Puncta 15.11.21
Senin Biasa XXXIII
Lukas 18: 35-43
SERING dalam kunjungannya ke daerah-daerah, Pak Jokowi dikawal oleh pengamanan khusus. Mereka berjalan di depan dan mengatur agar masyarakat kecil tidak mendekat.
Pengawal itu bertugas mengamankan orang nomor satu di Indonesia ini. Semua sudah ada protap, aturan yang sangat ketat.
Mereka berusaha agar orang-orang biasa tidak mengganggu jadwal acara Presiden.
Namun tidak jarang, Pak Jokowi tiba-tiba berhenti. Beliau mendatangi rakyat biasa yang berteriak-teriak memanggil namanya.
Beliau sangat merakyat. Tidak segan-segan untuk hadir di tengah rakyat biasa. Kendati para pengawal, orang-orang yang berjalan di depan bertindak dengan tegas, melarang rakyat mendekat, namun Pak Jokowi justru ingin dekat dengan rakyat.
Rakyat biasa itu sangat gembira bisa bersalaman dengan Pak Presiden. Apalagi kalau mendapat hadiah atau pemberian dari beliau. Seumur hidup tak akan dilupakan.
Dalam Injil hari ini, ada seorang pengemis yang duduk di pinggir jalan. Ia mendengar orang banyak riuh rendah menyambut Yesus.
Ia bertanya dan ingin tahu ada apa orang begitu ramai. Ia diberitahu bahwa Yesus orang Nasaret sedang lewat.
Ia langsung berseru, “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku.”
Orang-orang yang berjalan di depan menyuruh dia diam. Namun, ia makin keras berseru memanggil nama-Nya.
Yesus pun berhenti dan menjumpainya.
Yesus bertanya, “Apa yang kauinginkan Kuperbuat bagimu?”
Orang buta itu langsung menjawab, “Tuhan, semoga aku melihat.”
Yesus memenuhi harapan orang itu. “Melihatlah, imanmu telah menyelamatkan dikau.”
Mari kita mengambil bagian dalam peristiwa ini.
Ada beberapa tokoh di sini; orang buta, orang-orang dan Yesus.
Orang buta di sini tidak disebut namanya. Begitu pula orang-orang tidak ada identitasnya. Maka sangat terbuka untuk kita masuk di dalamnya.
Kita bisa menjadi orang buta, tetapi juga bisa bertindak seperti orang banyak itu.
Kalau menjadi orang buta, kita adalah orang yang sedang membutuhkan pertolongan Tuhan.
Kita berusaha keras, kendati banyak rintangan menghadang.
Kita percaya bahwa Yesus akan mengabulkan permintaan kita.
Syaratnya adalah iman.
Sudahkah kita punya iman seperti orang buta itu?
Jangan lupa, setelah disembuhkan, orang buta itu tidak diam. Tetapi mengikuti Yesus dan memuliakan Allah.
Tidak jarang kita juga berperan seperti orang-orang yang berjalan di depan itu. Kita sering menghalangi orang yang ingin dekat dengan Yesus.
Dengan alasan menegakkan aturan kita sering menghambat mereka yang membutuhkan pertolongan.
Orang-orang yang di depan yang harusnya menjadi teladan malah menjadi penghalang jalan.
Apakah anda termasuk orang-orang yang berjalan di depan itu?
Kita diajari oleh orang buta itu untuk berusaha sungguh-sungguh, tanpa takut menghadapi halangan dan rintangan, seberat apa pun.
Dengan iman yang kuat, orang buta itu disembuhkan. Setelah sembuh, ia lalu mengikuti Yesus dan memuliakan Allah.
Orang-orang yang tadinya menghalangi si buta, pada akhirnya berubah menjadi rakyat yang menyaksikan peristiwa itu lalu memuji-muji Allah.
Ada gerak pertobatan dan perubahan.
Semua arahnya sama, orang buta dan rakyat banyak pada akhirnya adalah memuji dan memuliakan Allah. Mari kita gunakan hidup kita untuk memuliakan Allah.
Pagi-pagi berjalan di pematang sawah.
Merasakan dinginnya rumput yang basah.
Hidup kita akan banyak berbuah,
Kalau dipakai untuk memuliakan Allah.
Cawas, selalu percaya….