In Memoriam Br. Amideus MTB, Bruder Pribumi Pertama yang Ahli Masak dan Berkebun (1)

0
374 views
RIP Br. Amideus MTB (81)

SEBUAH kenangan yang tak pernah kulupakan. Ketika bersama di Komunitas Kuala Dua.  Sosok Br. Amideus MTB telah mewarnai kehidupan komunitas dengan masakannya. Sup bergizi, spaghetti, dan roti adalah menu yang ditunggu-tunggu kala hari minggu. 

Sebagai bruder muda, kala tahun 2000-2002, saya banyak belajar kehidupan dari almarhum Br. Amideus yang sangat rapi dan bersih sebagai ciri khasnya.

Kalau berkebun membuat bedengan sangat rapi. Seni menanam menjadi seni yang melebihi teori pertanian.

Sesekali, kalau almarhum pulang dari Pontianak urusan laporan keuangan komunitas, ia pasti mampir ke Singkawang untuk urusan cukur rambut atau perbaiki gigi. Lalu kemudian baru kembali ke Kuala Dua di wilayah pastoral Keuskupan Sanggau.

“Iiiinnnniii…. untuk kamu,” dengan suara gagapnya, seraya menyodorkan sebungkus rokok Gudang Garam filter yang tidak habis diisapnya. 

“Iiiiinnnniii… sisa rokok perjalanan,” ujarnya kembali.

“Haaaaaa… Trimakasih Der,” jawabku dengan senang. 

Apalagi sebagai bruder muda, rokok setengah bungkus sangat berarti untuk menghemat uang saku yang tidak seberapa sebagai yunior. 

Koki andal

Br. Amideus juga seorang koki andal. Pernah sekali waktu saya membantu di dapur. Dia meminta tolong saya menumbuk daun ubi. Saya berpikir bahwa menumbuk daun ubi itu mudah ternyata daum ubi tumbuk bagi Br. Amideus haruslah halus sekali.

“Beeeelllummmm… Haaalus…tumbuk lagi,” ujarnya ketika saya bertanya hasil tumbukan daun ubi dilesung. 

Terpaksa dengan sedikit mengomel dalam hati saya tumbuk daun ubi sesuai yang dia maksud.

Hanya senangnya jika dia sudah memasak semua jendela dan pintu ditutup. Tidak boleh ada satu pun saudara yang boleh melihat proses memasaknya.

Minuman bir Bintan, sekaleng atau sebotol adalah penyemangatnya sebagai koki yang membuat tubuhnya bercucuran keringat kala memasak.

Haaaaa….mungkin juga kelezatan makanan yang diolahnya juga dibumbui oleh keringatnya. Tetapi tidak satu pun saudara yang berpikir demikian. Yang jelas masakan nya enak.

Sekali dia pernah marah dengan saya, gara gara minuman perasan limonti saya simpan di kulkas.

Lalu ada sepotong kertas bertulisan pada cangkir limonti “orang serakah”.

Sebagai bruder muda saya diam dan minta maaf atas kesalahan yang juga saya tidak tahu kenapa dia marah.

Tetapi itu menjadi  sebuah permenungan bagi saya untuk memperhatikan bahwa kalau membuat minuman, jangan hanya untuk diri sendiri tetapi untuk semua saudara serumah.

Dua kaki diamputasi

Br.  Amideus adalah seorang yang hobi olahraga. Sepakbola dan badminton. Sepakbola itulah yang membuat lutut kaki cidera yang kala usia beranjak tua makin terasa sakit. 

Saya masih bersama dengan beliau terakhir dengan kaki tengkap. Tahun 2007, saya dimutasi dari Pati ke Singkawang. Ketika dari Pontianak menuju Singkawang, saya ditemani Br. Amideus. 

Sepekan kemudian, dia kembali lagi ke Pontianak dan menuju Singapura untuk operasi lutut kaki.  Untung tak dapat diraih,  buntung tak dapat dihindari. Hasil dari operasi tidak membuahkan hasil yang baik sehingga kakinya diamputasi sampai lutut. 

Tahun 2018, kembali kaki satunya diamputasi sehingga kedua kakinya hilang dan membuat ia tidak dapat lepas dari kursi roda.

Walaupun kehilangan kedua belah kakinya, beliau masih menunjukan semangat hidup yang tinggi.

Jatuh dan luka di kepala

Kemarin pagi (30/8/2020), sebelum misa reqiuem untuk Br. Gregorius dilaksanakan, Br. Amideus ditemui jatuh dari tempat tidur. Mengalami pendarahan sedikit di kepala.

Seketika itu juga Br. Amideus dibawa ke RS Antonius Pontianak dan dirawat di ICU. Belum basah tanah pada pusara Br. Gregorius MTB, kembali para bruder terima berita duka bahwa pada pukul 17.00 WIB, beliau menghembuskan nafas terakhir dengan tenang. 

61 tahun hidup membiara

Bruder Amideus selamat jalan.

Selamat berbahagia bersama Sang Sumber Kehidupan yang memberi dan mengambil kembali nafas kehidupan. 

Kisah-kisah kebersamaan bruder menjadi bekal bagi saya dan mungkin saudara-saudara yang lain.

Kesetiaanmu dengan hal hal sederhana dalam kehidupan dan sampai 6i tahun hidup membiara bulan Agustus 2019 lalu itu merupakan bukti kesetiaan seorang beriman sebagaimana Bunda Maria yang menjadi teladan hidup kita.

Br. Amideus sekali lagi engkau tetap dikenang sebagai saudara dan pionir pribumi pertama bruder MTB. Sampai jumpa kelak di alam baka. (Berlanjut)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here