“Ik Werk Niet Met Bommen en Granaten”

0
705 views
Bung Karno by Ist

Puncta 13.06.22
Senin Biasa XI
Matius 5: 38-42

BUNG Karno pernah mengejutkan Hakim Mr. Siegenbeek van Heukelom saat dia diadili di Bandung tahun 1930.

Dia ditanya oleh hakim, “Apakah Meneer Soekarno seorang revolusioner?”

Soekarno dengan tegas menjawab, “Ya saya seorang revolusioner.”

“Berarti Tuan bekerja dengan senjata bom dan granat?” kejar sang hakim.

Dengan tegas Soekarno menjawab, “Ik werk niet met bommen en granaten.” (Saya bekerja tanpa bom dan granat).

“Apakah ada seorang revolusioner bekerja tanpa bom dan granat?” Sang hakim kembali bertanya.

“Ada, tokohnya adalah Yesus dari Nasaret,” jawab Soekarno mantab.

Hakim itu tercenung dengan jawaban tak terduga dari Soekarno.

Heukelom pastilah seorang Kristen.

Ia terperanjat ketika Soekarno menyebut nama Yesus dari Nasaret adalah seorang revolusioner tanpa kekerasan, bom dan granat.

Soekarno adalah pejuang kemerdekaan tanpa perlawanan senjata atau kekerasan. Ia mengobarkan revolusi tanpa bom dan granat.

Dalam kotbah di bukit, Yesus mengajarkan kepada murid-murid-Nya, “Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi.

Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.”

Yesus mengajarkan kepada para pengikutnya tentang kasih yang kongkret.

Ia tidak mengajarkan hukum balas dendam. Pada zaman dahulu, ada hukum yang mengatakan mata ganti mata gigi ganti gigi.

Kalau kita disakiti harus balas menyakiti. Itu baru namanya adil.

Tidak demikian dengan Yesus. Ia justru mengajari para murid-Nya untuk membalas dengan kasih.

“Kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Siapa yang memaksa engkau berjalan satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.”

Dengan tidak membalas dendam, tetapi mengasihi dengan murah hati Yesus membawa perubahan. Itulah yang disebut dengan revolusi.

Yesus tidak mengobarkan revolusi yang merusak atau menghancurkan. Tetapi revolusi Yesus justru membangun dan mengasihi sesama.

Sebagai murid Yesus marilah kita meniru Sang Revolusioner Sejati yang berjuang tanpa kekerasan dan balas dendam.

Sebagai seorang nasionalis, mari kita meniru Soekarno yang berjuang tanpa membeda-bedakan.

Jalan jauh bikin kaki bengkak dan lebam,
Sungguh nikmat ada air panas untuk rendam.
Lebih baik mengasihi daripada balas dendam,
Dengan mengasihi dunia jadi aman tenteram.

Cawas, kobarkan revolusi cinta…

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here