In Memoriam Br. Konstantinus Warsito CSA (1960-2021)

0
442 views
Pastor Kepala Paroki Banyumanik, Semarang, Romo Martoyoto Pr memberkati peti jenazah di mana jasad Br. Konstantinus Warsito CSA berada. (Br. Libert CSA)

“Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.”

BERTEPATAN dengan hari Minggu Prapaskah kelima, salah satu saudara kami, Br. Konstantinus Warsito CSA (1961-2021) harus kembali ke rumah Bapa. Lantaran sakit gagal ginjal.

Kongregasi telah berusaha semaksimal mungkin untuk kesembuhannya, namun Tuhan berkehendak lain.

Br. Konstan demikian biasa dipanggil, lahir di Yogyakarta tanggal 15 Februari 1960. Masa kanak-kanak hingga dewasa, bersama orangtua dan adik-adiknya, dia besar di Megansaktu II Kabupaten Muaralikan, Sumatera selatan.

Setelah lulus dari sekolah teknik mesin tahun 1987, Br. Konstan mulai menjalani masa formatio awal di Semarang dan Yogyakarta.

Pada tahun 1997, ia mengkirarkan kaul kekal.

Untuk kaum muda

Seluruh hidupnya diabdikan untuk kaum muda. Baik di sekolah-sekolah milik para bruder maupun bekerja sama dengan yayasan lain di luar Kongregasi.

Pada desember 2013 lalu, Br. Konstan CSA merayakan pesta perak; hidup membiara selama 25 tahun sebagai bruder CSA.

Pertengahan 2018 ia berpindah komunitas; dari komunitas Kupang di NTT ke komunitas Tusam, Semarang, untuk pemulihan kesehatan.

Setahun terakhir ini, kesehatannya makin menurun karena masalah ginjal dan menjalani perawatan rutin cuci darah di RS Elisabeth Semarang. Hari sabtu 20 Maret 2021, pukul 16.35 WIB, ia menghembus nafas terakir di RS Elisabeth Semarang.

Perayaan Ekaristi sekaligus pemberkatan jenazah dilaksanakan di Aula Aloysius Kompleks Wisma Lansia Harapan Asri, Semarang, secara terbatas dan tayangan live streaming di YouTube.

Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Romo Martoyoto Pr, pastor kepala Paroki Santa Maria Fatima, Banyumanik Semarang.

Misa requiem dan sambutan Br. Martinus Suparmin CSA selaku Pemimpin Umum Konngregasi Bruder CSA . (Br. Libert Jehadit CSA)

Dalam homili singkatnya, ia menggarisbawahi betapa pentingnya menjaga kesehatan.

“Harapan kesehatan yang dicita-citakan akhirnya kalah. Harapan itu dengan yang namanya penyakit. Pertanyaannya adalah bagaimana cara kita menerima kenyataan seperti itu. Apakah ini dirasakan sebagai  beban yang sangat menekan perasaan atau sebagai rahmat. Jika dipahami sebagai beban yang menonjol di hatinya, maka pemahman penderitaan tidak dimaknai dengan benar,” demikian antara lain homilinya.

Makam Kongregasi Bruder CSA

Selesai Perayaan Ekaristi, acara dilanjutkan dengan sambutan-sambutan.

Terakhir, kami semua mengantar saudara kami ke peristirahatan terakhir di Kompleks Wisma Lansia Harapan Asri, makam milik para bruder CSA.

Dalam sambutan singkatnya, Br. Martinus Suparmin CSA selaku Bruder Pemimpin Umum CSA Indonesia mengingatkan beberapa hal penting perihal kepergian saudara kita ini.

Br Konstan mengawali masa pendidikan awal sebagai calon bruder di Semarang (1987), mengikrarkan kaul kekalnya (1997) di Semarang.

“Juga di aula ini, bersama alm. Br Richardus CSA, rekan seangkatannya, merayakan pesta perak mereka tahun 2013 di Semarang-Generalat. Kemudian, ia menyelesaikan peziarahan hidupnya sebagai bruder dalam Kongregasi Bruder St. Aloysius di Semarang pula. Semarang rupanya kota yang sangat istimewa bagi Br. Konstan,” ungkapnya.

Mengantar jenazah Br. Konstan CSA ke pemakaman. (Br. Libert Jehadit CSA)

Jika kemarin sore, Tuhan memanggilnya untuk besama-sama Dia dan Para Kudus, serta para bruder lain, tentu semua karena kehendak Tuhan sendiri.

Kongregasi, keluarga, para sahabat sudah berupaya memberikan cinta dan perhatiannya, namun Tuhan  jauh lebih besar dalam memberikan cinta-Nya melebihi yang bisa kami berikan kepada almarhum Br. Konstan.

Semua adalah kepunyaan-Nya, maka tidak ada  seorang pun yang bisa mempertahankan keberadaannya.

Semua ini terbukti dari seluruh upaya yang telah dilakukan selama ini baik oleh komunitas, kongregasi, tim medis RS Elisabeth. Semua berupaya memberi  yang terbaik untuk kesembuhannya.

Namun sekali lagi, kami, kita hanyalah makluk peziarah  yang tak bisa menentukan arahnya sendiri; melainkan hanya bisa berpasrah pada kehendak Tuhan, Sang Pemberi dan Pemilik Kehidupan ini.

Br. Konstan, kini beritirahatlah dalam damai Tuhan. (Br. Libert Jehadit CSA)

Terimakasih Kongregasi Bruder CSA

Selaku perwakilan dari keluarga, Ibu Anik (saudara kandung almarhum) menyampaikan ucapan terimakasih kepada Kongergasi Bruder CSA karena telah menerima saudaranya menjadi bagian dari anggota CSA.

“Ketika kita melihat indahnya pagi hari, melihat indahnya sinar matahari tentu kita melewati dengan yang namanya kegelapan. Dan begitu ketika melihat indahnya surga kita juga akan melihat gelapnya kematian,” ungkapnya.

Kita tidak hanya berharap lagi tetapi kita percaya bahwa hari ini, bruder telah hidup bersama Kristus dan Para Kudus di surga.

Terimakasih Br. Konstan.

Syukur kepada Allah, bahwa kita telah pernah menjadi satu saudara, rekan sepanggilan dalam Kongregasi yang kita cintai ini. Doakan kami yang masih harus melanjutkan dan menyelesaikan peziarahan ini. 

Selamat jalan, selamat berjumpa dengan orang-orang yang bruder kasihi, orangtua, para sahabat, para bruder CSA, Pastor Willem Hellemons, Vader Vincentius, St. Aloysius yang kini telah menyambutmu di tempat kediaman abadi Bapa kita di surga.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here