In Memoriam Alm. Romo Ferdinandus “Anto” Kuswardianto Pr: Super Kalem Nan Eksentrik

0
117 views
RIP In Memoriam Alm. Romo Ferdinandus “Anto” Kuswardianto Pr.

INI kenangan tentang almarhum Romo Ferdinandus “Anto” Kuswardianto Pr.

Saya mengenal almarhum sepanjang kurun waktu tahun 1984-1988 saat kuliah di STF Driyarkara Jakarta. Pun pula, saya sering main bertandang ke Wisma Cempaka Putih –tempat para frater diosesan KAJ – tinggal selama studi filsafat-teologi di STF.

Di Wisma Cempaka Putih itu pula, saya pertama kali bertemu dengan alm. Romo Anto Pr. 

tak seperti kebanyakan frater diosesan KAJ yang alumni seminari –terutama Seminari Mertoyudan—alm. Romo Anto bukan lulusan seminari.

Ia masuk tahun rohani di bawah bimbingan Romo Alex Dirdjo SJ di Rawasari, selepas menyelesaikan pendidikan SMA-nya di kawasan Cijantung, Jakarta Timur.

Almarhum Romo Anto Pr adalah teman Seangkatan dengan barisan frater diosesan KAJ waktu itu yang hingga kini masih tetap berjubah: Romo Yustinus Sulistiadi Pr, Romo Tunjung Kesuma Pr, Romo Hadi Suryono Pr –semuanya alumni Seminari Mertoyudan tahun masuk 1979.

Ia juga seangkatan dengan romo Gunawan Tjahja, kini Pastor Paroki St. Yakobus Kelapa Gading. Karena sudah saling kenal di Mertoyudan kurun waktu 1979-1982, tentu saja saya sudah sangat akrab dengan ketiga frater diosesan KAJ sekaligus mulai merintis kenal dengan Romo Gunawan Tjahja.

Dengan alm. Romo Anto Pr, saya justru meretas bibit pergaulan di Wisma Cempaka Putih kurun waktu 1984-1988.

Sebagai frater non-alumni Seminari Mertoyudan, saya butuh waktu untuk bisa mendekati almarhum. Jarak umur tidak terlalu jauh, namun jarak emosional dan beda karakter membuat kami “susah masuk”.

Fr. Anto Pr termasuk pribadi yang sangat irit bicara. Alm. waktu itu punya tatapannya sangat tajam, jarang senyum, dan dikenal sangat eksentrik dalam banyak hal, namun terutama pada hal-hal yang berbau teknik, dan dekorasi.

Dalam hal ngoprek permesinan, alm. dikenal sangat andal dan piawai merangkai ide aneh-aneh menjadi barang jadi.

Konon, kata sejumlah frater di Wisma Cempaka Putih waktu itu, alm. Romo Anto adalah anak kolong, suka ngebengkel dan bergaul dengan banyak kalangan. .

Pentas Caligula

Nah, saya mulai kenal baik alm. Romo Anto ketika waktu itu di STF ada projek bergengsi berupa pementasan teater dengan judul fenomenal: Caligula.

Frater diosesan KAJ Yustinus Sulistiadi –kini pastor rekan di Gereja Paroki Kristus Raja Pejompongan, Jakarta Pusat—didapuk menjadi sang pemeran Caligula –sosok penguasa Romawi yang kontroversial karena karakter dan perilakunya yang tidak biasa.

Ketua projeknya adalah frater Jesuit Sugiyapitaya, kini Superior Regional SJ di Thailand. Properti berupa seragam dikerjakan oleh rekan Jesuit lain Fr. Benny Bambang Triatmoko, kini menjadi pastor paroki ekspatriat Jakarta.

Sejauh saya ingat, alm. Romo Anto dipasrahi panitia untuk menggarap properti panggung.

Sedangkan, sutradara dan pelatih teater dikerjakan oleh ‘tangan kanan’ alm. WS Rendra dari Bengkel Teater Depok, yakni Adi Kurdi.

Karena punya daya kreativitas yang tinggi lantaran sering ngoprek motor dan mobil itulah, Fr. Anto Pr didapuk panitia menjadi tulang punggung utama untuk mendesain tata panggung untuk pementasan Caligula.

Sesuai nafas teater dengan atmosfir bangunan Romawi kuno, maka di tangan alm. Romo Anto panitia hanya ‘pasrah bongkokan’ alias tahunya beres saja ketika alm. Romo Anto diminta membuatkan pilar-pilar besar penompang bangunan khas Romawi.

Tak butuh lama untuk merealisasikan pekerjaan besar itu. Konon, karena relasinya yang luas dengan para penggiat ngoprek mobil dan motor, alm. Romo Anto dengan cekatan berhasil mendesain pilar-pilar tiang utama bangunan kuno ala Romawi itu.

Semua peralatan propertI dia angkut ke Wisma Cempaka Putih dari kawasan Pasar Minggu atau Cijantung, dua kawasan yang sangat dia kenal lantaran pergaulannya yang luas sebelum masuk seminari.

Singkat cerita, pergelaran Caligula itu meraup sukses besar saat digelar di Graha Bhakti Budaya, TIM.

Pentas ini pula yang di kemudian harI lalu melambungkan nama Fr. Yustinus Sulistiadi Pr sebagai bintang panggung dengan bakat luar biasa di bidang seni suara, pentas, dan olah vocal.

Dan lazimnya di dunia seni pertunjukkan, mereka yang bekerja di luar panggung memang tidak bisa tampil moncer di atas panggung merespon standing ovation dari pengunjung dan penonton Caligula.

Fr. Anto yang memang dari sono-nya lebih suka bekerja di balik layar juga larut dalam perasaan syukur dalam pergelaran akbar ini.

Alasannya sederhana, pilar-pilar utama hasil karyanya merangkai kawat dengan balutan sterofoam ini tidak ambruk saat tampil menjadi propertI utama di atas panggung.

Di bawah panggung TIM di sebuah pojok yang sedikit temaram, Fr. Anto lagi klepas-klepus menikmati rokoknya, sementara di atas panggung masih berderai sorak-sorai mensyukuri pergelaran teater akbar Caligula yang baru pertama kalinya digelar STF Driyarkara baru saja berlangsung sukses.

Sejak pentas Caligula inilah, saya lalu bisa menjadi lebih akrab dengan Fr. Anto Pr.  Ternyata, di balik pendiamnya dia justru sosok pribadi yang ramah dan hangat.

Yang lebih membuat saya berbangga hati, ternyata Anto pun tetap setia menekuni jalan panggilan hidupnya sebagai imam.

Selamat jalan kawan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here