BERIKUT ini tulisan sedikit kenangan akan sosok almarhum Dr. Antonius Benny Susetyo.
Ia meninggal dunia di Pontianak, hari Sabtu tanggal 5 Oktober 2024 lewat tengah malam pukul 00.05 WIB semalam.
“Kowe wis mangan Mo? (Kamu sudah makan, (ro)mo?).”
Begitu sering saya tanya ke Romo Benny. Berbalas Jawa ngoko dengan Romo Benny adalah spontan, karena alasan crosspath (sejak masa Orba). Juga karena alasan kenyamanan. Apalagi dengan suasana serba harus cepat di UKP PIP-BPIP, ngomong bahasa Jawa versi ngoko lebih nyaman digunakan.
Saya tidak mengklaim paling kenal soal Romo Benny. Tapi ada beberapa pekerjaan yang membuat saya cukup dekat dan intens dengan almarhum. Yakni, semasa UKP PIP. Juga di beberapa pekerjaan di BPIP.
Akhir tahun lalu dan masih dalam tahun ini, saya masih merasa harus memastikan bahwa proses atau kerja mengenai “Naskah BPUPK-PPKI” harus tuntas dalam hal pernaskahan.
Saat UKP PIP, proses ini sudah separuh jalan. Dan di masa BPIP, cukup banyak yang dilakukan mengenai “Naskah BPUPK-PPKI”. (Mengenai naskah ini, akan menjadi kisah tersendiri).
Dalam satu rapat dan juga dengan kehadiran Pak Amin Abdullah, mantan Rektor UIN Sunan Kalijaga yang juga anggota Dewan Pengarah BPIP, rapat menegaskan bahwa soal “Naskah BPUPK-PPKI” ini penting.
Karena saya kenal Romo Benny, satu-dua kali saya menyela “Mo, iki serius ora iki?.Tenan ra, iki kudu rampung tahun iki? (Mo, ini serius enggak nih? Beneran harus tahun ini?).”
Tentu jawaban mereka berdua mengiyakan bahwa harus selesai tahun ini. Tentu ini kehendak baik. Rapat sejenis ini menampakkan semangat “can-do-optimism” Romo Benny.
Di tahun 2017, di pertemuan-pertemuan awal pembentukan UKP PIP (circa Juni 2017), “can-do-optimism” ini sangat tampak dan mewarnai pertemuan itu.
Pertemuan sangat semara, dan sangat cepat dalam mengerjakan persiapan-persiapan UKP PIP (Kalau tidak salah, Ketua UKP PIP baru dilantik Juli 2017).
Sepanjang Juni-Desember 2017, UKP PIP sangat semarak, dan Romo Benny menjadi bagian dari itu. Tidak luput dari kesemarakan ini adalah gelar Pancasila Gemilang Agustus 2017.
Dengan waktu yang sangat pendek dan keharusan memulai segalanya dari nol (termasuk belum adanya kantor tetap), gelaran ini bisa dilangsungkan. Tentu ini juga berkat kerja keras semua anggota tim. Termasuk Mas Zas (Ngatawi Al-Zastrow) dan almahum Togi (Togi Iman Hasiholan Sirait), dan tentu Kang Yudi (Yudi Latif). Namun, driving force Romo Benny juga cukup besar.
Kerja tidak selalu kompak. Namun ada keterbukaan yang luar biasa.
Saya beberapa kali adu omongan cukup keras dengan Romo Benny. Kadang saya juga mengatakan “Mo, aja dikomentari dhisik, dak garape (ro)mo. (Janganlah dikomentari dulu. Saya perlu kerjakan tuntas)”.
Romo Benny biasanya lalu bersetuju dengan omongan saya ini.
Ini juga menampakkan pemahaman Romo Benny dalam melihat hal mana yang harus selesai dulu; hal mana yang bisa selesai kemudian.
Dalam hal-hal itu, saya bersyukur pernah dalam satu tim dengan almarhum Romo Benny.
PS:
- Henry Thomas Simarmata adalah alumnus STF Driyarkara 1995.
- Anggota Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP PIP) 2017-2018: sebagai tenaga inti.
- Anggota Badan Pembinaan Idiologi Pancasila (BPIP) 2020-2024: sebagai external expert.
Baca juga: RIP Dr. Antonius Benny Susetyo, Staf Khusus Badan Pengarah BPIP (1