Hukum Yang Utama

0
263 views
Ilustrasi: Cincin nikah.

Jumat, 12 Maret 2021

Hos 14:2-10; Mrk12:28b-34

Seorang gadis bertanya kepada kekasihnya, alasan dia mengasihi dirinya.

Kekasihnya itu menjawab: “Tidak ada alasan saya mencintaimu. Tapi satu yang pasti, saya mencintaimu dengan setulus hati. Saya berjuang sekuat kemampuan untuk tetap mencintaimu sampai akhir hayat. Dan saya akan menyatakan cinta ini di hadapan Tuhan, dan kupertahankan sampai akhir menutup mata.”

Ini ungkapan cinta yang sungguh-sungguh di antara dua orang yang saling mencintai.

Bacaan Injil menampilkan pertanyaan seorang ahli Taurat kepada Yesus tentang hukum yang utama. Yesus mengutip syema Israel: mengasihi Tuhan dengan seluruh diri, dengan segala pengertian, dengan kesadaran penuh dan dengan segala kekuatan. Mengasihi Allah tidak setengah-setengah, tidak suam-suam kuku.

Perintah kedua mengasihi sesama seperti dirimu sendiri. Di sini yang dimaksudkan dengan sesama adalah orang yang menderita dan bersusah. Kita pernah susah dan menderita, maka kita mesti mengasihi mereka yang menderita.

Kita yang berdosa dikasihi Allah, maka tugas kita adalah mengasihi sesama. Kita mengasihi bukan pertama-tama supaya orang mengasihi kita, melainkan karena kita telah dikasihi Allah.

Salib adalah tanda kasih Yesus kepada Bapa dan kepada kita. Kayu vertikal lebih panjang, sebagai tanda mengasihi Allah mesti dengan sungguh, dengan seluruh diri, jiwa dan akal budi dan dengan seluruh kekuatan.

Dan kayu horisontal adalah simbol kasih kepada sesama. Mengasihi Tuhan mesti juga diimplementasikan dalam kasih kita kepada sesama.

Perintah utama ini memang gampang kita katakan, tapi sulit untuk diwujudkan dengan sungguh dalam hidup.

Di Masa Prapaskah ini, mari kita berusaha melaksanakan perintah utama ini dalam hidup kita. Amin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here