In Memoriam Luther Teguh Krisna Saputra, Pendekar Sekolah Evangelisasi Pribadi dari KAS

0
864 views
Luther Teguh Krisna Saputra. (Ist)

TELAH dua tahun lebih virus ganas Covid-19 dengan segala variannya menghantui kita. Tanpa kecuali, lelah rasa dan raga, walau harapan selalu coba kita jaga bernyala sesuai sabda Sang Gembala: iman, harapan, dan kasih.

Namun, tatkala orang-orang terkasih kita direnggut satu demi satu gegara virus berbahaya ini, maka tak bisa dielakkan sebagai insan lemah nan berdosa, menyeruak tanya bernada gugatan: Mengapa?

  • Mengapa seakan Tuhan ‘membiarkan’ wabah ini terus datang gelombang demi gelombang, surut sejenak lalu menderu gelombang baru yang lebih dahsyat?
  • Sampai kapankah kondisi ini akan terus ‘dibiarkan’ oleh-Nya?

Tentu, bukan ranah saya sebagai orang awam untuk mendiskusikan hal tersebut, karena masing-masing dari kita bisa punya interpretasi sendiri yang bisa sama bisa pula berbeda walau bernuansa selaras seirama.

Terakhir, varian Omricon telah menyergap salah satu sahabat terbaik: Ign. Luther Teguh Krisna Saputra.

Almarhum selama ini sangat gigih bergiat dalam komunitas BPK PKK KAS di mana dia bergabung masuk kelompok 5 Sword of God di dalam lembaga SEP (Sekolah Evangelisasi Pribadi).

Pada hari Sabtu pekan lalu, almarhum berangkat ke Padang untuk mengajar SEP lalu kembali di hari Senin.

Kemudian, karena dampak sergapan coronavirus telah memaksanya harus segera dibawa masuk ke IGD di salah satu rumah sakit di area Kartasura, Jateng. Namun pada hari berikutnya Tuhan memanggil.

Lekas, ringkas, tanpa ribet, langsung dikebumikan. Tanpa memberi jenak nan cukup bagi para kerabat, sahabat, handai taulan untuk merapat dan melayat dikarenakan aturan dan tata kelola korban korona yang mesti diikuti.

RIP Ignatius Luther Teguh Krisna Saputra.

Mengenang kisah silam

Almarhum tidak dibaptis saat masih bayi, tetapi saat dewasa. Itu pun setelah melalui pergumulan iman yang luar biasa.

Masih lekang dalam ingatan betapa kami berdua dulu mengikuti misa harian pagi di Gereja Mrican, tepat di samping kampus Universitas Sanata Dharma saat kuliah, kendati dia belum dibaptis.

Ingin mendalami dulu, menata hati dan pikiran.

Memantapkan langkah dan iman, madeg mantep nderek Gusti Yesus, demikian dia selalu menjawab, bila saya tanya mengapa tak segera dibaptis.

Kami berdua tak kuliah di USD tetapi di seberang kampus USD yakni Universitas Atma Jaya Yogyakarta, tetapi kami amat mengagumi semangat beriman Santo Ignatius de Loyola dan tak jarang berdebat sambil berdiskusi.

Setelah lulus kuliah dan berkeluarga, ternyata dia sudah dibaptis dan karya imannya jauh lebih luar biasa tinimbang saya yang lebih lama dibaptis darinya, malu rasanya.

Saat gelombang reformasi merebak di tahun 1998 lalu, toko tempatnya mencari nafkah habis dibakar massa dan dijarah.

Tetapi hal ini tak menyurutkan iman beliau, bahkan makin kokoh dan bertunas serta berbuah lebat. Terbukti kemudian, beliau sangat aktif memberikan kontribusi pada berbagai komunitas masyarakat, tak hanya komunitas Gereja.

Didukung kesuksesan bisninya, kontribusi material berlimpah telah menembus banyak sekat.

Kemudian, almarhum juga memberi kontribusi dari diri pribadinya sendiri dalam bergiat memberi kesaksian dan evangelisasi pribadi ke berbagai tempat yang mengundang dan/atau membutuhkan.

Teman-teman dalam komunitas Sword of God di Keuskupan Agung Semarang mungkin lebih tahu secara detil dan mendalam tentang aktivitasnya.

Selamat jalan sahabat, semoga damai di sisi-Nya.

Kuatkanlah kami yang masih berkelana, berproses dan berjuang di dunia fana ini dengan segala kelemahan dan kelebihan kami.

Semoga tanya ‘mengapa’ tak bakal menyurutkan langkah perjuangan kami; apalagi menggoyahkan batu penjuru iman yang tertanam.

Berbahagialah engkau bersama Bapa di keabadian, amin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here