Yak 2:14-24,26 dan Mrk 8:34-9:1
IMAN akan Allah yang indah dan mendalam diungkapkan dalam doa dan ibadah. Tetapi ini tidak cukup. Iman mesti diwujudkan dalam tindakan kasih kepada sesama, terutama mereka yang menderita dan bersusah.
Idealnya adalah bahwa iman dan perbuatan menjadi selaras, serasi dan sepadan dalam hidup.
St. Yakobus menegaskan: “Iman tanpa perbuatan adalah iman yang mati, iman yang kosong.”
Iman mesti diwujdkan dalam perbuatan amal kasih setiap hari. Iman yang hidup akan tampil dalam perwujudannya dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui injil ini, Tuhan Yesus ajak kita untuk ikut dia secara radikal dengan militansi yang bertumbuh dalam iman yang teguh. Syarat mengikuti Yesus adalah menyangkal diri dan memanggul salib bersama Dia.
Menyangkal diri bukan berarti mengingkari diri sendiri, melainkan membuka diri bagi keprihatinan Yesus Kristus. Memanggul salib berarti siap membawa keselamatan bagi sesama dalam perjuangan hidup ini.
Seorang murid Yesus yang sejati harus belajar mengenal diri sendiri, dengan sukacita mengembangkan pola hidup: cara berpikir dan berperasaan seperti Yesus terhadap Allah dan sesama. Hidup murid-murid Yesus selalu diperhadapkan dengan jalan salib. Salib Yesus dan salib kita adalah tanda keselamatan. Salib yang kita pikul adalah sebuah re
isiko dari pilihan kita akan Yesus Kristus.
Memilih menjadi Kristen, pengikut Yesus kita juga mesti siap selalu untuk memikul salib bersama Dia menuju ke kalvari kehidupan ini. Orang Kristen tak pernah boleh malu sebagai murid Yesus.
Kita mesti bangga sebagai murid – bangga karena salib Kristus yang harus kita panggul.
Penolakan pembangunan gereja, pelarangan ibadat, persekusi yang dialami para murid Yesus, adalah bagian dari salib ini. Mari kita menjadi murid Yesus yang setia teguh beriman kepada-Nya. Jangan beralih dari Hati Teramat Kudus Tuhan Yesus.
Semoga.