Hukum Silogisme

0
190 views
Ilustrasi - Kesadaran moral, suara hati, dan logika (Ist)

Puncta 31 Maret 2024
Minggu Paskah Pagi
Yohanes 20:1-9

DALAM menghadapi kehidupan, kita sering berpikir, bernalar dan membuat kesimpulan-kesimpulan. Kita berpikir menggunakan logika. Dalam Ilmu Logika ada yang disebut Silogisme.

Aristoteles dalam bukunya Analitica Priora menyebut penalaran deduktif dengan istilah silogisme. Filsuf ini membatasi silogisme sebagai argumen yang konklusinya diambil secara pasti dari premis-premis yang menyatakan permasalahan yang berlainan.

Dalam silogisme ada istilah Latius hos. Istilah ini merupakan kependekan dari hukum silogisme yang berbunyi: “Latius hos quam praemiisae conclusion non vult.

Isi ungkapan yang panjang ini bisa diartikan dengan ‘generalisasi’. “Latius hos” atau ‘generalisasi’ menyatakan ketidakberesan atau kesalahan penyimpulan, yakni menarik kesimpulan yang terlalu luas.

Maria Magdalena memakai nalar atau logika berpikirnya ketika pergi ke makam. Ia melihat batu penutup telah diambil dari kubur. Di dalam kubur jenasah Yesus tidak ada. Ia menyimpulkan jenasah Yesus diambil orang. Makam kosong, berarti jenasah Yesus dicuri orang, itulah penarikan kesimpulan yang disebut Latius Hos.

Makam kosong bisa berarti banyak, tidak serta merta disimpulkan jenasah-Nya dicuri orang. Maria Magdalena belum berjumpa dengan Yesus yang bangkit, jadi dia mengira jenasahnya dicuri orang. Ia hanya memakai penalaran yang terbatas. Maka kesimpulannya juga terbatas, bahkan keliru.

Sedangkan Murid yang lain, yang bersama Petrus pergi ke makam melihat dengan mata iman. Ia tidak menggunakan melulu panca indera, melainkan dengan kaca mata imannya.

Sesudah masuk ke dalam makam, ia melihat dan percaya. Ia percaya tentang apa yang telah dikatakan Yesus kepada mereka bahwa Ia akan bangkit dari mati.

Dengan melihat memang sangat membantu kita untuk percaya. Tetapi untuk bisa percaya kita tidak dituntut harus melihat. Kepada Tomas, Yesus pernah menegaskan; “Karena melihat engkau percaya, berbahagialah orang yang tidak melihat, namun percaya.”

Kita tidak melihat Yesus yang bangkit, tetapi kita menjadi orang yang berbahagia karena kita percaya bahwa Allah membangkitkan Yesus dari kematian karena dengan itu Allah berkuasa mengalahkan maut.

Ada tiga tahap dalam beriman atau percaya.

  • Yang pertama melihat namun belum percaya, seperti Maria Magdalena.
  • Kedua, melihat dan percaya seperti murid lain tadi yang pergi bersama Petrus.
  • Yang ketiga, tidak melihat namun percaya, yaitu kita semua yang mendengar warta tentang kebangkitan dan percaya. Maka berbahagialah kita….

Makan nasi campur ketela,
Sayurnya tumis daun pepaya.
Mari kita semua bersukacita,
Tuhan telah bangkit, alleluia-alleluia.

Cawas, selamat Paskah bagi kita semua
Rm. A. Joko Purwanto Pr

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here