BEBERAPA orang pernah ditanyai, “Kemana tujuan hidup kita?”.
Surga. Betul.
“Tapi, surga itu apaan?”
Tempat Allah bersemayam dan kita semua, setelah mati, akan pergi ke sana.
Rasanya Yesus tidak pernah mengatakan bahwa tujuan Dia datang yakni membawa orang masuk surga.
Ia datang mewartakan merajanya Kerajaan Allah. Artinya suasana dan kondisi di mana Allah meraja; di mana kasih dan keadilan bertemu dan diperjuangkan dalam kehidupan sehari-hari.
Apa pun risikonya. Rumusan yang sering didengar, iman nihil keadilan adalah racun hidup.
Pada titik ini, fungsi keagamaan gampang disimpangkan. Orang disibukkan dan menyibukkan diri dalam kegiatan keberagamaan hanya dengan tujuan masuk surga.
Tafsiran bebas dan hanya menyenangkan hati merupakan buaian; menyimpangkan manusia dari tujuan ia ada.
Persaudaraan, kasih dan keadilan merupakan jalan mewujudkan Kerajaan Allah di dunia.
Keadilan-Nya berbeda dengan keadilan yang kadang banyak diperjuangkan orang di dunia; keadilan yang dikotori oleh kepentingan sempit dan manipulatif dengan pelbagai cara.
Intinya, “Saya memberi agar saya pun diberi. Dan segalanya dimengerti secara materiil.”
Keadilan sejati yang dibawa Yesus melatih kita berlaku adil dalam keputusan dan mewujud dalam kehidupan nyata terutama bagi mereka yang miskin dan lemah. Bdk Yes 1: 17.
Bacaan diambil dari Kis 5: 27-33; Yoh. 3: 31-36.
Kesetiaan iman dan komitmen
Saya ingat peristiwa tahun 1998 di saat ekonomi tergoncang karena rush keuangan. Orang awam kemudian mengenal dampak rush ini dengan talangan dana dari pemerintah yang kemudian dikenal sebagai Kasus BLBI.
Kebetulan saya kenal dengan seorang pengusaha Katolik. Begini ceritanya.
“Bagaimana dengan usaha Pak? Pabrik tetap jalankah?”
“Ya masih. Saya mencoba bertahan Romo.”
“Bagaimana dengan cash flow perusahaan?”
“Ya, pintar-pintar mengelola saja Romo. semua mengencangkan ikat pinggang. Kurangi pengeluaran yang tidak perlu. Juga mengurangi produksi dan bahkan mengatur salary mereka.
Ya, memang goncang. Terus terang kami harus mengeluarkan cadangan keuangan. Bahkan aset yang seharusnya tidak boleh.
Kalau keadaan ini berlangsung dua tahun mungkin cerita beda. Mereka tahu keadaan. PHK sudah terjadi di mana-mana.”
“Apa yang membuat bapak tidak mau melakukannya?”
“Kasihan. Mereka sudah lama bekerja. Karena tenaga dan keringat merekalah, maka kami bisa menjadi seperti sekarang. Rasanya tidak adil. Mereka punya keluarga dan anak.
Yang menarik, Ketika saya mengutarakan keadaan ekonomi perusahaan lewat orang-orang yang saya percaya, rata-rata mereka mau dipotong gajinya sedikit, tidak ada uang lembur, tidak ada uang makan. Hanya gaji pokok dan biaya transport.
Kesediaan mereka menyelamatkan perusahaan. Relasi menjadi ikatan, rasa tanggungjawab dan kesetiakawan.
Saya berjanji setelah masa sulit ini teratasi mereka akan diberi bonus. Yang menakjubkan mereka setuju. Perusahaan kami lolos dari cobaan. Saya bersyukur.”
“Bapak hebat. Iman menjadi hidup. Kasih mewujudnyata.”
Yesus berkata, “Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas.”, ay 34b.
Marilah kita berani berkata bersama para murid, “Kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia.”, ay 32.
Beranikah belajar mengimani misi Yesus. Bdk Mt. 10: 7.
Yesus menarik kita membangun kerajaan Bapa-Nya di dunia.
Langkah kecil adalah mengasihi Allah; membiarkan-Nya menguasai hidup kita.
Perkenankanlah iman dan salib pribadi menjadi tempat kasih dan persaudaraan, keadilan dan perdamaian dan martabat yang sama diagungkan sebagai putera-puteri cahaya Paskah.
Tuhan, biarlah hidupku berada dan menuju kasih-Mu bagi sesama. Amin.