Home BERITA Iman Katolik: Spiritualitas “Laudato Si” bagi Ilmu Pengetahuan

Iman Katolik: Spiritualitas “Laudato Si” bagi Ilmu Pengetahuan

0
Ilustrasi: Laudato Si Week by FABC


SECARA sederhana seluruh cabang ilmu pengetahuan yang ada dewasa ini dapat dikelompokkan menjadi lim kelompok besar, yaitu: sains, teknologi, bahasa dan matematika, sosial dan humaniora, serta filsafat dan teologi.

  • Sains menjawab pertanyaan mengapa ‘sesuatu itu’ terjadi.
  • Teknologi menjawab pertanyaan bagaimana cara menggunakan ‘sesuatu itu’ untuk membuat hidup manusia lebih nyaman.
  • Ilmu bahasa dan matematika menjawab pertanyaan bagaimana cara mengkomunikasikan ‘sesuatu yang terjadi itu’ kepada orang lain dengan baik dan benar.
  • Kalau ilmu sosial dan humaniora menjawab pertanyaan bagaimana sebaiknya ‘teknologi yang berbasis sesuatu itu’ digunakan.
  • Filsafat menjawab pertanyan-pertanyan dasar, sedangkan teologi moral menjawab pertanyaan yang mana yang boleh dan yang mana yang tidak boleh dilakukanl juga apakah sesuatu itu baik atau tidak baik.

Ketika masih berdiri sendiri, temuan-temuan sains bebas nilai. Tidak berpengaruh apa pun pada sekitarnya. Misalnya, ‘sesuatu itu’ adalah ‘ada percikan api dari dua benda keras yang saling bergesekan dengan cepat. Sains menjelaskan mengapa begitu.

Penjelasan ini bebas nilai.

Teknologi dan ilmu-ilmu sosial

Teknologi menggunakan penjelasan sains tentang percikan api yang terjadi dari gesekan dua benda keras sehingga menghasilkan ‘korek api’. Dengan korek api, manusia menjadi lebih mudah membuat api sesuai dengan keperluannya.

Korek api, selain membuat manusia lebih mudah membuat api juga mempunyai potensi merusak yaitu menimbulkan kebakaran. ‘Teknologi korek api’ ini tidak bebas nilai.

Bahasa dan/atau matematika menemukan ‘cara mengkomunikasi temuan sain (‘api’) dan temuan teknologi (‘korek api’)’ ke orang lain atau ke masyarakat luas dengan baik dan benar.

Cara mengkomukasikan temuan-temuan itu para pelaku komunikasi, baik pemberi maupun penerima, tujuan, moda yang digunakan, serta serta keadaan sekitar pada saat komunikasi dilakukan. Temuan bahasa dan matematika tidak bebas nilai karena bersifat situasional.

Agar potensi negatif dari temuan bahasa dan matematika (‘cara mengkomunikasikan temuan sains ‘api’ dan temuan teknologi ‘korek api’) dapat diperkecil dampaknya, ilmu sosial dan humaniora menyodorkan rambu-rambu berupa aturan dan etika.

Aturan merujuk pada ‘yang harus dilakukan’, etika merujuk ‘yang sebaiknya dilakukan’. Aturan dan etika yang ditemukan oleh ilmu sosial dan humaniora ini masih bersifat relatif tergantung keadaan masyarakat pemakainya.

Filsafat dan teologi moral

Filsafat dan teologi memberi pedoman yang lebih tegas lagi karena menunjukkan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh secara moral dilakukan baik oleh kelompok sains, teknologi, bahasa dan matematika maupun kepompok ilmuwan sosial humaniora. Karena hanya berbicara ‘boleh’ atau ‘tidak boleh’ maka bersifat mutlak, merujuk kepada “Kehendak Yang Satu”.

Pada titik ini, perdebatan juga masih muncul baik antara mereka yang menerima dan yang tidak menerima keberadaan ‘Yang Satu’ maupun antar kelompok penerima keberadaan ‘Yang satu’. Debat itu masih terjadi hingga kini.

Ensiklik Paus Fransiskus

Laudato Si menunjukkan dengan tegas akan ‘Kehendak Yang Satu’ itu menurut ajaran Gereja Katolik Roma yang disusun oleh Paus Fransiskus lima tahun yang lalu (2015).

Dalam Bab II, dengan judul ‘Injil Penciptaan’ dibahas sangat rinci hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Allah menciptakan segala sesuatu serta relasinya baik dengan Allah maupun dengan makhluk yang lain.

Penciptaan merupakan bagian dari cinta kasih Allah. Semua makhluk di dunia ini milik Allah, Sang Pencipta, dan membangun sebuah persekutuan universal. Tak ada sesuatu dan seorang pun yang berada di luar persekutuan ini (Persekutuan Universal).

Manusia, yang diciptakan menurut Citra-Nya, tidak boleh memperlakukan makhluk ciptaan yang lain semena-mena. Semua ciptaan bergerak maju, melalui manusia, bersama-sama menuju ke Titik Akhir yang sama

Bumi warisan bersama

Secara khusus diingatkan bahwa Bumi ini adalah warisan bersama. Karena itu, buahnya harus menjadi berkat untuk semua. Lingkungan alam adalah milik bersama antar generasi. Semua orang mempunyai martabat yang sama. Sama-sama mempunyai tanggungjawab merawat warisan ini.

Relasi antara ke lima kelompok ilmu pengetahuan dapat dibayangkan dalam bentuk piramid yang terbalik dengan filsafat dan teologi berada di titik sudut bawah, serta keempat kelompok yang lain masing-masing menempati salah satu titik sudut atas.

Titik terbawah itu dapat diisi dengan ajaran Laudato Si dan menjadi pemberi arah spiritual gerak ‘pengembaraan’ sains, teknologi, bahasa-matematika serta sosial-humaniora.

Keyakinan iman menawarkan motivasi yang kuat untuk melindungi alam semesta beserta isinya.

Semoga,.

Pakem Tegal 18-6-2020

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version