Hidup dengan segala tanggung jawabnya bukanlah beban, melainkan anugerah. Karena anugerah, maka dia juga bukan masalah. Panggilan juga bukan beban, melainkan anugerah. Maka, panggilan seperti hidup itu sendiri, hanya boleh dihidupi dan dijalani dengan penuh syukur. Rasa syukur akan melahirkan kasih yg tulus dan hidup ini dirasakan sangat menyenangkan!
Demikian inti khotbah Uskup Tanjungkarang, Mgr Yohanes Harun Yuwono dalam Perayaan Ekaristi Pengikraran Kaul Pertama para frater SCJ di Gereja Paroki St. Pius X, Gisting, Lampung, Jumat, 20 Juli 2018. Mendampingi Mgr Harun Yuwono, hadir juga Uskup Agung Palembang, Mgr. Al. Sudarso SCJ sebagai selebran.
Tentang beban atau masalah, Uskup Yuwono memberi contoh. Seorang anak menggendong adiknya yg lumpuh. Tetangganya mengatakan, bebanmu pastilah sangat berat untukmu. Anak itu menjawab, ini bukan beban, ini adik saya. Contoh lain. Seorang nenek bernama Mbah Pon, penjual gudeg di Pasar Beringharjo, Yogyakarta. Anaknya tiga, semua kuliah, ada yang di UGM, ITB, dan UI. Mereka sekolah sampai ke jenjang kuliah tanpa beasiswa.
Siang itu Mbah Pon, duduk di antara peserta seminar yang ingin mengetahui kiat suksesnya. Namun, peserta seminar, yang kaum cerdik pandai itu, lama-lama bosan, karena tidak mendapat jawaban yang memuaskan atau yang hebat-hebat dari pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan kepada Mbah Pon. Maklum Mbah Pon adalah orang yang sangat sederhana. Misalnya, ditanya, bagaimana kiat mendidik anak. Dijawab, “Ya biasa aja.” Kalau mereka nakal? “Ya, diberi nasihat,” jawab Mbah Pon.
Bagaimana tentang uang kuliah anak-anak? “Pas waktu bayar, ya bayar,” tutur Mbah Pon lagi. “Mbah Pon, apakah Anda tidak mempunyai masalah?” Pertanyaan itu membuat Mbah Pon bingung, “Masalah itu apa sih? Masalah itu yang seperti apa?” Mbak Pon balik bertanya.
Misalnya, pas pembayaran sekolah, Mbah Pon tidak punya uang, ujar mereka. “Oh, itu… Ya gampang saja, kalau belum punya uang, minta sama Tuhan. Dilalah, (Red. kebetulan) gudeg saya kok ada yang borong…. “ jawab Mbah Pon santai sambil tersenyum.
Konon, jawaban Mbah Pon tersebut mempermalukan orang-orang yang cerdik pandai, yang menganggap hidup ini penuh masalah yang harus dipecahkan dengan kemampuan perhitungan yang rumit. Mbah Pon, tidak tahu apa itu masalah, sehingga tidak pernah mempunyai masalah di dalam hidupnya dan tidak pernah menganggap hidupnya suatu masalah.
Mengandalkan Yesus
Mgr Yuwono menegaskan, Yesus ingin seluruh hidup kita hanya mengandalkan Dia, bukan mengandalkan kepandaian dan kekuatan diri. Juga mengandalkan kesalehan diri yagn berarti kesombongan rohani. Tuhan bersabda, ‘Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Ku-pasang dan belajarlah pada-Ku…’ (Matius 11:28)
“Kita diundang untuk menjadi bagian diri-Nya, yang tak terpisahkan. Hidup dan tanggung jawab kita, jangan dipisahkan dari guru kita, yang memanggil. Hidup kita hanya mempunyai makna dan dapat dimengerti dalam kesatuan dengan Kristus yang terus-menerus, hingga bersatu dan bangkit kembali bersama Dia,”ujar Mgr Yuwono.
Mengandalkan diri sendiri, kata romo uskup, biasanya disertai dengan merendahkan atau meremehkan orang lain dan berujung juga meremehkan dan merendahkan Tuhan. Dirinya sendiri akan dijadikan Tuhan dan dijadikan ukuran segala kata dan tingkah lakunya. “Sikap demikian merupakan kesesatan yang sejauh-jauhnya,”ujar uskup menegaskan.
Para frater, menurut uskup, tidak boleh takut menempuh panggilan kendati masih sangat muda. Bila dalam hidup panggilan dan tanggung jawab tergoda mengandalkan diri, uskup minta agar para frater mengangkat muka pada Kristus, mengarahkan diri pada Yesus. “Kristus akan memampukan kita menghidupi semua yang telah dihidupi oleh Dia. Dan Dia akan menghidupinya di dalam diri kita,”kata uskup.
Sambil menunjuk para pastor yang sudah bertahun-tahun menjalani hidup pangilannya, Uskup Yuwono menyebut, “Para senior di kanan itu, juga dulu muda-muda seperti Anda. Orang mengatakan, yunior itu penuh tantangan, medior itu penuh rantangan, dan senior itu penuh pantangan!”ujar Uskup Yuswono disertai tawa umat. Uskup Yuwono menambahkan, kalau semua menjalani dalam Tuhan, berkat Tuhan akan melimpah untuk kita masing-masing dan semua umat Allah.
Para frater yang mengucapkan profesi pertama kali ini antara lain Fr. Henrikus Suharyono, Fr. A. Bayu Putra, Fr. Iknatius Bayu L, Fr. F. Mujiono, Fr. Imanuel Widi, Fr. Fransiskus Dedy S, Fr. Ignasius Yuliadi, Fr. A. Suko Ari, Fr. Daniel Adi Widodo, Fr. Samuel Deandra, Fr. Al. Frans Yoseph, Fr. Hary Suhut Tambunan.