In Memoriam Br. Marcellinus Mulargono FC: Bakpao Solo, Sapu Bersih Sampai Tuntas (2)

0
593 views
Para Frater OMI dengan pastor pembina di tahun 1984 - Dok Romo Nico Setiawan OMI

HARI Senin, 12 juli 2020 yang lalu, dari tepi Sungai Serayu Banyumas, waktu subuh sekitaran pukul 04.00 WIB, kami bertempat meluncur ke Solo. Kami berempat ini adalah Romo Widiantardi Pr, Sr Agnes SJMJ, Mas Evan, dan penulis.

Tujuan kami ke Solo adalah untuk menghadiri pemakaman tante saya, almarhumah Oma Wies Sendjajani. Melayat di Rumah Duka Tiong Ting. Nantinya, jenazah tante saya akan dikremasi di Pemakaman Delingan, Karanganyar, Solo.

Selesai ikut upacara kremasi Tante Wies, kami langsung meninggalkan pemakaman Delingan. Pulang kembali pulang ke Banyumas. Mengingat masih masa virus corona.

Dalam perjalanan, Sr. Agnes SJMJ menyampaikan kabar via WA bahwa Bruder Marcel meninggal dunia.

Saya bertanya kepada suster: ”Br, Marcel itu siapa dan di mana?”

Suster Agnes menjawab:” Br. Marcellinus Mulargono FC di Purworejo.”

Mendengar nama “Mulargono”, saya sangat kaget.

Spontan saya berkata: ”Mulargono itu temanku sewaktu di seminari OMI Condong Catur tahun 1982-1984… Coba cari informasi lagi.”

Saya mencoba menghubungi via WA teman di OMI dulu –Trias Dwinugroho– di Cilacap, Jateng.

Trias memberikan informasi bahwa Br. Mulargono itu meninggal dan disemayamkan di Bruderan Karitas Purworejo.

Misa Requiem dilaksanakan selasa, 13 Juli 2020 pukul 10.00.

Trias adalah teman seangkatan alm. Bruder Marcel Mulargono sewaktu masih menjadi frater OMI di Seminari OMI Wisma de Mazenod Condong Catur, Yogyakarta.

RIP Br Marcellinus Mulargono FC

Kerinduan bersua

Semenjak Br. Marcel meninggalkan Seminari OMI th 1984, saya bertemu sekali di Cilacap sekitar thun 1993. Sejak tahun itu, saya tidak pernah kontak sama sekali.

Ada kerinduan untuk bisa bersua dengan almarhum, karena Br Marcel teman komunitas satu atap satu rumah, satu perjuangan .

Tanggal 7 juli 2020, saya ikut menghadiri 200 Tahun pesta berdirinya Kongregasi Suster PMY di Wonosobo.

Saya tanya kepada Sr. Inawati PMY tentang Bruder Marcel Mulargono. ”Apa Bruder Mulargono ada di Sekolah Bisu Tuli Wonosobo?”

Sr Inawati PMY menjawab, ”Mungkin sudah pindah”

Saya agak kecewa karena tidak bisa bertemu dengan almarhum. Saya kira masih berada di SLB Wonosobo, tapi ternyata sudah pindah tugas karya di tempat lain.

Hari Jumat, tanggal 10 juli 2020, Trias dari Cilacap menghadiri misa ulang tahun imamat Romo Nikolaus Ola OMI dan Romo Vincent Watun OMI di Banyumas.

Saya sempat berbicara dan syering tentang Bruder Mulargono dengan Trias. Sampai malam kami berdua membicarakan beliau sambil bernostalgia hidup bersama membangun Seminari OMI di Condong Catur .

Kami berdua ada kerinduan untuk berkunjung menemui Br. Mulargono.

Kami berdua ada kenangan dan kesan tersendiri hidup bersama dengan Fr. Mulargono waktu itu masih bergabung dengan OMI di Seminari Condong Catur.

Bersua terbaring di dalam peti jenasah

Dalam perjalanan pulang ke Banyumas, kami memutuskan untuk singgah di Bruderan Karitas Purworejo untuk ikut doa tirakatan pukul 19.00.

Kami tiba di Bruderan pukul 19.15 langsung duduk di halaman Bruderan untuk mengikuti doa tirakatan.

Setelah itu, saya masuk ke kapel di mana jenazah Bruder Marcel tengah disemayamkan.

Saya pandang. Saya tatap jasad Bruder Mulargono. Saya lama mencari Bruder, tak disangka-sangka sekarang berhasil menemukannya.

Kini, saya malah berjumpa dengan Bruder Mulargono, namun sudah terbaring kaku di dalam peti jenazah.

Nampak Bruder Mulargono tersenyum dan seakan berbisik lirih: ”Cino, endi bakpaone? —Cino, mana bakpaonya?.”

Saya pun mengangguk dan memberi berkat bagi beliau yang sudah tenang dan damai .

Sapu bersih, keutamaan Br. Marcel

Selama di Seminari OMI de Mazenod di Concat, Yogya, almarhum Bruder Mulargono selalu memanggil saya dengan sebutan “Cin..cino”

Memang saya lahir dalam keluarga Tionghoa di Solo. Sebutan Cino tidak berbau rasialis. Sebutan ini sungguh malah merupakan adalah sapaan yang penuh dengan kekeluargaan.

Pribadi Bruder Mulargono itu penuh dengan kekeluargaan, familier dengan siapa pun. Br. Marcel Mulargono gampang bergaul dan masuk ke segala lapisan masyarakat .

Waktu itu, saya menjadi Bidel Dapur (Kepala Dapur).

Kamar. Fr. Mulargono berdampingan dengan ruang makan dan dapur kecil. Setiap kali saya membereskan dapur, Fr. Mulargono ikut membantu.

Beliau memang rajin bekerja.

Prinsipnya Fr. Mulargono tidak mau melihat dapur, ruang makan atau lingkungan seminari berantakan. Sapu bersih artinya mengerjakan dengan tuntas, tidak setengah-setengah.

Almarhum bekerja dengan tekun dan menikmati apa yang dikerjakan dengan tenang, pelan. Pasti itulah sapu bersih.

Ia sangat rajin membersihkan dandang. Bila ada sisa nasi yang menempel di dalam dandang. Diam diam, ia lalu membersihkan dengan cara “thithil thithil” alias mengorek-orek endapan agar terlepas dan menjadi bersih kembali. 

Fr. Mulargono mengambil satu demi satu nasi yang masih menempel di dandang  sampai habis dan bersih.

Sapu bersih. Tanpa sisa satu nasi pun. Bersih dan memang bersih.

Saya percaya hati Br Marcel Mulargono bersih. Ia memiliki motivasi yang murni, bersih berbuat sesuatu semata untuk Tuhan dan orang lain Maka, ia melaksanakan dengan senang. Dan orang lain hanya terima bersih.

RIP Bruder Marcellinus Mulargono FC.

Semakin bengkak makin mantap

Postur tubuhnya kurus, sewaktu di seminari OMI. Walaupun sering menikmati sisa-sisa makanan di dapur.

Suatu ketika saya menyimpan bakpao di almari ruang makan. Bakpao itu buatan mama saya di Balong, Solo.

Mama saya baru saja mengunjungi saya di seminari dan selalu bawa oleh oleh dari Solo yaitu bakpao.

Setelah kerja membersihkan dapur, Fr. Mulargono masuk ke kamar makan dan mengambil bakpao di almari.

Ia mencari saya dan meminta izin untuk makan: ”Cino, iki bakpao gede, bulet banget , gaweane Mamamu Solo, tak maem wae, ben mengko pipiku nyempluk kaya bakpao — Cino, ini bakpao  besar dan bulat sekali, buatan mamamu Solo, aku makan ya, biar nanti pipiku besar seperti bakpao.”

Br. Marcel Mulargono tetap sopan meminta izin. Saya salut dengan sikapnya yang selalu menghargai orang lain

Ketika saya berjumpa kembali di Cilacap tahun 1993, Br. Marcel Mulargono sudah tampil gemuk. Badannya dan pipinya lebar dan benar-benar nyempluk.

Sambil tertawa lebar, Bruder Marcel membanggakan dirinya: ”Mana bakpaonya….gara gara bakpao buatan mamamu, sekarang badanku besar dan gemuk.”

Senin, tangal 12 juli 2020, ketika saya berjumpa dengan Br. Marcel Mulargono yang sudah terbaring di dalam peti jenasah di Kapel Bruderan Karitas Purworejo, saya katakan kurang lebih seperti ini.

”Selamat jalan Mulargono. Kali ini, saya tidak bawa bakpao. Bruder, kau sudah kenyang makan bakpao — banyak pengalaman hidup sebagai seorang bruder. Kau sudah mantap menekuni panggilan sebagai bruder dan tetap konsisten badanmu gemuk sampai Tuhan menjemputmu. Doakan saya. Doakan banyak orang muda agar terpanggil menjadi bruder-bruder Karitas (FC).”

Nico Belawing OMI Tinggal di Paroki Imakulata Banyumas di tepian Sungai Serayu

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here