Sebelum berpulang kepangkuan Bapa di Surga, tinggal di Rumah Panti Jompo Bruder Karitas Eindhoven, Belanda. Meskipun sudah puluhan tahun meninggalkan Indonesia, beliau masih cukup fasih berkomunikasi dalam bahasa Indonesia. Di usianya yang mendakati 100 tahun, beliau masih aktif menekuni hobi kecilnya yaitu mengolah kayu-kayu bekas menjadi suatu kreatifitas yang sangat menarik. Di era peng-google-an dunia, beliau juga senang menggunakan sarana komputer dan berinteraksi dengan dunia luar dengan internet. Sangat mengesankan, padahal baru belajar komputer ketika usianya sudah mendekati 90. Hobi lainnya adalah mendesain kartu-kartu berbagai ucapan dengan komputer di kamarnya.
Meskipun sudah beberapa dekade kembali ke Negeri Kincir Angin, kasih dan perhatian beliau masih sangat besar terhadap Bruder Karitas Indonesia, khususnya LPATR Don Bosco. Pertemuan terakhir saya dengan beliau terjadi pada bulan Oktober 2011. Bro. Odoricus masih mampu mengingat nama-nama bruder FC yang masuk sebelum meninggalkan Indonesia; bahkan masih mampu mengingat nama-nama guru dan karyawan di LPATR Don Bosco.
Bentuk kasih yang telah mentradisi pada Bro. Odoricus tercermin ketika merayakan HUT kelahiran atau juga perayaan besar kebiarawannya. Satu contoh, pada perayaan 75 tahun hidup membiaranya sebagai Bruder Karitas pada tahun 2012, beliau minta para undangan untuk tidak memberinya kado berupa barang-barang yang dibungkus indah, tetapi memohon untuk menggantinya dengan uang. Uang yang disumbangkan para undangan tersebut disumbangkan untuk LPATR Don Bosco yang pada Februari 2012 dapat membeli alat-alat medis untuk Unit Kesehatan Sekolah LPATR Don Bosco.
Bruder yang masuk Biara Bruder Karitas tahun 1935 ini mengucapkan kaul pertamanya tahun 1937 in. Beliau masuk bersama para perintis LPATR Don Bosco lainnya, seperti Alm. Bro. Benignus Gommans FC, Alm. Bro. Jan Emmen FC., Alm. Bro. Pancratius Sukasdu, FC, dan juga Bro. Ferrerius Subawa, FC. Mereka ini semua tentulah akan selalu dikenang oleh para alumni Don Bosco yang pernah mengenalnya, dan juga tentunya guru, karyawan, dan bruder FC Indonesia. Pada tahun 2010, ketika saya berkunjung ke Eindhoven, mensharingkan banyak memori indahnya hidup di Indonesia, khususnya indahnya alam Wonosobo, termasuk kereta api yang relnya sangat dekat dengan area lembaga. juga menceritakan rasa enggannya untuk kembali ke Belanda. Namun karena penyakit, beliau akhirnya mengatakan dengan kalimat ini: “Virus di perut saya ini membuat saya tidak sembuh-sembuh”. Dan itu yang akhirnya memaksanya harus pulang.
Selamat Jalan Bruder Odoricus. Selamat berbahagia di Rumah Bapa Di Surga. Jasamu akan selalu dikenang.
Salam Karitas!
Bro. Mardi Triestian
Photo credit: Kongregasi Bruder Karitas (FC) Provinsi Indonesia
Tautan: http://bruderkaritas.org/selamat_jalan_bruder_odoricus_berita64.html
yohanes abdul havis
umur 35 th jambi
tuna rungu kerja dak buat kota jambi