PENULIS blas gak kenal almarhum Andre Manika alias Andreas Effendi Hermawan (1960-2021).
Ia adalah kakak kandung duo penyanyi pop Indonesia: Katon Bagaskara dari KLa Project dan Nugie.
Dalam keluarga seniman ini, almarhum Andre Manika terbilang sebagai anak pembarep.
Gresek-gresek informasi
Namun, tembang Negeri di Awan yang sangat populer di blantika lagu-lagu pop Indonesia tahun 1990-an telah “memaksa” penulis sedikit gresek-gresek informasi.
Bertanya sekaligus mengumpulkan pernak-pernik komentar orang yang pernah mengenal dan bergaul dengan almarhum Andre Manika.
Apalagi sepanjang hari ini, tembang hits Negeri di Awan itu kembali mengisi atmosfir ruang kerja penulis.
Padahal, kamar kerja di lantai dua ini sehari-harinya lebih diwarnai iringan musik jazz atau tembang-tembang kawasan dari khazanah Negeri Anggur seperti yang didendangkan Mireille Mathieu, Francois Hardy, Gilbert Becaud, dan Nana Mouskori dari Yunani.
Sejak dulu sekali, banyak penikmat dan pemerhati musik pop di tanahair selalu bertanya, mengapa tembang Negeri di Awan ini terkesan sangat “religius”.
Banyak orang lalu main tebak-tebakan, siapakah penulis tembang itu sehingga lirik lagunya melahirkan aura “mitis-religius”.
Dampak baiknya adalah banyak orang lalu menyukai lagu Negeri di Awan ini atas dua hal.
Pertama, karena tembangnya itu sendiri memang bagus, enak didengar.
Kedua, karena lirik syair tembangnya seperti memberi kesan kedalaman spiritualitas yang intens, subtil. Namun juga berhasil sangat nendang bagi siapa pun yang mendengar tembang itu ketika lalu dinyanyikan dengan sangat indah oleh Katon Bagaskara.
Manika alias “manusia ini Katolik”
Dalam sebuah grup percakapan Katolik yang diisi oleh para mantan frater Jesuit, enigma besar itu sedikit terkuak.
Adalah Damar, jurnalis The Jakarta Post, yang pertama kali “buka rahasia” atas nama aneh yang selalu tersemat sebagai identitas almarhum.
Nama panggungnya adalah Andre Manika.
Sekilas, ini seperti nama famili khas Manado. Padahal, semua orang tahu trio seniman musik itu berasal dari Jawa.
Andre malah kelahiran Rembang di kawasan wilayah Pantura Jawa Tengah.
Oleh Damar, “Manika” dibeberkan bukan sebagai nama famili. Melainkan sebuah akronim.
Kepanjangan dari “Manusia Ini Katolik”.
Mungkin karena saking kedalaman spiritualitas -jati keimanan- almarhum Andre Manika akan iman kristianitasnya.
Tentu Damar bukan sekedar ngomong.
Sungguh ada dasarnya. Yakni, sejumlah pertemuan yang pernah dilakukan almarhum Andre Manika dengan sejumlah frater Jesuit penghuni Unit Salemba Bluntas.
Disertai foto-foto kenangan mejeng bersama di depan domus formationis para frater calon imam Jesuit ini.
Bahkan sekali waktu, tulis Damar, Andre Manika pernah diundang masuk ke frateran SJ Unit Salemba Bluntas untuk “ceramah” tentang hal-ikwal sosial-politik.
Dalam khasanah pergaulan Inter Nos, maka acara bincang-bincang santai dengan materi serius itu sering disebut “aktualia”.
Singkat kata, ceramah tentang “tanda-tanda” zaman.
Perhatian pada para frater
Sekali waktu, tulis Damar, almarhum Andre Manika bersama Sandyawan “Sandy” Sumardi ikut datang menjenguk bezuk Budiman Sujatmiko -aktivis PRD- yang waktu itu harus meringkuk di bui karena pandangan politiknya selalu “berseberangan” dengan rezim Orde Baru.
Sepulang dari kunjungan bezuk itu, almarhum Andre Manika lalu ngulungke (memberi bungkusan) kantong plastik berisi baju dan celana untuk frater yang ikut dalam bezuk politik itu.
Damar adalah satu frater Jesuit yang mendapat “durian runtuh” waktu itu.
“Negeri di Atas Awan”
Lalu tentang tembang Negeri di Awan ini, seorang alumnus Kolese Loyola malah pernah memakainya sebagai theme song saat dia berdiri di depan altar mengucapkan janji perkawinan.
Negeri di Awan, demikian kesan Tanto yang pernah jadi murid penulis di Kolese Loyola tahun 1988-1990, seakan membersitkan kesan indah.
Yakni, tentang bagaimana seharusnya hidup bersama dalam ikatan keluarga itu mesti dibangun.
Negeri di Awan itu menjadi semacam “panduan” hidup masa depan “di mana kedamaian menjadi istananya”.
Lalu, “Dan kini tengah kaubawa Aku menuju kesana.”
Kiblat kerohanian pada Kitab Suci
Dan ini lagi masih menurut Damar.
Ia sering mendengar “testimoni” orisinil dari almarhum Andre Manika sendiri tentang kiblat dan latar belakang lagu-lagunya yang memang dikesankan sangat “religius”.
Kata almarhum Mas Andre, demikian kesaksian Damar, semua lagunya sebenarnya merupakan pasemon.
Pasemon dalam tradisi seni wicara Jawa adalah narasi-narasi perumpamaan.
Nah, tembang-tembang yang liriknya digagas oleh Andre Manika itu tidak lain semacam perumpamaan-perumpaaan tentang esensi dan makna sejumlah kata-kata yang “bernyawa”.
Taruhlah itu cinta, kasih belarasa terhadap sesama, kasih Tuhan kepada manusia mahkluk ciptaan-Nya.
“Acuan narasi itu adalah Kitab Suci namun yang dibahasakan secara gampang dalam bahasa sehari-hari dalam hidup keseharian kita sebagai manusia sosial,” tulis Damar.
Karena itu, dalam lagu Negeri di Awan itu, diksi-diksi khusus itu bisa dengan mudah bisa dideteksi kemana saja acuan biblisnya.
- “Negeri di Awan” adalah Kerajaan Surga;
- “Tahta Hati” adalah Tahta Allah;
- “12 Bintang” bicara tentang Bunda Maria.
- “Sahabat Pena” tidak lain adalah Keempat Penulis Injil.
- “Kidung Kencana” adalah Kitab Kidung Agung.
Bila acuannya Kitab Suci, maka tidak mustahil bahwa syair lirik tembang Negeri di Awan itu sangat indah, puitis, dan berbau sangat sastra.
Itu tak lain karena naskah Kitab Suci itu sendiri nilai sastra bahasanya sangat tinggi. Salah satunya ya Kidung Agung itu.
Mas Andre Manika, kini beristirahatlah dalam damai Tuhan.
Requiescat in pace et vivat ad vitam aeternam.
PS: Terima kasih kepada Mas Damar atas informasi berharga.
pernah dpt bonus kaset pita mini album Andre Manika dr Majalah Hai thn 90an kl gk salah, tp kasetnya skrg entah dmn…
dan pernah dengar dr seorang tmn yg katanya pernah ngobrol sm ms Andre wktu berkunjung di Paroki GMS Klaten, bhw lgu negeri di Awan itu adalah mmg lgu Rohanibyg menggambarkan ttg Yesus dan kerajaan Surga…
Paroki GMA mksud saya Gereja Maria Assumpta Klaten…