HARI Kamis tanggal 30 November 2023 lalu, suasana umum di ruang tamu utama Wisma Residensial Uskup Keuskupan Agung Jakarta mendadak sontak jadi sangat “ramai”. Dipenuhi dengan para tetamu.
Ada yang sudah saling kenal. Tapi juga inilah pertama kalinya mereka bisa bertatap muka dengan Uskup KAJ Kardinal Suharyo. Dalam jarak sangat dekat sekali. Karena bisa ngobrol ngalor-ngidul (sana-sini) dengan Kardinal secara leluasa. Dan, tentu saja boleh berfotoria juga.
Tidak ada formalitas di situ. Karena semuanya memang telah dirancang PaLingSah untuk sebuah acara ringan: acara makan siang bersama Kardinal Suharyo. Digagas untuk bersama-sama bisa merayakan HUT ke-10 Program Berkhat Santo Yusup (BKSY) KAJ yang dirintis oleh PaLingSah.
Apa dan bagaimana Program Berkhat Santo Yusup BKSY?
Acara diawali dengan paparan tentang gerakan belarasa BKSY-KAJ oleh Theodorus Wiryawan, seorang praktisi finansial dan dulu bankir di sejumlah bank swasta. Kemudian dilanjutkan dengan paparan ringkas tentang sejarah dan dinamika karya kemanusiaan BKSY oleh Kaduhu, dulu seorang bankir dan direktur bank pemerintah.
Menjadi maklum juga bahwa undangan makan bersama dengan Kardinal Suharyo itu lalu dihadiri sejumlah bankir dan praktisi keuangan Katolik – baik dari lembaga-lembaga perbankan milik pemerintah dan jaringan swasta. Taruhlah itu jajaran petinggi dari Bank Mandiri, BCA, Panin, Salim Group, Prudential, ICBC, Commonwealth, dan Bank Ganesha.
Dari jajaran lembaga keuangan pemerintah ada petinggi dari BKP (Badan Pemeriksa Keuangan) dan OJK (Otoritas Jasa Keuangan). Dari kalangan media hanya Majalah Hidup, Sesawi.Net, dan Titch TV.
Lalu, hadir pula sejumlah pengurus teras Program BKSY dan anggota PaLingSah yang menyiapkan segala pernak-pernik acara makan siang bersama ini.
Sesi paparan tentang apa dan bagaimana filosofi pastoral BKSY telah dibeberkan dengan gamblang oleh Th. Wiryawan dan Kaduhu. Lalu giliran keterangan tambahan dari Kardinal Suharyo tentang “sejarah” di balik munculnya semangat pastoral KAJ dan BKSY.
Lalu berikutnya makan siang bersama. Diawali dulu dengan doa bersama oleh Suryapujawiyata, pengurus teras BKSY.
Baru kali ini masuk Wisma Residensial Uskup KAJ
Makan bersama itu sendiri merupakan sebuah peristiwa sederhana. Di meja makan di belakang ruang tamu telah tersedia banyak kudapan. Menu santapan makan siang disediakan soto Kudus dan masih banyak lainnya.
Yang menjadi sangat “istimewa” tentu saja pertemuan Kardinal Suharyo dan para bankir dan praktisi finansial dari sejumlah lembaga keuangan swasta dan pemerintah. Karena, kata para bankir itu menjawab Titch TV, “Baru kali ini kami boleh masuk ke dalam Wisma Residensial Uskup KAJ.”
Bagi Bu Fransisca Nelwan Mok, Direktur Bank ICBC dan mantan Direktur Bank Mandiri, datang ke Wisma Residensial Uskup KAJ dan berbincang dengan Kardinal Suharyo tentu bukan satu-dua kali terjadi. Sudah sangat sering. Maklum saja, Bu Sisca juga sudah malang melintang di lingkungan KWI melalui Caritas Indonesia yang selama ini dibantunya untuk program auditing.
Tapi tidak bagi Mira Wibowo dari BCA.
Untuk pertama kalinya, kata dia kepada Sesawi.Net, ia masuk dengan leluasa ke Wisma Residensial Uskup KAJ. Juga boleh berbincang-bincang akrab dengan Kardinal.
“Padahal sejak puluhan tahun silam, saya setiap hari pergi masuk ke gedung sebelah itu,” kata Mira, alumnus SMP-SMA Sancta Ursula yang kompleks bangunan sekolahan besutan para Suster Ordo Santa Ursula (Ursulin) ini lokasinya memang hanya selemparan batu dari Wisma Residensial Uskup KAJ.
Karenanya, Mira bersama teman sejawatnya Gabby Lala Mentik dari Panin Bank -keduanya sama-sama alumnus SMA Sancta Ursula- merasa sangat terhormat boleh duduk ngobrol rileks dengan Kardinal. “Lalu boleh makan siang bersama dengan beliau di Wisma KAJ ini,” sambung Mira.
Ketemu mantan fraternya di Kolese Loyola Semarang
Hal sama juga diungkapkan oleh Susana Indah dari Bank Mandiri. Direktur bank pemerintah ini merasa kaget sekaligus senang, karena tak sengaja bisa ketemu Suryapujawijata – ternyata mantan frater dan gurunya dulu waktu sekolah di Kolese Loyola Semarang.
“Kini, kita ini sama-sama sudah tidak saling ngeh dan kenal. Tapi bisa bertemu kembali di Wisma Residensial Uskup KAJ ini, setelah sekian puluh tahun sama-sama sudah tidak saling kenal dan telah kehilangan kontak,” tutur Susana.
Ungkapan yang sama dijelaskan juga oleh Lydia Wulan Tumbelaka dari Gereja St. Nikodemus Paroki Ciputat, Tangsel. “Saya senang sekali diundang masuk ke sini,” tutur bankir yang kini bekerja di sebuah lembaga firma hukum di kawasan Jl. Sudirman, Jakarta Pusat.
Lain lagi dengan Yulie Hadiwana dari Salim Group. Selain kini sudah terkoneksi dengan penulis yang ternyata teman seangkatan dengan pamannya -Romo Benny Margono Pr dari Keuskupan Padang- ia merasa senang bisa bertemu dan berkenalan dengan para bankir dan sesame praktisi finasial. “Ketemunya pun justru malah terjadi di depan Bapak Kardinal Suharyo di Wisma Residensial Uskup KAJ,” ujarnya senang.
Banyak hal baik bisa dipetik dari sebuah peristiwa sederhana ini. BKSY membuka peluang memperluas jaringan kerjasama lintas sektoral dengan bank-bank dan lembaga finansial selain mitra kerjanya yang sudah paten sejak berdiri. Juga mengajak jaringan para bankir dan praktisi finansial tersebut untuk memotivasi rekan-rekan mereka untuk sekali waktu mau “berbuat baik”.
Tiada lain menolong saudara-saudara kita yang memang perlu dibantu. Melalui sistem pending coffee.
“Kalau pun tidak (mau) ikut Program BKSY karena -misalnya- sudah ikut program asuransi jiwa, maka donasi mereka bisa disumbangkan untuk keluarga-keluarga pra sejahtera melalui sistem pending coffee di BSKY. Guna memberi manfaat mulia kepada keluarga yang Tengah mendapat musibah kematian atau sakit dan harus dirawat inap,” ungkap Kasyanto, pengurus teras BKSY.
Alhasil, hari Kamis di penghujung akhir bulan November 2023 itu menjadi berkat bagi kita semua yang hadir di acara makan siang bersama Kardinal di Wisma Residensial Uskup KAJ.
Masing-masing bisa dipertemukan, saling kenal, dan saling mendukung satu sama lain untuk sebuah misi bersama: menjaga martabat kemanusiaan saudara-saudari kita yang membutuhkan uluran bantuan.
Gratia supplet. (Selesai)