INI secuil kenangan tentang teman angkatan di Seminari Mertoyudan tahun masuk 1978: Almarhum Engelbertus Widiatmoko.
Saya masih ingat di awal tahun menjadi murid di Seminari Mertoyudan.
Widi merasa belajar bahasa Latin uangel banget. Widi hanya pusing di pelajaran bahasa Latin.
Sementara penulis mengalami dobel kesulitan. Ya bahasa Latin, ya bahasa Inggris.
Sungguh kagum mendengar Respatia nricis melakukan tasrif declinatio dan conjugatio, penulis hanya bisa bengong ngong.
Sebagai anak Jakarta, kemampuan bahasa Inggrisnya almarhum Widi sudah sangat lumayan. Juga tahu bahwa Prof Franky dan Prihminto sudah mampu baca reading series langsung di grade 5.
Penulis jadi super keder.
Jadi, bahasa Latin benar-benar “neraka” buat Widi dan penulis. Tapi, kesabaran almarhum Mgr. Pujasumarta membuat kami mulai mengerti dikit-dikit.
Kami dipanggil ke ruangan beliau diajari declinatio dan conjugatio. Kami merasa sedikit demi sedikit ketololan kami tentang bahaa Latin menyingkir.
Menengok kakak di Jakarta
Saat liburan panjang kelas dua, saya pergi menyusul kakak di Jakarta. Saya cari Widi di rumahnya. Dengan susah payah wong udik, penulis berhasil menemukan rumahnya di permukiman elit di Gandaria Tengah, Kebayoran Baru.
Sempat ngobrol dengan ibunya yang aslinya berasal dari Sedayu, DIY.
Aku ajak Widi menemaniku untuk putar putar Jakarta naik bajaj. Tetapi Widi menolak tanpa alasan. Penulis gak tahu kenapa.
Setelah sekian puluh tahun baru dipertemukan kembali oleh Thomas Suharjono di Wisma SJ Depok, beberapa bulan tahun 2021 lalu.
Saat itu, Widi tampak sehat bugar sumringah ketemu mantan teman. Ternyata itu pertemuan terakhir kami.
Selamat beristirahat abadi Widi. (Berlanjut)
Terima kasih atas sharing kisah hidup Pak Lik saya