BAPERAN -BAcaan PERmenungan hariAN
Jumat, 11 Juni 2021
Hari Raya Hati Yesus yang Mahakudus
Bacaan
- Hos 11: 1, 3-4, 8c-9.
- Ef 3: 8-12, 14-19.
- Yoh 19: 31-37.
DI umur senja menerima diri apa adanya. Nyaman dengan dirinya sendiri adalah hal yang penting.
Ia tidak merepotkan dan tidak mau menyusahkan. Ia damai dan tenteram dalam dirinya.
Ia secara batin siap melepaskan segala milik untuk melayani; bahkan berjumpa dengan Tuhan.
Ia ingin dan merindukan dipanggil untuk menerima mahkota iman.
Hosea bernubuat, “Ketika Israel masih muda Kukasihi dia, dan dari Mesir Kupanggil anakku itu.”ay 1.
Paulus menguatkan pengalaman kasih akan Tuhan. “Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh roh-Nya di dalam batinmu, sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih.” ay 16-17.
Seseorang yang mampu melihat jejak tapak Tuhan dalam hidupnya memudahkannya bersyukur.
Hidup tenang, damai dan nyaman. Kemana pun ia pergi atau melangkah Tuhan menyertai.
THOU art my Savior.
Iman menggugah
“Romo saya bangga menjadi murid Yesus. Saya akan tetap menjadi Katolik. Apa pun yang terjadi dan saya ingin mati secara Katolik,” demikian curhat seorang ibu.
“Wouw menakjubkan iman ibu. Bagaimana kisahnya? Sukacita apa yang telah dialami?”, kataku.
“Saya dulu bukan Katolik. Kami memutuskan menjadi Katolik. Semua anak-anak saya dibaptis sejak bayi. Kami percaya kasih Tuhan Yesus. Kini, saya percaya, Tuhan Yesuslah yang menghidupi kami.”
“Pengalaman apa yang membuat Ibu yakin?”
“Tidak sombong Romo. Betapa tidak. Suami bekerja seperti biasa. Kami bukan dari keluarga kaya. Kami harus berjuang memperoleh sesuatu bagi anak-anak kami. Anak kami banyak: 14 orang.
Kalau dipikir-pikir tidak mungkin kami bisa melahirkan, mendidik, membesarkan anak-anak. Mereka semua selesai pendidikan tinggi. Mereka mempunyai pekerjaan dan hidup berkecukupan. Sungguh luar biasa Tuhan Yesus.”
“Apalagi yang tidak kami syukuri? Cucu banyak, bahkan saya bisa melihat cicit. Semua sehat, baik dan cukup rukun. Tidak ada yang mengkhawatirkan.
Saya selalu bersyukur. Bagaimana mungkin kami mengalami begitu banyak kasih dan kebaikan Tuhan.”
“Kenapa Ibu memutuskan menjadi pengikut Yesus?”
“Tidak tahu Romo, saat itu. Yang pasti. saya pernah bertemu dengan seorang imam. Saya tertarik. Anak-anak kami sekolahkan di yayasan pendidikan Katolik. Kami bisa melihat iman kami tumbuh dan keluarga kami dapat berkembang.
- Tuhan mencukupi apa yang kami perlu.
- Tuhan membentengi kami dari keretakan.
- Tuhan mendengarkan doa-doa kami.
- Tuhan dekat.
- Tuhan menjaga keluarga kami.
- Tuhan memberikan yang terbaik.”
“Kami tidak kekurangan. Kendati kadang merasa terbatas. Tuhan mencukupi dan memberikan rezeki bagi anak-anak, menantu dan cucu kami.
Semakin tua, saya sadar. Betapa saya diberkati. Senang bila anak, menantu, cucu datang. Tidak begitu sedih, bila mereka pulang.
Saya bisa melihat dan menyadari perjalanan dan pergumulan hidup saya.
Sebagai seorang ibu dan melihat anak-anak yang saya lahirkan, saya sungguh percaya. Saya sungguh bersyukur? Tuhan itu baik.
Saya bilang ke anak, mantu dan cucu, ibu tidak butuh apa-apa dari kalian.
Saya bahagia, saya merasa dekat dengan Tuhan.
Saya sudah legowo. Doa tiada henti saya haturkan untuk akhir hidupku dan penyertaan bagi anak, mantu, cucu dan seterusnya.
Saya hanya memohon pada Tuhan, bimbinglah kami agar turun-temurun, kami semua adalah pengikut Yesus.
Kupersembahkan keluargaku pada Tuhan. Sebuah harapan dan keinginan sebelum saya meninggal. semua ikut Tuhan.”
Tuhan, mampukan mataku melihat Engkau dan hidup dalam Engkau pula.