ALMARHUM Bruder Pius Kirjo Utomo SJ bagi penulis merupakan salah satu Jesuit yang baik hati, sederhana, pekerja keras, auranya menarik bagi banyak pemuda untuk menjjadi bruder. Pokoknya, almarhum telah banyak menginspirasi berbuat baik.
Lulusan SMK Pertanian Promasan di Kabupaten Kulon Progo, DIY, almarhum menekuni program kursus-kursus yang tak sabar bisa selesai. Taruhlah itu kuliah di STKat Kotabaru Yogyakarta, PIKA Semarang, Habirondo. Yang pasti -meski tidak selesai- ilmu di bangku kuliah itu kemudian dipraktikkan di lapangan.
Mengorbit jadi dalang
Mulai mengorbit diri sebagai dalang wayang ketika berpastoral di Gereja St. Isidorus Paroki Sukorejo di Kabupaten Kendal. Berikutnya di Ganjuran, kemudian di Pasir Pabgarayan di kawasan pedalaman Provinsi Riau. Saat itu, almarhum berpastoral dan menemani mantan Magister Novis SJ almarhum Romo Ignatius Haryoto SJ yang hidup bermatiraga.
Waktu berpastoral di Paroki Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul, DIY, pamor almarhum Br. Kirjo SJ meroket. Jadi sosok religius yang top markotop. Di Paroki Wonosari inilah, almarhum mempraktikkan semua hal yang pernah dia terima di program kursus; termasuk aktif menjadi katekis dan tukang bangunan.
Merintis berdirinya dua paroki baru di Kabupaten Gunung Kidul
Maka Br. Kirjo lalu berinovasi membangun gereja, sekolahan berasrama bersama semua isinya. Ia juga mendidik kerja anak-anak miskin dari kawasan lokal di Wonosari. Mencarikan dana ke luar negeri untuk membantu biaya pendidikan anak-anak di Gunung Kidul ini.
Ia tidak membangun usaha bisnis model start up. Tapi membuat ukiran wayang dan kemudian mengirimkannya kepada para donatur di luar negeri sebagai tanda ucapan terimakasih. Juga mencarikan dana untuk bisa membuat sumur artesis yang saat itu masih sangat jarang terjadi; selain tentu saja sumur bor dengan pipa-pipa juga belum umum dilakukan.
Ia mengelola sebuah kebun untuk memelihara bekicot.
Siapa sangka juga, almarhum Br. Kirjo ini sangat berperan penting ikut menyemai bibit berdirinya dua paroki baru di wilayah Kabupaten Gunung Kidul. Termasuk ikut berkontribusi membangun bangunan gereja, pastoran. Yang dia lakukan antara lain mengumpulkan sejumlah kayu jati di kebun-kebun umat untuk membangun gereja.
Pada masa itu, almarhum Br. Kirjo berpastoral di Paroki Wonosari bersama Romo Sutarno SJ dan Romo Budi SJ. Bahkan saat masih berpastoral di sana pun, saya merasa ikut juga dibantu oleh almarhum. Untuk kerja tandem bersama almarhum. Ia sungguh cocok dan kompak dengan saya.
Sebelum terserang stroke, saya sering ngobrol ngalor ngidul dengan Br. Kirjo di YRSPM Realino. Kadang telepon. Bahkan, almarhum juga me-ngruwat kedua puteriku di Omah Petruk Jl. Kaliurang; dibantu oleh Romo Budi Subanar SJ.
Atas sisa-sia kayu jati lungsuran lantai perpustakaan, oleh almarhum semua itu lalu berhasil dia sulap menjadi almari pakaian. Ukurannya gede dan menjadi dua rak buku. Bagus sekali.
Cari donasi beasiswa untuk OMK dari keluarga papa miskin
Saya sangat tahu bagaimana semasa hidup almarhum Br. Kirjo itu pernah memberi bantuan beasiswa pendidikan bagi 27 anak-anak tidak mampu. Kelompok lain dibantu melalui Yayasan Realino Seksi Pengabdian Masyarakat (YRSPM) di Jl. Mataram, Yogyakarta. Karya ini dikelola teman-teman Jesuit lainnya seperti Br. Purwa SJ. Ini untuk meneruskan karya sosial yang dirintis oleh almarhum Romo Suasso de Lima de Prado SJ.
Sebelum berkarya di YRSPM, almarhum Br. Kirjo menjadi manuductor di Seminari Tinggi Santo Paulus di Kentungan selama kurang lebih tiga tahunan. Kemudian, menjadi asisten minister di Kolese Bellarminus USD selama 2-3 tahunan.
Salah satu karya lain adalah upaya mengoptimalkan jasa pertukangan, las bubut, dan bikin gamelan serta wayang.
Sugeng tindak Der Kirjo. Karyamu abadi telah mengerakan hati banyak orang. Saya sering mendapat kiriman sego jagung mateng. Matur nuwun Der atas per-companion-nya: O ma Mère, o Compagnie, que dans ton seins l’on vit hereux… et toujours pour la vie…
Jadi rasanya perkawananku dengan almarhum Bruder Kirjo ini seperti era Serikat Jesus, ketika masing-masing Jesuit itu harus hidup dalam komunitas diaspora. Setelah Ordo Jesuit dibubarkan.
Baca juga: RIP Br. Pius Kirjo Utomo SJ, Ki Dalam Jesuit