KETIKA Paus Katolik berdialog dengan Presiden Amerika Serikat sebagai kepala negara, maka posisi mereka sejajar, meski Vatikan adalah negara dengan wilayah kecil dan Amerika Serikat negara berwilayah besar.
Ini dapat menjadi perumpamaan saya bagaimana posisi iman dan akal ketika berdialog dalam diri manusia. Posisi keduanya sejajar. Jika kesejajaran itu tidak diakui, maka dialog menjadi tidak seimbang karena ada yang merasa lebih superior dari yang lain.
Dalam posisi dialog, iman bukan di atas akal atau akal di atas iman, melainkan sejajar.
Dasar pertama mengapa keduanya layak disejajarkan sebab keduanya sama sama berasal dari Tuhan. Dengan beriman, manusia memercayai Rahmat Tuhan sambil mengakui keterbatasan pemahamannya dan dengan akal, manusia mengerti mengapa dia harus beriman dan mengapa sesuatu itu masuk akal untuk diimani.
Iman membimbing manusia agar mencapai kehidupan kekal. Dan akal membimbing manusia untuk tidak mengimani hal-hal sesat. Ketika menentukan apakah sesuatu itu benar atau salah, iman dan akal saling berdialog.
Iman tak pernah bertentangan dengan akal sehat. Tapi akal sehat mengakui bahwa tidak semua yang diimani manusia dapat dimengerti secara tuntas oleh akal sehat. Sebab, proses akal mencari dan mengerti kebenaran adalah proses yang alamiah dalam kehidupan manusia.
Jika akal sehat dianggap bertentangan dengan iman, maka manusia hidup dalam kebodohan dan mempercayai apa saja tanpa memilah mana yang benar dan mana yang salah.
Melampaui akal tidak sama dengan bertentangan dengan akal. Manusia beriman dan berakal seharusnya mencintai kebenaran, bukan pembenaran. Doktrin agama dibela dengan kebenaran bukan pembenaran. Sebab, pembenaran tidak selalu benar tapi sebuah siasat agar nampak benar.
Ketika Anda pergi keluar menggunakan masker sambil berdoa agar Tuhan melindungi Anda dari penularan Virus Covid-19, maka Anda termasuk orang yang beriman dan berakal.
Namun, jika Anda terjun bebas dari puncak menara tinggi ke bawah sambil meyakini bahwa ada malaikat menyambut Anda.
Anda beriman tapi tidak berakal. Memang, mungkin ada malaikat menyambut Anda di bawah sana, yaitu “malaikat maut pencabut nyawa”.
Jadi, beriman dan berakal sehatlah, agar anda selamat di dunia dan akhirat.