Home BERITA HUT ke-3 Paroki Santo Mikael Cilegon (SMC)

HUT ke-3 Paroki Santo Mikael Cilegon (SMC)

0
9 views
Segenap umat Paroki Santo Mikael Cilegon (SMC) merasakan degup bahagia dalam peringatan HUT ke-3 Paroki SMC. (Yohanes Naharyo Klau)

INTINYA adalah mari kita bersyukur.

Hari Minggu tanggal  29 September 2024 merupakan ulang tahun ke-3 Paroki Santo Mikael Cilegon yang biasa disebuat Paroki SMC. Rasa syukur membuncah di dalam hati segenap umat.

Lebih dari sekadar bersyukur atas ulang tahun paroki, umat Cilegon merasa bersyukur terutama karena sudah tiga tahun terakhir ini, Paroki SMC telah terbentuk. Ini merupakan rahmat sangat luar biasa, mengingat tidak mudahnya membangun rumah ibadah kristiani di Kota Cilegon.

Mungkin masih segar di ingatan kita terkait sejumlah pihak yang menolak pembangunan Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) yang terjadi bulan September 2022 lalu. Peristiwa tersebut sontak menjadi viral di media sosial tanahair. Masyarakat Indonesia menjadi tahu betapa ada kendala besar membangun rumah ibadah kristiani di wilayah Cilegon.

Namun, sesuatu yang berbeda boleh dialami umat Katolik. Bagaikan terkena hujan lokal yang hanya jatuh membasahi daerah tertentu, umat Katolik Cilegon mendapat anugerah istimewa dengan terbentuknya Paroki SMC. Terjadi persis di hari Pesta Para Malaikat Agung 29 September 2021.

Sempat ditolak

Apakah pembentukan Paroki SMC juga pernah mengalami kendala penolakan seperti yang dialami oleh saudara-saudara HKBP? Tentu saja ya.

Waktu itu, tepat tanggal pembentukannya, sekolompok oknum yang mengklaim diri mewakili aspirasi umat kelompok agama mayoritas di sekitar lingkungan pusat paroki mendatangi para pengurus gereja dan menyatakan penolakannya. Setelah melewati diskusi cukup panas, akhirnya mereka pulang dengan sia-sia. Gagal upaya mereka ingin membatalkan agenda peresmian Paroki SMC.

Yang menyebabkan kegagalan itu adalah karena tempat mereka datangi bukanlah gedung gereja. Gedung tersebut hanyalah gedung lama Sekolah Mardi Yuana Cilegon sebelum akhirnya lembaga pendidikan ini kemudian pindah ke Jl. Panglima Polim no. 51 – lokasinya sekarang. Gedung bekas sekolah itulah yang kini dipakai umat Paroki SMC hingga hari ini untuk merayakan ekaristi dan berbagai kegiatan gerejani lainnya.

Gedung itu merupakan gedung serbaguna untuk beribadah, pelajaran agama Katolik siswa-siswi sekolah negeri, resepsi pernikahan, donor darah, dll. Sampai sekarang, fungsi multi guna gedung ini masih berlaku. Di samping pintu masuk, terpajang namanya: “Gedung Serbaguna Santo Mikael Cilegon, Banten”.

Plang nama Gedung Serba Guna Santo Mikael Cilegon. (Yohanes Naharyo Klau)

Perkembangan pesat

Sejak 29 September 2021 lalu, Paroki SMC mulai berjalan sebagai paroki baru. Berbagai dinamika pastoral terlaksana dengan lancar. Kegiatan layanan sakramen maupun non sakramen terlaksana dengan baik.

Di bawah “komando” Romo Thomas Vilkanova Saidi Pr selaku Pastor Kepala Paroki SMC, umat berpartisipasi aktif dalam berbagai urusan paroki. Banyak umat sudah aktif. Terjadi sejak mereka masih bergabung dengan “paroki induk”: Paroki Kristus Raja Serang. Karenanya, dengan sangat cepat mereka bisa mengakomodasi diri dengan medan pelayanan baru di Paroki SMC

Bahkan pernah terdengar pengakuan dari beberapa umat, dulu sebagian besar pengurus inti Paroki Kristus Raja Serang malah berasal dari Cilegon. Hal tersebut menunjukkan kualitas yang sangat baik dari umat Paroki SMC.

Sebagaimana diakui sendiri oleh Romo Thomas dalam homilinya pada Perayaan Ekaristi Ulang Tahun ke-3 Paroki SMC: “Secara SDM, umat Paroki SMC sangat berkualitas,” ungkapnya.

Altar Gedung Serbaguna Santo Mikael Cilegon. (Yohanes Naharyo Klau)

Jumlah umat 3.000-an orang

Secara kuantitas pun umat paroki SMC semakin bertambah. Sekarang, umat Paroki SMC berjumlah hampir 3.000 jiwa. Bangunan juga secara bertahap direnovasi, ditambah, dan diperindah. Gedung utama, pastoran, sekretariat paroki, dan ruangan-ruangan pertemuan sudah dilengkapi dengan AC untuk menunjang kenyamanan umat saat berkegiatan. Keindahan tidak hanya terlihat di dalam gedung, tapi juga di lingkungan luar gedung dengan berbagai tanaman dan kolam ikan yang memanjakan mata.

Meski baru berusia tiga tahun, Paroki SMC sudah menunjukkan kemajuan yang sangat pesat. Apalagi, saat ini Paroki SMC sudah dilayani oleh dua imam: Romo Thomas dan Romo Irwan.

Selain itu dua frater TOP sudah pernah bertugas di Paroki SM: Frater Theo dan Fr. Lamro. Kehadiran para imam dan frater menjadi rahmat dan penyemangat tersendiri bagi seluruh umat Paroki SMC.

Tiga tahun, masih balita             

Kalau disamakan dengan usia manusia, umur tiga tahun merupakan usia anak kecil. Di dalam Injil, pribadi seorang anak kecil adalah tolok ukur untuk menjamin kebesaran dalam Kerajaan Surga.

Yesus sendiri berkata: “Siapa saja yang merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga.” (Mat. 18, 4).

Kualitas SDM umat Paroki SMC untuk mengurus Gereja patut diacungi jempol. Namun, kualitas tersebut tidak boleh didasari kesombongan. Gereja Katolik Cilegon tidak boleh lupa dengan titik awal sejarah dosa yaitu kesombongan. Gereja yang sombong hanya akan membelokkan ziarah imannya dari tujuan demi kemuliaan Allah dan keselamatan manusia menuju kehancuran.

Pesta rakyat untuk merayakan HUT ke-3 Paroki Santo Mikael Cilegon atau SMC. (Yohanes Naharyo Klau)

Menjadi humus

Sikap sombong harus diganti dengan sikap rendah hati. Sikap ini dapat menjadi salah satu roda utama perjalanan iman Paroki SMC. Rendah hati (humility) merupakan turunan dari kata humus. Biasanya humus terbentuk dari sampah organik yang sudah membusuk. Saat ditempatkan dan dikelola dengan tepat, sampah-sampah busuk tersebut berubah menjadi humus yang sangat menyuburkan tanaman.

Gereja yang rendah hati ibarat humus yang menyuburkan kehidupan semua makhluk di dunia ini. Umat Paroki SMC bukanlah kumpulan para malaikat yang tanpa cela. Setiap umat pasti memiliki catatan hitam dalam perjalanan hidupnya. Betul bahwa itu semua merupakan kebusukan-kebusukan. Namun, di tangan Tuhan, semua kebusukan itu bisa berubah menjadi humus – sumber kesuburan hidup bersama.

Berpasrah seperti anak kecil

Sampah-sampah busuk bisa menjadi humus kesuburan, ketika seseorang menanganinya dengan tepat. Paroki SMC pun dapat menjadi humus, jika Tuhan sendiri yang mengurusnya. Oleh karena itu, perlu bersikap seperti anak kecil yang selalu berpasrah pada orangtuanya. Paroki SMC harus berpasrah kepada penyelenggaraan Allah, Bapa-Nya.

Di tengah besarnya kelompok mayoritas di Cilegon, umat Paroki SMC bagaikan seorang anak kecil di hadapan seorang dewasa. Di Kota Baja Cilegon, umat Paroki SMC harus beriman sekuat baja untuk tetap membawa terang kepada sesama.

Itu pasti bisa. Kuncinya, sekali lagi: selalu berpasrah kepada perlindungan dan tuntunan Allah seperti seorang anak kecil.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here