In God, We Trust

0
44 views
In God We Trust. (IStock)

Puncta 27 Juni 2024
Kamis Biasa XII
Matius 7: 21-29

MENTAL koruptif sepertinya sudah mendarah-daging dan mengakar di antara kita. Makin tinggi kedudukannya, makin besar uang rakyat yang dijarahnya.

Yang ada di berita-berita TV itu adalah kasus-kasus besar yang ketangkap. Berapa kasus yang tidak terendus oleh Komisi Pemberantasan Korupsi? Kasus ini seperti gunung es.

Belum lagi kasus-kasus kecil di daerah-daerah yang marak seperti cendawan. Asal bisa pandai-pandai menyuap petugas pasti aman dan lancar melenggang. Itulah mental koruptif yang tidak bisa dibasmi di negeri ini.

Sebelum menjadi pejabat publik, mereka semua disumpah, bahkan dengan menyebut nama Allah dan membawa Kitab Suci. Tetapi antara janji atau sumpah yang diucapkan sangat jauh dari kenyataan.

Dalam Bacaan hari ini, Yesus mengingatkan, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku, ‘Tuhan, Tuhan!’ akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga.”

Yang dinilai bukan sumpah atau janjinya dengan menyebut nama Allah, tetapi pelaksanaannya di lapangan. Harta, kekuasaan dan uang itu sangat menggoda kita. Harta dan uang itu tidak bisa dipercaya. Uang dan harta bisa dipakai untuk menyuap dan mengubah kebijakan, perilaku dan kepercayaan orang.

Dalam mata uang kertas Dollar Amerika tertulis sebuah peringatan, “In God We Trus.”. Uang tidak bisa dipercaya. Hanya Tuhan saja yang dapat dipercaya. Namun kepercayaan pada Tuhan itu tidak cuma diucapkan, harus sampai pada tindakan nyata.

Yesus memberi contoh orang yang melaksanakan sabda Tuhan seperti seorang yang mendirikan rumah di atas batu. Walaupun ada hujan, banjir, angin badai, rumah itu tidak roboh.

Sebaliknya orang yang hanya senang “janji-janji tinggal janji,” dan “sumpah-sumpah seperti sampah,” ibaratnya orang yang mendirikan rumah di atas pasir. Hujan datang, banjir melanda, rumah itu akan roboh.

Marilah kita menjadi pelaksana sabda, tidak hanya sebagai pendengar sabda, “masuk telinga kanan keluar telinga kiri” tanpa melaksanakannya.

Kalau hanya berjanji tetapi tidak menepati, kita akan mati. Kalau hanya bersumpah tetapi tidak menjadi berkah, kita akan alami susah payah.

Ingat refren yang selalu kita kidungkan setelah mendengarkan Injil. “Berbahagialah orang yang melaksanakan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.”

Sudahkah kita tekun melaksanakannya?

Tak lama lagi pindah Wonogiri,
Mau naik sepeda atau jalan kaki.
Lebih baik tidak banyak janji,
Daripada tidak bisa menepati.

Cawas, tekun melaksanakan sabda-Nya.
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here