Hormat

0
253 views
Ilustrasi - Uang recehan.

Renungan Harian
Jumat, 1 Oktober 2021
Pesta St. Theresia dari Kanak-Kanak Yesus
Bacaan I: Yes. 66: 10-14b
Injil: Mat. 18: 1-5
 
PADA
suatu kali, saya ikut dalam kendaraan sebuah keluarga untuk sebuah acara. Hal yang menarik adalah setiap kali ada peminta-minta atau pengamen, keluarga itu selalu memberi uang dan tidak jarang memberi uang yang cukup besar, bila melihat peminta-minta itu kelihatan tua dan memang butuh dikasihani.

Putera-puteri mereka spontan mengatakan, “Itu kasihan, mereka butuh makan lho.”
 
Saya sempat mengatakan, bahwa tidak perlu juga semua pengamen dan peminta-minta itu sungguh-sungguh harus diberi, karena banyak juga peminta-minta sebenarnya punya rumah yang bagus.

Salah satu puteranya menjawab dengan bertanya bagaimana bisa membedakan peminta-minta yang sungguh-sungguh membutuhkan dan yang sudah punya rumah bagus.

Saya tidak bisa menjawab pertanyaan itu.

Lalu terjadilah pembicaraan tentang memberi atau tidak. Ibu itu mengatakan pada anak-anaknya: “Kalau kita punya uang dan mau memberi, ya memberi saja. Kita bersyukur diberi banyak rahmat, diberi pekerjaan, diberi kesempatan untuk mendapatkan usaha. Jadi memberi mereka itu sebagai salah satu bentuk syukur kita.”

Jawaban seorang ibu yang luar biasa.
 
Di sebuah perhentian lampu lalu lintas, ada seorang ibu peminta-minta yang hanya bisa duduk dan tidak bisa berjalan. Melihat ada seorang peminta-minta dengan keadaan tubuh yang demikian, anak perempuan keluarga itu meminta uang untuk diberikan pada ibu peminta-minta itu.

Anak perempuan itu membuka jendela untuk memberikan uang, tetapi karena jarak agak jauh, ibu peminta-minta itu mengatakan agar uangnya dilemparkan saja.

Anak perempuan itu ragu lalu bertanya apakah benar uang harus dilemparkan. Bapaknya mengatakan bahwa dia tidak boleh melemparkan uang itu, dan diminta menunggu sebentar.

Setelah lampu lalu lintas hijau bapak itu menjalankan mobilnya beberapa meter lalu berhenti. Dia minta anak perempuannya turun memberikan uangnya.

Bapaknya berpesan agar anak perempuan itu sopan.
 
Setelah puterinya kembali, bapak itu mengatakan: “Siapa pun orang itu, kita harus hormat. Jangan pernah merasa kita lebih dari orang lain karena kita bisa memberi.

Kalian akan menjadi orang yang terhormat kalau kalian bisa menghormati orang lain, apalagi dengan orang-orang yang menurut kita di bawah kita. Seperti ibu peminta-minta tadi, meskipun uangnya dilempar ibu tidak tersinggung karena memang biasanya begitu, tetapi dengan turun dan memberi jauh lebih berharga daripada uang yang kita berikan.”
 
“Wow,” kata saya dalam hati.

Saya bisa mengerti kenapa anak-anak mereka sungguh-sungguh hormat dengan orang lain, mengapa ketika memberi pengamen atau peminta-minta juga dengan sopan.

Ternyata pendidikan yang ditanamkan orangtua mereka adalah hormat pada orang lain, siapa pun dia.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Matius: “Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku ia menyambut Aku.”
 
Bagaimana dengan aku?

Apakah aku selalu hormat pada orang lain?
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here