In Memoriam Mgr. FX Hadisumarto O.Carm: STFT Widya Sasana Malang, Aspek Formatio sebagai Warisan Rohani (5C)

0
739 views
Mgr. FX Hadisumarta O.Carm menandatangani prasasti peresmian gedung baru STFT Widya Sasana tahun 1983 berlokasi di Jalan Terusan Rajabasa No. 2, Kota Malang. (Dok. STFT Widya Sasana Malang)

ASPEK kolaboratif formatio, warisan rohani almarhum Mgr. HadisumartaO.Carm memiliki makna profetis bagi Gereja Katolik Indonesia.

Dari sendirinya, Mgr. Hadi tidak sendirian. Sebab semangat kolaboratif itu mengalir dari Konsili Vatikan II.

Marilah kita simak beberapa negara tetangga Indonesia, yang produk lulusan dari institusi pendidikan tinggi (seminari tinggi) dan ijazahnya tidak diakui oleh negara. Terjadi demikian, karena regulasi setempat.

Sungguh tidak mudah mengembangkan formatio di wilayah negara negara di mana kebebasan dan keseteraan tidak dinikmati oleh Gereja.

Sementara, di Indonesia lulusan dari Seminari-seminari tinggi (STFT) yang merupakan produk dari kolaborasi formasi Seminari-seminari Tinggi mendapatkan pengakuan keseteraannya di hadapan hukum negara.

Suasana peresmian gedung STFT Widya Sasana tahun 1983. Disamping kiri Mgr.Hadisumarta O.Carm adalah
Walikota Malang waktu itu. Di sebelah kiri tampak Uskup Keuskupan Surabaya Mgr. Aloysius Dibyakaryana . Ikut mengapit mereka adalah Romo Bieler CM dan Romo Reksosusilo CM. (Dok. STFT Widya Sasana Malang)
Suasana Hari Studi di STFT Widya Sasana yang diadakakan setiap tahun hingga saat ini. Dalam foto arsip lawas ini tampak Mgr. FX Hadisumarta O.Carm (kiri depan) rajin menyimak dan mengikutinya. Tampak di sebelah kanan adalah Romo Berthold Pareira O.Carm, dosen Kitab Suci yang juga pernah menjadi “murid” Mgr. Hadi. Sekarang kedua dosen Kitab Suci ini telah berjumpa di surga. Hari studi mula-mula dimaksudkan untuk para imam dan biarawan-biarawati sebagai bentuk penyegaran selama tiga hari. Di kemudian, Hari Studi berkembang ke partisipasi para katekis. Selanjutnya, Hari Studi kini menjadi “milik” semua: imam, katekis, umat, biarawan-biarawati karena semua bisa ambil bagian di dalamnya. (Dok. STFT Widya Sasana Malang)

Ketulusan dan kegigihan Mgr. Hadi telah turut menjadi “tanah subur” berkembangnya pendidikan para calon imam di Indonesia-  dalam sepekan terakhir baru-baru ini disebut-sebut oleh Paus Franciscus terkait dengan panggilan yang subur.

Ketua KWI sekaligus Uskup Keuskupan Agung Jakarta Ignatius Kardinal Suharyo melayat jenazah Mgr. FX Hadisumarta O.Carm (Ist)

Gereja Indonesia yang terbilang “muda” dan merupakan Gereja misi. Tapi, kini telah berkembang menjadi Gereja Misioner, pengutus banyak misionaris ke seluruh dunia.

Aspek kolaboratif formasio juga menjadi penekanan penting bagi para calon imam. Seturut bimbingan:

  • Optatam Totius (1965);
  • Pastores Dabo Vobis (1992);
  • The gift of Priestly Vocation: Ratio Formationis Institutionalis Sacerdotalis (2016).

Semua teks dokumen itu mengatakan bahwa para calon imam diharapkan kelak menjadi pribadi-pribadi komunio (man of communion) dan misioner seiring dengan perkembangan pengutusan Gereja dan tuntutan zaman.

Seorang pribadi yang terbuka akan kolaborasi dan menghayati serta mempromosikannya dalam tugas-tugas misionernya benar-benar menjadi cahaya bagi Gereja dan bangsa.

Salah satu “cahaya” itu telah nyata dalam kesaksian hidup dan bakti almarhum Bapak Uskup Emeritus Mgr. FX Hadisumarta O.Carm.

Selamat jalan Mgr. Hadi, sugeng sowan Gusti Yesus dalam keabadian kasih-Nya.

Terimakasih atas “cahaya” hidup Mgr. Mohon doa dan berkatnya selalu.

12 Februari 2022

Armada Riyanto CMKetua STFT Widya Sasana Malang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here