Hukum Kasih vs. Hukum Dendam

0
276 views
Ilustrasi: Ist

Puncta 19.06.23
Senin Biasa XI
Matius 5: 38-42

SERING kita membaca berita tentang pembunuhan karena motif balas dendam. Di daerah Lumajang, pernah terjadi seorang yang baru bebas dari penjara ditebas dengan clurit oleh tetangganya karena balas dendam.

Adalah Sahid yang baru keluar dari tahanan. Ia menjalani hukuman karena membunuh Nasari, tetangganya. Ia divonis 10 tahun penjara.

Kendati Sahid telah menjalani masa hukumannya, hal itu tidak menghapus dendam Nyoto, anak Nasari. Putusan pengadilan tidak menyelesaikan masalah pribadi antara Nyoto dan Sahid.

Ketika melihat Sahid pulang ke rumahnya, Nyoto punya kesempatan melampiaskan dendamnya. Ia pura-pura bertamu ke rumah Sahid.

Ada firasat buruk, Sahid menuju ke kamar. Tetapi dari belakang Nyoto menyabet leher Sahid dengan clurit. Sahid meninggal di tempat kejadian.

Ada banyak kasus balas dendam yang sering terjadi di sekitar kita. Tawuran antar geng terjadi karena balas dendam. Terjadi perkelahian, pembunuhan karena ingin membalaskan dendam.

Hukum kuno “mata ganti mata dan gigi ganti gigi” nampaknya tidak bisa hilang begitu saja.

Hukum itu sebenarnya ingin membatasi agar orang tidak melampaui batas. Cukup adil-lah jika kehilangan mata dibalas mata, gigi diganti gigi.

Namun pada praktiknya, hukum balas dendam tidak akan ada habis-habisnya. Tidak akan putus atau selesai dengan mengganti kerugian yang diberlakukan. Dendam tidak bisa dibalas dengan dendam.

Yesus mengubah prinsip itu secara total dan radikal yakni dengan menerapkan hukum kasih. Ia berkata, “Janganlah kalian melawan orang yang berbuat jahat kepadamu. Sebaliknya, bila orang menampar pipi kananmu, berikanlah pipi kirimu.”

Inti dari ajaran Yesus adalah jangan membalas dendam. Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan. Melainkan lawanlah kejahatan dengan kebaikan dan kasih persaudaraan. Kasih akan memutus mata rantai balas dendam.

Banyak orang berkata bahwa hal itu tidak mungkin. Namun Santo Yohanes Paulus II telah membuktikan bahwa mengasihi musuh itu bisa.

Ia mengampuni Mehmet Ali Agca yang menembaknya di Lapangan St. Petrus. Beliau mengunjungi pembunuhnya di dalam penjara.

Mengasihi musuh itu bukan hal yang tidak mungkin. Ajaran Yesus tentang kasih itu bisa terjadi dan terwujud.

Balas dendam bukanlah ciri Allah, Bapa kita dan itu ditunjukkan dalam Diri Yesus, Putera-Nya, demikian juga sikap balas dendam bukan ciri kita yang adalah anak-anak Allah.

Santo Yohanes Krisostomus berkata: “Kamu tidak dapat menamakan Bapamu di Surga itu Allah dari segala yang baik, kalau kamu mempunyai hati yang tidak manusiawi dan kejam. Karena dalam hal itu kamu tidak lagi memiliki tanda kebaikan dari Bapa surgawi di dalam kamu”.

Tanda paling nampak jika Allah itu tinggal dalam diri kita, kalau ada cintakasih di dalam hati kita. Kalau orang tidak punya kasih, berarti Allah tidak ada di dalam dirinya.

Sungguh enak rujak degan,
Diminum campur tape ketan.
Ajarilah anak-anak-Mu ya Tuhan,
Bahasa cinta dan pengampunan.

Cawas, terus belajar mengasihi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here