Minggu, 2 Januari 2022
- Yes. 60:1-6.
- Mzm 72:1-2.7-8.10-11.12-13
- Ef. 3:2-3a.5-6.
- Mat. 2:1-12
SETIAP orang berharap memiliki hidup yang baik, aman dan banyak berkah, hingga hari-hari hidupnya penuh kebahagiaan.
Namun seringkali jalan hidup ini harus dijalani melalui belokan jalanan yang curam dan tajam, serta naik turun penuh liku.
Dalam jalan kehidupan yang tak terduga itu, sering kali kita dihadapkan pada kenyataan yang sulut namun harus kita terima.
“Di hari bahagia kami sekeluarga yakni saat kami menghantar adik bungsu kami ke pelaminan. Ibuku jatuh sakit kemudian setelah pernikahan ibuku meninggal dunia,” kata seorang pemuda.
“Ibuku sekaligus ayahku, karena ayahku meninggal 20 tahun yang lalu ketika kami masih kecil-kecil dan saya pun baru kelas dua SMA,” lanjutnya.
“Sejak ayah meninggal sebagai anak yang pertama, saya berusaha ikut membantu ibu mengurusi usaha ayah, sambil membantu adik-adik,” ujarnya.
“Saya putuskan tidak melanjutkan studi. Karena bagiku yang penting dalam hidupku itu, ibu dan adik-adik, bisa hidup baik, bisa sekolah dan punya masa depan,” ujarnya lagi.
“Perjuangan itu tidak sia-sia. Adikku satu per satu selesai kuliah dan membangun keluarga,” lanjutnya.
“Rasanya bahagia sekali melihat mereka bahagia dan ibu pun sangat bahagia,” katanya.
“Namun di kala adikku yang bungsu menikah, ibuku jatuh sakit bahkan tidak bisa menemani semua rangkaian perkawinan,” katanya lagi.
“Bahkan kemudian ibu menghembuskan napasnya sehari setelah pernikahan adikku,” lanjutnya.
“Ibu telah berjuang dan sampai puncak perjuangannya dengan menghantarkan kami semua hidup dan punya masa depan,” ujarnya.
“Banyak doa terkabul, banyak harapan menjadi kenyataan, namun kami tidak menyangka bahwa akan kehilangan ibubm di hari itu,” katanya.
“Hidup ibuku adalah persembahan bakti yang sangat istemewa bagi Tuhan melalui cintanya kepada kami,” lanjutnya.
Dalam bacaan Injil kita dengar demikian.
“Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.”
Perjalanan orang majus untuk datang memberi persembahan berharga pada bayi Yesus adalah perjalanan kita semua.
Kita dipanggil untuk datang kepada Yesus mempersembahkan sesuatu yang berharti dan berharga dalam kehidupan kita.
Kita tidak mempersembahkan mas, kemenjan dan mur, namun kita bisa mempersembahkan kehidupan kita.
Kehidupan yang kita hayati dengan bimbingan cahaya bintang-Nya, hingga kehidupan sehari-hari ini menjadi persembahan yang pantas dan berharga bagi Tuhan.
Apakah hidup kita dipimpin cahaya terang Kristus?
Apa yang bisa kita persembahkan bagi-Nya?
Catatan yg amat menyentuh hati. Moga karya evangalisasi Romo terus. Menyala. Amen.