Bacaan 1: Rm 13:8 – 10
Injil: Luk 14:25 – 33
MUDAH untuk mengucapkan, “Aku sungguh mencintaimu,” namun benarkah demikian? Ataukah hanya tertarik sesaat saja?
Cinta bisa diartikan emosi kasih sayang yang kuat dan dimiliki seseorang kepada orang lain.
Namun sebenarnya, cinta bisa dimaknai secara luas bahkan setiap orang mungkin memaknai secara berbeda.
Dalam cinta ada pengurbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apa pun yang diinginkan orang yang dicintainya.
Dalam perjalanan-Nya menuju Yerusalem, Tuhan Yesus memberikan kriteria-kriteria untuk menjadi murid-Nya. Seberapa dalam seseorang mencintai Yesus sehingga mereka mau melepaskan segala keterikatan duniawinya.
Panggilan untuk mengikuti Yesus tidak bisa dilakukan setengah-setengah, namun perlu totalitas cinta.
Menjadi murid Yesus harus bersedia menyingkirkan segala penghalang, termasuk keluarga.
Ungkapan “membenci keluarga” harus diartikan “tidak begitu memilih”, sebuah pesan radikal salib.
Ada dua contoh dilontarkan oleh Tuhan Yesus:
- Seorang bijak akan memulai proyeknya setelah menghitung kemampuan untuk menyelesaikannya.
- Hanya orang gila, yang berperang tanpa memperhitungkan untung ruginya.
Jadi syarat mengikut Yesus harus punya totalitas cinta kepada-Nya dan penuh perhitungan atau perencanaan yang jelas.
Jika masih mendua dengan yang lain, maka pemuridannya menjadi cacat.
Dalam 10 Perintah Allah, poin 4–10 adalah menunjuk pada relasi kasih antar manusia. Menjadi Kristen tidak harus menjadi Yahudi dengan melaksanakan Taurat.
Rasul Paulus dalam peneguhannya kepada jemaat Roma mengatakan,
“Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat.”
Siapa saja yang mengasihi sesamanya seperti dirinya sendiri, maka tidak akan berbuat jahat kepada sesamanya.
Kasih adalah kegenapan Hukum Taurat.
Hal ini dikatakan Paulus untuk melawan pemaksaan Taurat kepada Kristen non Yahudi oleh Kristen Yahudi di Roma.
Pesan hari ini
Seberapa dalam dan radikal cintamu kepada Tuhan Yesus? Menjadi murid Yesus perlu sebuah totalitas dan perhitungan serta perencanaan yang matang.
Menjadi Kristen tidak perlu menjadi Yahudi yang harus melaksanakan Taurat, sebab kasih adalah kegenapan Taurat.
“Cintaku padamu adalah sebuah perjalanan. Mulai selamanya, dan berakhir tidak pernah. Tetaplah pakai maskermu dan jaga jarakmu.”