SAYA tidak ingat persis, mulai kapan dan sampai tahun berapa alm. Mgr. Johannes Pujasumarta bertugas sebagai pamong seminari di Unit Medan Madya II di Seminari Menengah Mertoyudan. Saat bersama 69 teman dari berbagai paroki di seluruh Jawa dan Bali memasuki gerbang Seminari Mertoyudan awal Januari tahun 1978, alm. Mgr. Johannes Pujasumarta sudah menjadi Pamong Umum dan Pamong Unit Medan Madya II. (Baca: In Memoriam Mgr. Johannes Pujasumarta: Uskup Gaul Internet (2)
Ketika bersama 29 teman seminaris meninggalkan kampus Seminari Mertoyudan awal Juni 1982, kami menyaksikan juga alm. Mgr. Johannes Pujasumarta masih berkarya di Seminari Mertoyudan. Belakangan baru terdengar bahwa beberapa tahun kemudian beliau pindah tugas di Seminari Tahun Rohani di Jangli, Semarang untuk persiapan studi spiritualitas, bersekolah di Roma untuk studi, menjadi Rektor Seminari Tinggi St. Paulus di Kentungan, Yogyakarta, menjadi Vikjen KAS era Mgr. Ignatius Suharyo saat menjadi Uskup Agung Semarang, dan kemudian Uskup Diosis Bandung dan akhirnya menetap di Semarang sebagai Uskup Agung Keuskupan Agung Semarang.
Tahun-tahun panjang di Seminari Mertoyudan, Seminari Tahun Rohani Praja KAS, dan kemudian di Seminari Tinggi St. Paulus di Kentungan Yogyakarta adalah dunia pendidikan formatio yang digeluti alm. Mgr. Johannes Pujasumarta sebagai pendidik para calon imam. Dengan demikian, dari tangan beliau inilah sudah ribuan imam dari berbagai ordo, kongregasi, dan diosesan ‘tercetak’. Termasuk tentu saja tiga uskup Indonesia yang sekarang kita kenal.
Mgr. Nicolaus Adi Seputra MSC, Uskup Agung Keuskupan Agung Merauke, Papua
Mgr. Adi menjadi anak didik alm. Mgr. Johannes Pujasumarta saat sekolah di Seminari Mertoyudan kurun waktu tahun 1976-1980. Saat masih muda sebagai seminaris di Mertoyudan, Uskup Agung Merauke ini kami kenal sebagai Trishendi asal dari Paroki Tegal, Jateng.
Mgr. Pius Riana Prabdi Pr, Uskup Diosis Ketapang, Kalimantan Barat
Saya tidak tahu persis kapan Mgr. Pius ini ‘bersentuhan’ dengan alm. Mgr. Pujasumarta sebagai anak-didiknya. Bisa jadi saat alm. Mgr. Pujasumarta menjadi Vikjen KAS atau malah sebelumnya ketika menjadi Rektor Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan.
Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, Uskup Diosis Bandung
Uskup Bandung ini juga alumnus Seminari Menengah Mertoyudan, sekalipun berasal dari tlatah Bandung. Saya tidak ingat apakah pada tahun-tahun sekolah di Mertoyudan, Uskup Bandung ini pernah ‘bertemu muka’ dengan alm. Mgr. Pujasumarta di Seminari. Yang pasti, ketika terjadi peralihan tahta episkopal di Keuskupan Bandung, Mgr. Anton menerima tongkat estafet kepemimpinan episkopal di Diosis Bandung dari uskup sebelumnya: alm. Mgr. Johannes Pujasumarta,
Nah, dari tiga Uskup ini, tentu tidak bisa dihitung dengan jari berapa ribu pastor di seluruh Indonesia dari berbagai ordo, kongregasi, diosesan yang mendapat sentuhan formatio dari alm. Mgr. Pujasumarta.
Terlalu banyak untuk menyebutnya satu per satu. Namun yang pasti, Gereja Katolik Indonesia sangat kehilangan atas kepergian salah satu formator pendidikan calon imam yang sangat kebapakan dan peduli dengan para seminaris ini.
Kredit foto: Ist