Hukum Kasih

0
57 views
Kasih

Jumat 19 Juli 2024.

Yes 38:1-6.21-22.7-8;
MT Yes 38:10.11.12abcd.16; Mat 12:1-8

DALAM konteks hukum, berlaku adil berarti berpihak pada kebenaran. Namun, perlu diperhatikan, dalam penerapan di dunia nyata berlaku adil bukan berarti berbagi sama rasa sama rata.

Keadilan berisi sebuah tuntutan agar orang memperlakukan sesamanya sesuai hak asasi manusia dan kewajibannya, perlakuan tersebut tidak pandang bulu atau pilih kasih.

Ukuran berlaku adil adalah proporsional, meletakkan sesuatu pada tempatnya atau sesuai kebutuhan. Penilaian mengenai keadilan tidak hanya dipengaruhi oleh apa yang diterima sebagai akibat keputusan tertentu, tetapi juga pada proses atau bagaimana keputusan tersebut dibuat.

“Saya mendapatkan hidup yang kedua di komunitas ini,” kata seorang sahabat

“Karena perilakuku yang salah, keluarga terancam hancur dan hidupku tak menentu. Dalam kondisi yang kacau itu, aku bertemu dengan seorang bapak yang bagai malaikat menunjukkan arah hidupku. Dia mendengarkan semua kegelisahan dan penyesalanku, dan kemudian memintaku ikut salah satu camp rohani yang diadakan di Gereja.

Dalam camp itu saya menerima belas kasih dari Tuhan melalui fasilitator, mereka memberikan dukungan dan bimbingan; bukan menghakimi atau mengucilkan. Situasi di camp itu menciptakan lingkungan di mana saya merasa diterima, didorong untuk memperbaiki diri, dan tidak takut untuk mencari pertolongan. Saya sungguh salah namun tidak hukum dan dikucilkan melainkan dibantu untuk bangkit memperbaiki sikap dan kehidupanku,” ujarnya

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah.”

Tuhan Yesus menunjukkan bahwa hendaknya kita memahami hukum sesuai dengan kebutuhan dan kasih kepada manusia. Yesus menunjukkan bahwa hukum-hukum agama harus diinterpretasikan dengan bijaksana, tidak hanya secara harfiah atau mekanis, tetapi dengan mempertimbangkan kasih dan belas kasihan terhadap sesama.

Dengan demikian kita tidak boleh terpaku pada ketentuan hukum yang kaku tanpa mempertimbangkan situasi atau kebutuhan manusia di sekitar kita. Kasih kepada sesama manusia harus menjadi prinsip utama dalam menerapkan hukum-hukum yang ada.

Ketika kita menghadapi situasi di mana mungkin terjadi konflik antara aturan yang ada dan kebutuhan kasih kepada sesama, kita diingatkan untuk memilih belas kasihan..

Itulah cara Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk hidup sebagai pengikut-Nya: dengan mengutamakan kasih kepada sesama dalam segala hal yang kita lakukan.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku bisa mengutamakan belas kasih serta kemurahan daripada menanti kepastian untuk bisa membantu orang lain?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here