PAGUYUBA para imam diosesan (UNIO Indonesia) yang tergabung dalam regio Keuskupan Makassar-Amboina-Manado (MAM) baru-baru ini menggelar kegiatan pelatihan dan bina lanjut para imam muda. Kegiatan ini telah berlangsung 13-16 November 2024 dan dilaksanakan di Wisma Baruga Kare, Kota Makassar, Sulsel.
Kegiatan pelatihan ini merupakan bagian dari program UNIO Indonesia untuk meningkatkan kesadaran dan kebersamaan antar imam diosesan. Selain itu, UNIO Indonesia juga menjadi wadah bersama bagi program pembinaan lanjut (ongoing formation). Dilakukan untuk menambah wawasan dan meningkatkan kapasitas imam diosesan di tengah tantangan zaman yang terus berubah.
Karena itu, tema yang diusung dalam kegiatan ini adalah “Pelatihan Motivasi dan Kepemimpinan Imam Muda UNIO Regio MAM”.
27 imam muda bergabung
Forum ini merupakan kegiatan tiga keuskupan yang tergabung dalam Provinsi Gerejawi Makassar. Maka, sejumlah perwakilan imam dari Keuskupan Amboina dan Manado juga turut hadir mengikuti pelatihan ini.
Selain 27 imam muda dari Keuskupan Agung Makassar (KAMS), terdapat delapan imam perwakilan dari Keuskupan Manado dan lima perwakilan imam dari Keuskupan Amboina. Para peserta merupakan imam-imam muda yang berusia 0-10 tahun tahbisan.
Kegiatan pelatihan ini dibuka dengan ekaristi bersama dengan selebran utama Uskup Emeritus KAMS: Mgr. John Liku Ada’. Pastor Martinus Emanuel Ano selaku Ketua Ongoing Formation UNINDO (UNIO Indonesia) dan Pastor Albert Arina selaku Ketua UNIO Regio MAM turut mendampingi Uskup Emeritus KAMS tersebut sebagai konselebran.
Pada opening ceremony yang berlangsung di Aula Baruga, kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Pastor Martinus Emanuel Ano, Ketua Ongoing Formation UNIO indonesia didampingi oleh Pastor Albert Arina sebagai koordinator UNIO Regio MAM dan Pastor John Galla’ sebagai ketua panitia.
Perwujudan harapan Paus Yohanes Paulus II
Kegiatan pelatihan imam muda ini merupakan bagian dari perwujudan pembinaan lanjut bagi para imam. Tahbisan dianggap bukan menjadi akhir dari pembinaan bagi imam. Diperlukan adanya pembinaan berkelanjutan bagi imam agar para imam dipanggil untuk terus-menerus dilahirkan kembali ke dalam kepenuhan hidup di dalam Kristus.
Paus Yohanes Paulus II, dalam Anjuran Apostoliknya mengenai Pembinaan Imam Dalam Situasi Zaman Sekaran, Pastores Dabo Vobis, menegaskan demikian:
“Pembinaan terus-menerus, justru karena bersifat ‘permanen’, hendaknya selalu menjadi bagian dari kehidupan imam. Dalam setiap tahap dan situasi hidupnya, pada setiap tingkat tanggungjawab dia ada di dalam Gereja, ia sedang menjalani pembinaan.” (PDV 76).
Artinya bahwa pembinaan imam dijalankan sebagai tugas atau proses seumur hidup.
Pembinaan berkelanjutan tersebut berarti berlaku bagi para imam yang baru ditahbiskan, para imam dalam masa peralihan, para imam yang memasuki masa penggembalaan pertama mereka, dan para imam dalam usia paruh baya.
Dalam hal ini, penting untuk dicatat bahwa pembinaan kepada imam muda perlu ditekankan untuk semakin meningkatkan motivasi pelayanan dan kemampuan memimpin mereka.
UNIO menyadari pentingnya ongoing formation ini bagi perkembangan panggilan imamat di kalangan imam muda. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi justru memberikan pengaruh terhadap kualitas imam-imam muda saat ini.
Melalui kegiatan Pelatihan Motivasi dan Kepemimpinan ini, diharapkan para imam muda semakin profesional dalam berpastoral dan tetap setia pada tugas pengutusannya.
Selain itu, para imam juga harus terus beradaptasi dengan perkembangan dan tuntutan zaman, agar dapat berpastoral berdasarkan konteks kekinian, terutama dengan melihat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Mengandalkan rahmat Allah dalam pelayanan
Dalam homilinya saat misa pembukaan, Mgr. John Liku Ada’ menceritakan kepada seluruh peserta tentang kisah tahun-tahun pertama imamatnya. Ia mengakui bahwa selama menjadi imam muda, ia kerap kali mengalami krisis panggilan; utamanya berkaitan dengan motivasi pelayanannya.
Peristiwa jatuh bangun sebagai imam muda mewarnai kisah panggilannya, apalagi jumlah imam saat itu yang tidak sebanyak saat ini. Menjadi seorang imam rasanya menjadi panggilan yang begitu berat saat itu.
Lebih lanjut, Mgr John menekankan bahwa keterbukaan pada rahmat dan kehendak Allah menjadi kunci utama untuk memantapkan motivasi panggilan. Baginya, motivasi yang selalu terarah akan berbuah pada pelayanan yang tulus.
Tema yang disyeringkan oleh Mgr. John rupanya menjadi fokus utama dalam kegiatan ongoing formation ini. Kegiatan pelatihan ini menghadirkan Ferdinand Hindiarto, Rektor Universitas Katolik Soegijapranata Semarang -kini dikenal sebagai Soegijapranata Catholic University (SCU)- dan tim sebagai pemateri.
Selama dua hari, tepatnya pada hari kedua dan ketiga, Ferdinand Hindiarto dan timnya mendampingi seluruh peserta dengan materi. Itu telah dirumuskan dalam tema yang memberikan penekanan kepada rahmat Allah dalam kehidupan pelayanan para imam.
Dalam salah satu sesi paparannya, para peserta diingatkan bahwa menjadi imam bukanlah soal kesempurnaan, melainkan tentang keberanian untuk terus mengandalkan rahmat Allah dalam pelayanan.
Para pemateri juga mensyeringkan pengalaman kepemimpinan mereka yang memberi inspirasi kepada imam-imam muda untuk semakin memupuk motivasi mereka dalam karya pastoral.
Pastor Ardianto Allolayuk Pr, salah satu peserta dari Keuskupan Agung Makassar, mengaku dirinya sangat terkesan dalam mengikuti sesi materi ini.
“Kalau saya, bersyukur dan bersukacita dengan kegiatan pelatihan ini. Materi yang diberikan tidak sekadar bagus dan saya anggap sebagai pengetahuan baru. Tetapi sungguh mencerahkan dan menginspirasi. Selain itu, materi yang diberikan bisa diimplementasikan secara mandiri,” ungkap imam yang akrab disapa Pastor Ardi.
Kegiatan Kebersamaan
Selain sesi pemaparan materi, kegiatan pelatihan ini juga diwarnai dengan kegiatan kebersamaan para imam. Selama empat hari, kegiatan dibuka dengan doa brevir dan misa di kapel Wisma Baruga. Suasana ini ternyata mengingatkan seluruh peserta akan masa-masa formasi mereka di seminari tinggi ketika mereka masih bersama dengan rekan panggilan mereka.
Bagi Pastor Rikon Patiama Pr, salah satu imam muda dari Keuskupan Manado, kehidupan rohani tidak hanya dia hayati dalam hidup doa saja. Tetapi juga dalam setiap kegiatan yang dilakukan selama pelatihan ini.
Menurutnya, pelatihan ini bukan hanya sekadar agenda rutin, melainkan menjadi oase rohani yang menyejukkan di tengah perjalanan imamat yang penuh tantangan.
“Setiap sesi, pertemuan, dan doa bersama adalah pengingat bahwa kita tidak pernah berjalan sendiri. Ada Tuhan yang senantiasa memanggil dan menuntun, serta saudara-saudara imam yang menjadi rekan seperjalanan dalam suka dan duka.
Kegiatan ini membuka ruang bagi hati untuk merefleksikan panggilan yang kudus ini, mengoreksi langkah yang kurang, dan membangkitkan kembali semangat untuk melayani dengan tulus dan penuh cinta,” ungkapnya.
Sesi outbound yang dilaksanakan Kamis sore (14/11) dan diikuti oleh peserta dengan begitu antusias. Mereka dibagi dalam beberapa kelompok dengan usia tahbisan yang berbeda sehingga mempererat keakraban dan semangat kebersamaan di antara para imam muda.
Sejumah permainan dalam outbound seperti goyang pinguin, lampu merah, dan rebut bedak, mengundang keceriaan dan gelak tawa para imam muda.
Permainan-permainan tersebut menjadi simbol kerjasama, kepercayaan, dan semangat pelayanan yang menyatukan para imam sebagai satu tubuh dalam Kristus.
Setelah semua sesi materi terakhir berakhir, para peserta diberi kesempatan untuk mengikuti outing time hari Jumat pagi (15/11). Mereka menikmati kebersamaan dengan melakukan rekreasi ke objek wisata Kampoeng Karst Rammang-rammang di wilayah Kabupaten Maros yang berjarak 35 KM dari Wisma Baruga.
Dengan menggunakan seragam kaos berkerah berwarna putih dan topi hitam, para imam muda menikmati indahnya alam pegunungan kapur yang telah berusia 30 juta tahun tersebut.
Mereka menyusuri kawasan wisata tersebut dengan menggunakan perahu sewa yang menambah keseruan perjalanan mereka. Tak mau ketinggalan, momentum kebersamaan di Rammang-rammang turut mereka abadikan dengan berswafoto bersama.
Pelatihan dan Ongoing Formation ini ditutup dengan gala dinner di aula Keuskupan Agung Makassar, pukul 19.00 WITA. Segera setelah seluruh peserta kembali dari Rammang-rammang.
Gala dinner tersebut dimeriahkan berbagai penampilan menarik dari sejumlah komunitas yang diundang khusus oleh panitia penyelenggara. Di antaranya tarian dari SMA Katolik Cendrawasih Makassar, gerak dan lagu dari SEKAMI Paroki Santo Yosef Pekerja Gotong-Gotong, dan ansambel musik yang dibawakan oleh para seminaris dari Seminari Menengah Santo Petrus Claver.
Para perwakilan imam muda dari ketiga keuskupan juga turut mempersembahkan penampilan mereka masing-masing. Mgr. Frans Nipa yang ikut hadir dalam gala dinner tersebut tak mau kalah dari para imam muda.
Uskup agung KAMS yang baru saja menjabat tersebut ikutan tampil dengan para imam muda KAMS ketika mereka menyanyikan lagu daerah Toraja: To Mangla dan To Mepare.
Harapan ke depan
Dalam suasana gembira pada malam itu, Mgr. Frans berkesempatan menyampaikan sambutan. Beliau secara khusus mengapresiasi kegiatan pelatihan ongoing formation ini dan berharap agar kegiatan serupa bisa dilaksanakan di kemudian hari.
Kepada seluruh peserta ongoing formation, ia berpesan agar imam-imam muda mampu bersinergi dengan uskup untuk berjalan bersama mewujudkan pastoral di tengah umat. Sambutan Mgr. Frans ditutup dengan penyerahan cinderamata kepada Ketua UNINDO dan para pemateri.
Keesokan harinya dalam misa penutupan yang dilaksanakan kapel Wisma Baruga, Ketua UNIO Indonesia Pastor Florens Maxi Un Bria Pr selaku selebran utama juga turut mengapresiasi pelaksanaan pelatihan motivasi dan kepemimpinan ini.
Ia menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh imam muda yang hadir dalam kegiatan ini dan kepada segenap panitia dari KAMS.
Ia berharap kegiatan ini dapat mempererat tali persaudaraan antar imam diosesan di ketiga keuskupan yang berpartisipasi.
PS: Disusun bersama oleh para pastor Pengurus Unio KAMS: Albert Arina Pr, John Galla, dan Romo Anthonius Michael