[media-credit name=”Dok Pribadi Romo Pran” align=”alignleft” width=”150″][/media-credit]KEMATIAN memang selalu datang tiba-tiba. Minggu sore, tiba-tiba seorang teman di Majalah Hidup kirim berita duka: Romo FX Pranataseputra Pr yang akrab dipanggil Romo Pran baru saja meninggal dunia. Tugas pastoral terakhir almarhum Romo Pran adalah pastor kepala Paroki Gereja Santo Ignatius Loyola di Jl. Malang 22, Jakarta Pusat.
[media-credit name=”Dok Pribadi Romo Pran” align=”alignleft” width=”216″][/media-credit]Bersama tiga frater diosesan KAJ tanggal 4 Juli 1984, almarhum Romo Pran menerima tahbisan imamat dari tangan Monsinyur Leo Soekoto SJ—Uskup Agung Jakarta waktu itu. Almarhum Romo Pran lahir di Jepara (Lampung) 5 November 1941.
[media-credit name=”Dok Paroki St Ignatius Loyola Jl Malang Jkt” align=”aligncenter” width=”300″][/media-credit]Sebelum masuk seminari dan ditahbiskan menjadi imam, almarhum Romo Pran sudah terlebih dahulu bertahun-tahun lamanya meniti karir sebagai awam. Maka ketika ditahbiskan imam, boleh dibilang usia Romo Pran sudah tidak muda lagi.
[media-credit name=”Dok Pribadi Romo Pran” align=”alignleft” width=”200″][/media-credit]“Babat alas”
Selain dikenal ramah dan rendah hati, almarhum Romo Pran juga dikenal di kalangan umat katolik Keuskupan Agung Jakarta sebagai pastor “babat alas”. Maksudnya tentu saja baik, karena dari tangan Romo Pran inilah akhirnya lahir banyak paroki baru.
Di antaranya merintis berdirinya Paroki St. Leo Agung Jatibening, Jatikramat, Bekasi, sejak tahun 1991. Tugas “babat alas” ini beliau lakukan selain sibuk menjadi pastor mahasiswa di Unika Atma Jaya Jakarta (1985-1991). Paroki St. Leo Agung adalah pemekaran dari Gereja Paroki St. Anna di Duren Sawit, Jakarta Timur.
Suka binatang
Mengenang Romo Pran ibarat mengurai album lama tentang profil seorang gembala rohani penyanyang binatang. Tahun 1984-1988 ketika penulis suka menyambangi Rumah Studi Frater-frater Praja KAJ di Cempaka Putih Timur, Romo Pran selalu menyambut semua tamunya dengan senyumnya yang sangat khas.
[media-credit name=”Dok Pribadi Romo Pran” align=”alignright” width=”300″][/media-credit]Sekali waktu, Romo Pran tampak gembira ketika menerima ‘hadiah’ berupa monyet jenis beruk warna hitam yang dibawa dari kawasan Sukorejo, Weleri, Jawa Tengah. Namun di Frateran Praja KAJ tidak hanya ada beruk semata, melainkan juga anjing dan beberapa burung piaraan.
Menurut penuturan Samsi Darmawan, Romo Pran meninggal dunia kemungkinan karena terkena serangan jantung saat menghadiri Misa Pesta Perak 25 Tahun Imamat Romo Purbo Tamtomo Pr di Paroki Pulo Gebang, Jakarta Timur.
Misa Requiem akan diadakan hari Senin, 22 Agustus 2011, pkl 18.30 WIB.
Misa Pelepasan Jenasah pada hari Selasa, 23 Agustus 2011 pkl 09.00 WIB.
Jenazah almarhum Romo Pran akan dikebumikan di Taman Pemakaman Romo-romo Praja KAJ di Selapajang, Kodya Tangerang.
Selamat jalan Romo Pran meniti lorong terang bersama Tuhan di surga. (Bersambung)
Mathias Hariyadi, penulis dan anggota Redaksi Sesawi.Net.
Selamat jalan Romo. Tuhan Yesus akan menunjukkan jalan ke surga. Amien.
sugeng tindak Mo Pran
Beristirahatlah dalam damai-Nya…!
(Mas Hariyadi, OBOR ikut pinjam artikel ini unt share di FB)
Monggo…monggo mas
kami persilahkan untuk berbagi cerita untuk pengembangan iman
menurut beberapa mantan siswa seminari tahun 55-an, rm pran sudah masuk seminari mertoyudan sebelum menjadi guru beberapa lama di jakarta dan kemudian melanjutkan ke seminari tinggi untuk akhirnya ditahbiskan menjadi imam..
mas mathias mungkin bisa cari info lebih jauh tentang hal ini
salam
nuwun pakde informasinya
Semoga mendapat tempat yang terbaik