ADA hubungan erat antara iman dan doa. Orang yang beriman secara benar akan berdoa secara benar. Kualitas iman bisa tampak dalam doa seseorang.
Iman itu bersifat universal. Melalui Nabi Yesaya Tuhan bersabda, “Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa” (Yesaya 56:7).
Nabi Yesaya mewartakan universalitas Allah. Tidak satu bangsa atau agama pun berhak mengklaim bahwa Allah adalah miliknya sendiri saja.
Orang, yang oleh agama tertentu dianggap kafir atau tidak beriman, ternyata bisa dan boleh berdoa juga kepada Tuhan.
Itulah yang kita baca dalam injil hari ini (Matius 15:21-28). Apa yang dapat kita renungkan dari peristiwa itu?
Pertama, dalam doanya orang perlu percaya dan yakin secara total bahwa Tuhan Yesus itu sungguh peduli kepada kita. Sering ada kesan bahwa Tuhan seperti tidak menjawab doa kita (Matius 15:23).
Kedua, orang perlu bertekun dalam doa. Itu tidak selalu berarti bahwa kita akan memperoleh yang kita harapkan. Yang terpenting ialah menyelaraskan kehendak kita dengan kehendak Tuhan. “Jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga.” (Matius 6: 10).
Ketiga, Tuhan memberikan kasih dan kemurahan-Nya kepada semua orang yang berseru kepada-Nya dalam iman. Tuhan tidak membeda-bedakan orang. Siapa pun dan dari mana pun orang itu, dia dapat berdoa kepada Tuhan.
Semua orang Kristen memiliki akses terhadap kasih Allah itu, karena melalui sakramen baptis dan Yesus Kristus mereka dipersatukan dengan Allah.
Ini bukan tanda ekskluvitas, melainkan anugerah agar mereka mewartakan bahwa setiap orang dapat mengakses kasih dan kemurahan Allah itu.
Marilah menjadi saksi kasih dan kemurahan hati Allah kepada umat manusia.
Pertama, dengan menghayati iman dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, dengan berdoa secara tekun, karena yakin bahwa Tuhan Allah itu peduli kepada siapa saja. Semoga kehendak Tuhan terjadi atas seluruh umat manusia.
Minggu, 20 Agustus 2023
