seakan dengan itu saja manusia bisa hidup. Pengalaman menunjukkan bahwa manusia tidak bisa sungguh hidup tanpa Tuhan.
Sabtu, 7 Mei 2022