SEPANJANG hari ini, muncul tayangan video misa Minggu Palma bersama Paus Fransiskus di Gereja Basilika Santo Petrus di Kota Vatikan. Itu tentu menarik untuk diikuti.
Namun, nanti dulu.
Di tayangan video sama yang hari ini masih saja bersliweran di jalur medsos itu lalu muncul ulasan atau komentar “aneh” yang kami rasa kurang masuk akal.
Disebut misalnya ada lagu liturgi khas Misa Minggu Palma berbahasa Indonesia diperdengarkan di video misa Minggu Palma bersama Paus Fransiskus sebagai selebran utamanya.
Video itu memperlihatkan, lagu liturgi bertitel Yerusalem, Lihatlah Rajamu dinyanyikan di awal misa liturgi Minggu Palma. Persis ketika berlangsung prosesi iring-iringan para klerus memasuki altar.
Mari sedikit kritis
Kalau kita melihat video aslinya produksi Vatican News yang kemudian dilansir oleh media Katolik mainstream, tampak jelas bahwa di situ tidak ada lagu Yerusalem, Lihatlah Rajamu dinyanyikan di Basilika Santo Petrus Kota Vatikan.
Kita boleh bertanya di mana posisi kelompok koor yang menyanyikan lagu Yerusalem, Lihatlah Rajamu.
Kalau lagu liturgi khas Minggu Palma berbahasa Indonesia itu mau dikesankan mendominasi suasana prosesi iringan para klerus, maka tentu saja videographer akan melakukan shooting pada kelompok koor.
Satu-dua menit syuting tidak jadi masalah.
Bagi yang paham soal bagaimana proses melakukan editing video, maka bisa dijelaskan dengan mudah demikian.
- Logo “Perarakan” di pojok kanan atas sudah mengindikasikan bahwa video itu diambil dari sumber resmi Vatican News dan kemudian didaur ulang untuk konsumsi audiensi berbeda. Katakanlah untuk masyarakat Katolik Indonesia sesuai nama Perarakan yang ditempelkan di situ.
- Lagu Yerusalem, Lihatlah Rajamu lalu memang sengaja “ditempelkan” begitu saja di awal prosesi. Ini juga praktik editing video yang sangat mudah dilakukan.
- Lagu asli yang dinyanyikan saat Misa Minggu Palma bersama Paus itu berbahasa Latin. Judulnya Pueri Hebraeorum, sebuah lagu Gregorian.
Sebagai pembanding otentisitas video resminya dengan video editan, silakan cek di tautan berikut ini:
Daun janur khas Indonesia?
Komentar lain menyebutkan, Paus dan para Kardinal itu membawa janur kuning. Lagi-lagi disebut “khas Indonesia”.
Ulasan ini bisa jadi salah juga.
Seorang teman yang paham akan seni olah daun di Italia mengirim informasi bahwa daun-daun itu bukanlah janur kuning -daun pohon kelapa- yang biasa dipakai di Indonesia sebagai “hiasan”.
Melainkan seni tradisi mengolah daun khas Italia sendiri.
Susah kita bayangkan, bagaimana di Tanah Eropa yang tidak ada pohon kelapa bisa tumbuh mampu menyediakan sebegitu banyak “janur kuning” untuk keperluan Misa Minggu Palma.
Penggunaan daun-daun itu sudah terjadi sejak lama. Berbagai video arsip Vatican News sudah memperlihatkan hal itu.
Kesimpulannya, jadi daun-daun itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan Indonesia.
https://www.youtube.com/watch?v=ii1yqSv-P-4 Ini sumber video yg beredar itu. https://www.youtube.com/watch?v=UITLqnRSMMA&t=0s Ini sumber lagu yg dipakai menggantikan suara asli.
What a shame, hoax on Holy Ritual Palm Sunday made disputes everywhere in Indonesia…
Hoax adalah hoax, sudah jelas.
Tampaknya Pembuat Video hoax tsb memiliki impian indah. Dan Ia tak srndirian. Suatu ketika impian mereka bisa terwujuf oleh ijinNYA & waktuNYA. Alleluya. Amin