In Memoriam Himawan Soenarjo: Sosok yang Selalu Mencari dan Juga Dicari

0
542 views
In memoriam JFX Himawan Soenario, alumnus Seminari Mertoyudan angkatan CP-67. (Ist)

PENULIS adalah alumnus Seminari Mertoyudan angkatan tahun masuk 1978. Sementara, almarhum Mas JFX Himawan Soenarjo adalah alumnus angkatan tahun 1967.

Boleh dibilang, angkatan almarhum Mas Himawan adalah masuk kategori “guru” kami. Karena di antara angkatan CP-67 itu ada Romo Mudjisutrisno SJ dan Romo Antonius “Dipo” Sudiarjo SJ yang memang di tahun 1978 selama beberapa bulan pernah menjadi guru kami di Seminari Mertoyudan.

Kedua imam Jesuit ini mampir sejenak di Seminari Mertoyudan mulai awal Januari 1978 (bersama waktu itu juga ada Fr. Juwono Murdjoko SJ) sebelum mereka berdua akhirnya bertolak menuju Roma untuk memulai tugas belajar filsafat di Universitas Gregoriana.

Inisiatif sang senior

Dengan demikian, terhadap sosok almarhum Mas Himawan, penulis sama sekali tidak pernah dipertemukan di Seminari Mertoyudan. Tapi akhirnya bisa terkoneksi di laman virtual alumni Seminari Mertoyudan.

Dan yang mengesankan, adalah Mas Himawan dulu yang berinisiatif ngajak kenalan di jagad virtual itu.

Semula, saya agak ragu-ragu menerima ajakan pertemanan ini di jalur FB, karena memang benar-benar tidak pernah mendengar namanya sebagai alumnus Seminari Mertoyudan.

Pun pula sudah amat jarang membuka lama FB.

Barulah ketika kami tergabung dalam forum Ikatan Alumni Seminari Mertoyudan (IASM), perkenalan di jagad virtual itu menjadi lebih intensif.

Ternyata, kami berdua sama-sama berasal dari alma mater yang sama: Seminari Menengah Mertoyudan, meski jarak waktu selisihnya sembilan tahun.

Yang pasti, almarhum Mas Himawan termasuk sosok senior yang sangat proaktif menyapa alumni yunior.

Dalam segala peristiwa, terutama ketika para alumni yuniores ini mengalami hari-hari pentingnya dalam sejarah hidupnya: ulang tahun kelahiran, ulang tahun perkawinan, pesta tahbisan imamat, dan kesempatan-kesempatan istimewa lainnya.

Almarhum Himawan Soenarjo (kedua dari kiri) bersama teman-teman seangkatan di Seminari Mertoyudan dalam sebuah kesempatan reunian. (Dok. Elyas Nugraha)
Almarhum Himawan Soenarjo (kanan) bersama teman angkatan alumnus Seminari Mertoyudan CP-67 Suharyanto (kiri) dan kakak kelas mereka Romo Priyono Marwan SJ – mantan Provinsial Jesuit Indonesia. (Ist)

Yang menarik lagi, penulis sama sekali tidak mampu membayangkan “wajah” almarhum, selain hanya bisa “membaca” di balik wajah beliau dengan sosok tampilan yang masih lebih muda, memakai topi, dan berkaos T-Shirt.

Lantaran jarang membuka laman FB, maka hal-hal lain mengenai sosok almarhum Mas Himawan sungguh tidak ada kenangan.

RIP Himawan Soenaryo, Alumnus Mertoyudan Tahun Masuk 1967.

Mencari tahu Mas Ganjar

Komunikasi intensif dengan almarhum Mas Himawan terjadi beberapa bulan sebelum akhir tahun 2021 silam. Terjadi di dalam konteks upaya penulis mencari teman lama namanya Rahardi alias Gutheng –teman sejak kami  berdua masih SD dan SMP di kampung halaman.

Begitu masuk Seminari Mertoyudan tahun 1978, sudah praktis penulis sudah tidak lagi punya kontak dengan Gutheng – panggilan karaban teman lawas sejak SD-SMP ini.

Mas Ganjar adalah kakak kandung Gutheng. Maka mau tak mau, saya pun lalu berhalo-halo ria dengan segenap alumni Seminari Mertoyudan yang kini tinggal di Bali.

Dengan harapan siapa tahu di antara alumni residensi Bali tahu keberadaan Mas Ganjar. Langkah ini penulis tempuh, karena sejak tinggalkan Seminari Mertoyudan, Mas Ganjar langsung pergi meninggalkan kampung halamannya dan mencari hidup baru di Bali.

Lah kok ya yang langsung menyahut request saya itu almarhum Mas Himawan.

“Kalau yang ditanyakan keberadaan Mas Ganjar, maka saya pasti kenal sekali,” begitu almarhum Mas Himawan menyapa saya japrian.

Loh kok bisa?

Dijawab tangkas. “Lah Mas Ganjar itu besanan sama saya,” kata Mas Himawan di seberang pulau.

Maka, dalam satu hentakan nafas pendek, dua nama dengan dua alamat kontak -Mas Ganjar dan Gutheng- langsung berhasil penulis catat.

Lalu, Gutheng pun kami “jebloskan” masuk bergabung di WAG alumni SMP Pangudi Luhur Wedi, Klaten, tahun masuk 1975-1977.

Sejak itu pun, Gutheng aktif di WAG dan kembali menemukan teman-teman lamanya sejak di SD dan SMP.

Sementara, saya pun mulai mengibas-ibas memori lawas dengan keluarga Pak Parno dan Bu Parno -kedua orangtua Gutheng dan Mas Ganjar- yang sering saya sambangi setiap kali ketika sering mendatangi rumahnya untuk membeli kecap produksi rumahan.

Rumah mereka ada di sebelah utara Susteran Abdi Dalem Sang Kristus (ADSK) di Dusun Ngrau, Wedi – hanya 200 meter sebelah barat Gereja Santa Perawan Maria Bunda Kristus Paroki Wedi.

Murah hati, murah senyum

Kisah ringkas mencari keberadaan Mas Ganjar dan Gutheng ini memberi pada saya kesan ramah dan responsif akan sosok senior seorang alumnus Seminari Mertoyudan: almarhum Mas Himawn Soenarjo.

Meski belum pernah jumpa muka secara fisik, almarhum selalu responsif setiap kali ada inisiatif karya amal yang saya postingkan.

Beberapa kali juga, almarhum Mas Himawan memberi donasi amal kasih untuk karya kemanusiaan yang kami siarkan melalui program inisiatif Words2Share untuk sejumlah biara susteran yang memang butuh bantuan.

Juga ingin berpartisipasi dalam kegiatan penulis “berhalo-halo” untuk karya kemanusiaan korban bencana alam yang dilakukan oleh kelompok-kelompok lokal gerejani di keuskupan.

Mencari dan dicari

Terakhir kali, malah Mas Himawan mengontak saya untuk bisa dikirimi buku bagus tentang hal-ikhwal spiritual Ignatian yang tersaji bagus di dalam buku Spiritualitas Yesuit dalam Keseharian karya James Martin SJ yang kami kerjakan bersama Anton Sulistiyanto, Widyoputranto, dan Dono tahun 2017 silam.

Mungkin di saat-saat sudah mulai sepuh di atas umur 70-an, madeg mantep nderek Gusti Yesus itu lalu menjadi kebutuhan hidup Mas Himawan.

Dalam kondisi kebatinan seperti itu, maka hidup Mas Himawan seperti dituntun semata-mata oleh “Roh Kebaikan” – demikian tulisan Mas Kunarwoko. Sehingga dampaknya juga nyata dalam sikap dan perilaku hidup almarhum yang diwarnai penuh kesantunan, keakraban, dan kesediaan berkurban dalam artian suka menolong dan membantu.

Sungguh, di tataran masyarakat yang kian terfragmentaris oleh isme-isme radikal dan egoisme, sosok pribadi yang “teduh” seperti almarhum Mas Himawan Soenarjo menjadi profil langka.

Bagi penulis, almarhum Mas Himawan  adalah sosok alumnus Seminari Mertoyudan yang selalu ingin “mencari” karena ingin membantu.

Juga selalu sosok yang layak selalu “dicari”, karena kesiapsediaannya untuk dimintai bantuan tanpa harus mengiba-iba.

Requiem in pace et vivat ad vitam aeternam.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here