“MALAM kudus, sunyi senyap, bintangmu gemerlap…”. Lagu tersebut membahana di antara 77 Orang Muda Katolik dalam Natalan OMK di Karang Pulau. Malam tanggal 27 Desember 2016, para peserta menutup acara dengan vigili seputar kisah Natal. Peserta meletakkan lilin di tengah-tengah bangunan calon Gereja St. Tarsisius. Cukup syahdu acara berlangsung karena dilakukan di bangunan dengan berdindingkan alam terbuka. Maklum tempat ibadat ini masih dalam proses pembangunan.
Sekedar informasi seputar Karang Pulau.
Karang Pulau adalah salah satu stasi dari Unit Pastoral St. Paulus di Ketahun, Bengkulu. Unit Pastoral St. Paulus dulunya merupakan salah satu stasi dari paroki St. Yohanes Penginjil Bengkulu. Dalam perjalanan waktu dengan bertambahnya komunitas umat beriman maka dimekarkan dan dipersiapkan untuk menjadi paroki di wilayah Keuskupan Agung Palembang.
Merayakan dengan belajar
Natalan OMK ini bertajuk “I Like Catholics.” Tema ini hendak mengajak OMK untuk mengenal tradisi Perayaan Natal dari sejarah Gereja Katolik. Pertemuan dari tanggal 27-28 Desember ini sekaligus menjadi kesempatan berkatekese tentang natal dan maknanya. Pada kesempatan Natalan OMK ini, panitia mengundang pula OMK dari Unit pastoral Muka-muka dan Paroki St. Yohanes Bengkulu.
Romo Setyo Antara SCJ sebagai moderator kepemudaan di unit pastoral ini menegaskan, “Kita akan semakin beriman mantap kalau kita mengetahui tradisi dan ajaran yang benar seputar iman kita.”
Memang natalan OMK kali ini dilaksanakan untuk menambah pengetahuan iman yang tepat. “Merayakan natal secara spiritual tetapi juga intelektual,” demikian lanjutnya.
Untuk itu OMK diajak mendengarkan pengajaran dalam kotbah di misa pembukaan. Lalu mereka mendalami bahan katekese seputar Natal dalam kelompok. Pengetahuan ini kemudian dilombakan dalam teka-teki silang dan acak kata. Selain itu, mereka juga diajak berlomba dalam permainan untuk mengumpulkan bahan pohon terang. Setelah semua permainan dilewati, setiap kelompok kemudian merangkai pohon terang dan menjabarkan pesan natal.
Para panitia bekerja cukup keras untuk menyelenggarakan acara ini. Mereka yang sebagian besar adalah pekerja menyadari kalau jarak mereka yang jauh dapat menyebabkan persiapan kurang matang. Namun seperti yang diungkapkan oleh Beatrik salah satu panitia,” Kita sangat bersyukur bahwa akhirnya kegiatan ini bisa berjalan walau jumlah peserta masih jauh dari yang diharapkan.”
Berbagi pengalaman
Pada kesempatan itu juga sekaligus dijadikan kesempatan berbagi pengalaman dari Nurwan salah seorang peserta IYD 2016 di Menado dan Claudia Halim atau Odi yang beberapa kali terlibat dalam WYD (World Youth Day) (Spanyol, Brasil dan Polandia). Mereka berbagi pengalaman seputar perjumpaan orang muda Katolik di level nasional atau internasional. Para peserta diteguhkan agar sebagai kawanan kecil di Indonesia tidak perlu takut. Hendaklah terus berperan sebagai garam dan terang bagi sesama.
Sebelum peserta pulang, siang hari pada tanggal 28 Desember pihak pemerintahan yang diwakili oleh TNI menyampaikan beberapa pesan untuk orang muda tentang pentingnya hidup bertoleransi. Kemudian peserta pulang dengan pesan untuk terus membawa terang sebagai orang katolik di tengah-tengah masyarakat.