KONSILI Vatikan II membuka lembar baru bagi kaum awam dalam kehidupan Gereja. Kaum awam memiliki kesamaan martabat dengan semua anggota lain dalam Gereja yang mengupayakan keselamatan bagi hidupnya.
Kerasulan awam adalah keikutsertaan awam dalam tugas perutusan keselamatan Gereja dengan keaktifannya dalam kegiatan Gereja dan menjadi garam di tengah masyarakat.
Kerasulan awam merupakan tugas pengutusan Allah yang dinyatakan secara sakramental sejak orang itu dibaptis dan diteguhkan dalam Sakramen Krisma.
Panggilan kerasulan ini dirumuskan dalam dokumen Apostolicam Actuositatem art 3: “Kerasulan Awam memelihara tugas serta haknya untuk merasul berdasarkan persatuan mereka dengan Kristus, Kepala.
Sebab melalui pembaptisan, mereka disaturagakan dengan tubuh mistik Kristus melalui penguatan diteguhkan oleh Roh Kudus dan dengan demikian oleh Tuhan sendiri ditetapkan untuk merasul.”
Bagaimana halnya dengan kaum muda; khususnya pelajar yang telah menerima Sakramen Babtis dan Sakramen Krisma menangapi tugas pengutusan sebagai bentuk kerasulan awam?
Terlibat dalam kegiatan liturgi
Salah satu keterlibatan kaum muda dalam kegiatan liturgi kegiatan sekitar altar di antaranya menjadi putera-puteri altar, lektor remaja, organis, koor OMK, dan menjadi petugas liturgi lainnya.
Hal lain yang bisa dilakukan pelajar dalam kerasulan awam yaitu kerasulan madya; dengan melibatkan diri dalam kegiatan kelompok pelajar sebagai bagian dalam kerasulan awam bidang pendidikan.
Kerasulan ini membawa pelajar berperan melaksanakan tugas pengutusan menguduskan, mewartakan dan melayani.
Kerasulan awam dalam pendidikan tidak saja mewujud dalam keteladanan pendidik, melalui kesaksian hidup mereka yang mengajar dan membimbing siswa-siswa. Namun juga melalui kegiatan kerasulan sesama siswa.
Bdk. Gravissimum Educationis. Ini adalah dokumen tentang Pendidikan Kristen di Seri Dokumen Gerejawi No 23b, hal 38: “Pendidikan Moral dan Keagamaan di Sekolah”.
Kerasulan sesama siswa
Berikut ini syering buah Konsili Vatikan II tentang kerasulan awam para siswa.
Ikatan Siswa Katholik Surakarta (ISKS) adalah organisasi siswa di luar sekolah yang beranggotakan semua pelajar Katolik SMA/SMK se-Surakarta. Diwakilkan oleh majelis sekolah masing-masing.
Kegiatan-kegiatan ISKS menjadi sarana bagi siswa-siswi Katolik di Solo untuk memuliakan Allah yang lebih besar. Adanya ISKS ini juga sebagai sarana memfasilitasi siswa-siswa Katolik di Solo untuk saling bertemu, berdialog, dan berbagi pengalaman.
Ketua Ketua Majelis angkatan 38 Angela Maura Dharma melaksanakan tugas kepengurusan periode 2022. Menurut dia, ISKS mengumpulkan kaum muda Katolik di satu wadah atau berbagai kegiatan yang kreatif.
ISKS rutin melakukan misa pelajar setiap bulannya, dan petugas misa berasal dari sekolah-sekolah di Solo. Di ISKS terdapat juga kelompok koor dan terbuka untuk umum bagi teman-teman Katolik di Solo.
ISKS memberi pelatihan kepemimpinan rohani. Seperti LTC (Leadership Training Course), Kegiatan Follow Up (Proyek Kelompok), dan Retret Akhir Tahun.
Melalui kegiatan-kegiatan ini, diharapkan dapat berguna bagi siswa siswi Katolik di Solo untuk menjalin relasi antar organisasi dan individu se-Kevikepan Surakarta sekaligus mewujudkan tugas kerasulan.
Selain kegiatan yang bersifat pembentukan kepribadian ISKS juga mengadakan kegiatan edukatif (Belajar di Kursus Pertanian Taman Tani atau KPPT Salatiga), kegiatan bakti sosial, belajar ekonomi dengan membuka lapak niaga ISKS dan kegiatan anjangsana Organisasi Pelajar Kevikepan Surakarta serta kegiatan olahraga dan seni.
Dari, oleh, dan untuk siswa Katolik sejak 1983
Berdirinya ISKS diawali dari adanya keprihatinan untuk memberi wadah bagi pelajar di Solo. Agar masing-masing merasa bangga dan dapat bertemu dengan sesama pelajar Katholik, bertukar pengalaman bagi pelajar yang berasal dari sekolah negeri, sekolah swasta non Katolik dan sekolah swasta Katolik.
ISKS berdiri tahun 1983 dan diprakarsai oleh Aryo Bimo -sekarang anggota DPR RI- waktu itu masih berstatusmurid SMA Pangudi Luhur St. Yosep Surakarta.
Saat itu, sungguh dirasakan perlu adanya inisiatif mengumpulkan pelajar-pelajar Katolik se-Surakarta untuk saling meneguhkan keberadaan pelajar Katolik, melakukan kegiatan yang positif dari-oleh-dan untuk pelajar Katolik.
22 sekolah di Kevikepan Surakarta
Saat ini, di usianya yang ke-39, ada sebanyak 22 sekolah yang mengirimkan perwakilan pelajar tergabung pada Ikatan Siswa Katholik Surakarta.
ISKS merupakan organisasi siswa yang terorganisir dan tetap solid hingga saat ini. Tentu pengalaman menjaga dan memelihara kesolidan ISKS menjadi kisah reflektif tersendiri.
Saat ini, pembina sekaligus pendamping ISKS adalah Romo Alfonsus Ardi Jatmiko SJ yang saat ini menjadi pamong SMK Mikhael Surakarta.
Keeratan antara pelajar yang telah menyelesaikan pendidikan SMA/SMK bahkan telah kuliah, dan bekerja masih terjalin dengan erat.
Setiap kali ada kegiatan para “senior” ikut memantau dan mendampingi serta memberi dukungan sehingga regenerasi dan jalannya organisasi yang bertujuan menanamkan iman dan kader kepemimpinan di masa mendatang bagi kaum muda bisa terwujud.
Perlu dicatat bahwa ISKS merupakan organisasi siswa yang tidak berafiliasi dengan partai politik.
Para alumni ISKS sekarang membentuk wadah Yayasan Alumni ISKS.
Rela bersusah-susah
Pola ISKS dalam melaksanakan peran kerasulan awam para siswa bagi siswa lain dilakukan dengan proses penjaringan siswa dari perwakilan siswa sekolah, melakukan latihan kepemimpinan, melakukan tindak lanjut setelah latihan kepemimpinan, retret, dan refleksi.
Saat Sesawi.Net berbincang-bincang dengan Fr. Barry SJ pendamping ISKS yang saat ini belajar di ATMI St. Mikael Surakarta, para pelajar yang tergabung dalam ISKS memiliki semangat untuk bertemu, berbagi pengalaman, saling meneguhkan dan mau menyediakan waktu untuk meneguhkan satu dengan yang lain.
“Saya senang para pelajar mau bersusah-susah, berkumpul, mengadakan kegiatan dan refleksi menemukan makna. Ini sungguh sesuatu yang menyenangkan karena mereka mau mewartakan kegembiraan sebagai kaum muda dan saling melayani.
Bersusah-susah membuat kegiatan, mengumpulkan dana dan berbuat bagi teman-teman dan orang lain”.
Inilah bentuk kerasulan sesama siswa yang dirajut oleh ISKS.
Tidak berhenti meski harus bersusah-susah untuk tetap menghidupi makna bagi kemuliaan Tuhan dan melayani sesama siswa.