Home BERITA Hiduplah Apa Adanya

Hiduplah Apa Adanya

0
Ilustrasi: Mengunjungi keluarga sederhana.

BAPERAN – Bacaan PERmenungan HariAN

Rabu, 18 Agustus 2021.

Tema: Syukur bisa bertahan.

  • Bacaan Hak 9: 6-15.
  • Mat. 20: 1-16a.

HIDUPLAH dengan sukacita. Sukacita memberi kekuatan untuk tetap bersyukur atas kehidupan. Tidak penting, kaya atau miskin, sehat atau sakit; lebih atau kurang; terkenal atau tidak, sukses atau tidak.

Semua itu sifatnya sementara. Bahkan mungkin fana. Hanya sementara dan berlalu begitu saja.

Setiap orang yang berani bersyukur, hidupnya akan bersukacita. Ia percaya dan berani belajar berserah kepada Allah Sang Empunya Kehidupan, Bapa yang Baik. Memang sungguh baik.

Bacaan Injil hari ini mengajak kita bersyukur dan bersukacita. Kita dipanggil bekerja di ladang anggur Tuhan. Mencintai keluarga, mencari rezeki. Untuk keluarga dengan dan sebagai ungkapan cinta.

Itulah cara Tuhan untuk menguduskan hidup kita.

Betapa bahagianya orang baik yang pertama, kedua, ketiga, dan keempat, dan orang yang terakhir, ketika sudah pukul lima petang masih bisa mendapatkan pekerjaan.

Seharusnya mereka bahagia, bersukacita. Mereka dapat memastikan pulang ke rumah dengan dan dapat makan bersama dengan keluarganya. Rezeki.

Menjadi soal adalah iri hati.

Manusia tidak mensyukuri apa yang ada. Iri hati dapat menjadi sumber penyakit dan kegelisahan sepanjang Hidup.

Orang yang terjerat oleh iri hati adalah pribadi yang cenderung berpikir negatif. Bahkan tentang dirinya sendiri. Merasa hidupnya tidak dicukupi. Juga tidak dicintai oleh Tuhan. Maka, lalu bisa menyalahkan Tuhan.

Ia tidak percaya diri. Telah melumpuhkan diri sendiri  dengan minta belas kasihan. Menjadi pribadi miskin untuk bersyukur.

Bahkan sedikit menebar kebaikan mungkin malah tidak ada sama sekali. Mereka kurang bersyukur telah diberi kekuatan untuk survive dalam hidup. Kendati tidak “memiliki” materi berlimpah.

Mereka sendiri telah menjadikan hidupnya rumit.

Bertahan

Kisah ini berbalikan dengan apa yang dikisahkan dalam bacaan Injil di atas. Karena, saya mengenal sebuah keluarga, sederhana, dan bersahaja.

Mereka hidup dengan menolong sesama. Oleh karena kesibukan, mereka tidak sempat mencuci dan menyeterika pakaian keluarga.

Ia mencari celah dan rezeki dengan pekerjaan itu. Tentu berat dan sangat capai. Tetapi ia melakukannya dengan penuh cinta, karena ia ingin membesarkan anak-anaknya.

Yang mengagumkan adalah anak-anak dapat memahami keterbatasan ibunya.

Dari segi nilai sekolah, anak-anak pinter dan mendapat rangking. Dengan demikian, anak-anak pun membantu meringankan beban ibunya dengan mendapat potongan. Uang bayaran sekolah dan sebagainya

Pergi ke gereja hanya untuk bersyukur kepada Tuhan atas keterbatasan mereka. Namun Tuhan menyelenggarakan kehidupan mereka.

Anak-anak rajin terlibat dalam pelayanan Gereja. Selalu diajari bahwa Tuhan itu baik. Juga Tuhan telah mencukupi segala-galanya. Tidak perlu khawatir, karena hidup dalam Tuhan.

Saya melihat betapa keluarga sederhana ini hidup dalam kedamaian. Seandainya pun ibunya sedikit pusing, dia tidak pernah menampakannya di depan anak-anak.

Doa dan airmata itulah modal rohani mereka untuk tetap percaya. Juga belajar berani berserah kepada Tuhan. Dan hidup mereka oke-oke saja.

Hari ini, kita belajar dari Injil bahwa Allah menciptakan manusia dengan jujur. Tetapi manusia mencari banyak dalih, mencari banyak alasan untuk bersikap tidak jujur.

Lebih-lebih di tengah dunia yang terancam oleh konsumptifme. Kita selalu diingatkan sikap konsumptif itu hanya akan menjadi beban dalam kehidupan.

Memang nafsu konsumptif memberi kesenangan dan kenikmatan sesaat. Namun, semua  tu akan berlalu begitu saja. Manusia dijebak untuk hanya memperhatikan kebutuhan diri saja. Ia terjerat dengan menghukum dirinya sendiri dengan hidup sedikit bersukacita.

Perumpamaan Injil hari ini mengajak kita untuk hidup fleksibel dan belajar mencukupkan diri dalam segala. Lih Fil. 4:11

Tuhan, ajari dan mampukan kami untuk bersyukur kepadamu, apa pun keadaan  hidup kami. Tidak menjadikan diri kami rumit dengan hal-hal yang sepele. Amin.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version