DALAM homili Misa Kamis Putih, Kardinal Suharyo mengutip berulang kali Injil Matius 11:28 yang berbunyi “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu”.
Tidak penting tidak ada upacara pembasuhan kaki
Mengawali homilinya, Kardinal Suharyo menyinggung tidak adanya upacara pembasuhan kaki pada Misa Kamis Putih tahun ini.
“Hal ini menyiratkan bahwa upacara itu bukanlah yang paling penting. Yang terpenting adalah melaksanakan pesan dalam upacara itu,” tukas Uskup Agung KAJ tersebut.
Pesan yang dimaksud adalah melakukan apa yang dilakukan Yesus yaitu mengasihi sampai akhir, sampai sehabis-habisnya.
Relief di Candi Borobudur
Selanjutnya Kardinal ahli Kitab Suci alumni Universitas Sanata Dharma dan Universitas Kepausan Urbaniana itu menceritakan tentang kisah yang terukir di salah satu batu relief di Candi Borobudur.
Di batu tersebut tergambar seorang manusia yang berdiri agak bungkuk dengan empat binatang di hadapannya.
Binatang-binatang tersebut adalah kera yang membawa pisang, berang-berang membawa seekor ikan, serigala membawa mangkuk berisi air susu, dan seekor kelinci yang tidak membawa apa-apa.
Alkisah, ini merupakan cerita seseorang yang ingin mencapai kesempurnaan hidup. Dalam pencariannya, orang tersebut menjelma menjadi seekor kelinci dan dalam pengembaraannya dia berjumpa dengan ketiga binatang lainnya itu.
Pada suatu titik, keempat binatang itu bertemu dengan seorang pengembara yang tampak begitu kelelahan.
Melihat itu, sang kera berkata,”Bapak tampak lelah. Ini pisang saya, makanlah.”
Si berang-berang juga menyodorkan ikan yang dibawanya, sedangkan si serigala menyerahkan cawan susunya.
Sang kelinci yang tidak membawa bekal apa-apa, setelah berpikir sejenak, berkata “Bapak, saya tidak membawa apa-apa, tetapi silakan tangkap dan sembelihlah saya untuk menjadi makanan Bapak.”
Peduli, jalan menuju kesempurnaan hidup
Kardinal Suharyo mengatakan bahwa cerita berakhir d isitu, tidaklah penting apakah kelinci itu akhirnya dimakan atau tidak. Pesan penting yang ingin disampaikan kisah ini adalah bahwa jalan menuju kesempurnaan hidup sebagai manusia adalah peduli.
Keempat binatang itu berhenti ketika berjumpa sang pengembara yang tampak kelelahan. Mereka peduli dan berujung pada kerelaan berbagi dalam berbagai macam bentuk.
Cerita ini hanyalah dongeng. Tetapi kita memiliki kisah yang bukan dongeng yaitu Yesus Kristus yang memberikan hidupNya untuk keselamatan kita.
Hati-Nya yang penuh belas kasih
Dalam hidupNya, dikisahkan Yesus berjumpa dengan sekian banyak orang yang lelah. Setiap perjumpaan tersebut, selalu dinyatakan dalam Kitab Suci bahwa ‘tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan’.
Sabdanya: “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Mat 11:28).
“Belas kasih Yesus tidak tangung-tanggung”, jelas Kardinal Suharyo, “Ia curahkan Kasih-Nya sampai sehabis-habisnya dengan rela sampai wafat di kayu salib untuk keselamatan manusia.”
Kardinal mengajak umat berefleksi.
“Dalam tiap zaman dan waktu kita banyak berjumpa saudara-saudari yang lelah atau mungkin pada kadar tertentu kita sendiri yang merasakannya,” kata Kardinal yang telah 44 tahun menjadi imam dan 22 tahun menjadi uskup ini.
Kelelahan itu mungkin karena perjuangan untuk bertahan hidup atau kekecewaan selalu dikalahkan sewaktu mencari keadilan. Kelelahan bisa muncul karena seakan-akan kejahatan lebih kuat dari kebaikan dan kebohongan lebih berkuasa dari kebenaran.
Kelelahan itu juga terjadi akibat menghadapi wabah Covid-19 dengan dampak-dampaknya yang sangat luas.
Yesus tetap hadir
Dalam keadaan seperti sekarang ini, marilah kita bersyukur kepada Tuhan karena di dalam Ekaristi yang diwariskan oleh Yesus Kristus dan kita rayakan, Yesus tetap hadir di tengah-tengah kita.
Demikian ajakan Kardinal yang akan tepat 10 tahun menjabat sebagai Uskup Agung KAJ pada 29 Juni 2020 ini.
“Dan kita selalu mendengar kata-kataNya yang meneduhkan Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu”, tegas ulang Kardinal Suharyo.
Di akhir homilinya, Kardinal Suharyo mengajak umat berdoa untuk memohon anugerah hati yang berbelas kasih seperti hati Yesus sendiri yang selalu tergerak oleh belas kasih.
Memohon kekuatan untuk mampu mewujudkan hati yang berbelas kasih kepada siapa pun yang kita jumpai dalam kehidupan kita. Dan aksi tersebut perlu juga semakin hari semakin kreatif dilakukan.