KEUSKUPAN Bandung mengadakan misa requiem untuk Mgr. Johannes Pujasumarta pada hari Jumat, 13 November 2015 pukul 07.00 WIB di Gereja Katedral Bandung. Misa ini dipersembahkan oleh empat orang imam dan dihadiri oleh berbagai kalangan umat. Banyak umat Keuskupan Bandung merasakan kehilangan atas kepergian Mgr. Pujasumarta yang wafat pada tanggal 10 November 2015 di Semarang. Bagaimana pun juga, Beliau pernah menjadi gembala di Keuskupan ini dari tahun 2008 –2010. (Baca: In Memoriam Mgr. Johannes Pujasumarta: Gereja Memperhatikan Pecandu Narkoba (11)
Kepergian Mgr. Puja juga meninggalkan kesan yang mendalam bagi umat di Keuskupan Bandung. Pastor Leo van Beurden OSC dalam homilinya mengemukakan, alm. Mgr. Puja adalah seorang pendoa sejati. Sewaktu menjadi Uskup Bandung, beliau membuat ruang khusus berdoa di kediamannya Jl. Jawa 6, Bandung. Hal itu dimaksudkan agar setiap saat Beliau dapat berdoa, dan menjalin relasi dengan Tuhan.
Pastor Leo OSC juga menceritakan, sewaktu mendampingi kegiatan Uskup, Beliau seringkali tiba-tiba menghilang selama kurang lebih satu jam untuk berdoa. Di sela-sela tugas-tugas pastoralnya Beliau selalu menyempatkan diri untuk berkomunikasi dengan Tuhan.
Uskup berbelas kasih
Lain lagi kesan dari Bambang Darmawan, seorang chef owner sebuah restoran dan aktif menjadi sukarelawan di sebuah yayasan sosial di Bandung. Ia mengaku sangat terkesan dengan sosok Mgr. Pujasumarta, karena belas kasih dan kepeduliannya pada sesama.
Dari ucapannya, alm. Mgr. Pujasumarta selalu memberi semangat dan motivasi untuk melayani sesama. Senyumnya selalu terpancar di setiap pertemuan dan itu memberi kesan damai. Di tengah kejenuhan dan frustasi dalam tugas pelayanan, ternyata Mgr. Puja mampu memberikan harapan dan semangat kepadanya.
Sebagai Uskup Bandung Mgr. Pujasumarta selalu berusaha untuk dekat dengan umatnya, Beliau banyak memperhatikan dan mendengarkan suara atau masukan dari umat. Itulah yang dikemukakan oleh Pius Sugeng, seorang dosen dan anggota Dewan Karya Pastoral (DKP) Inti di Keuskupan Bandung.
Adalah prakarsa alm. Mgr. Puja yang menggagas perlu adanya supervisi di paroki-paroki. Tim Supervisi yang dibentuk di Keuskupan ini bertugas untuk melihat dan menangkap aspirasi dari bawah. Pada tahun 2011, alm. Mgr. Puja juga mempelopori diadakannya sensus untuk pertama kalinya di Keuskupan Bandung. Melalui sensus ini diharapkan dapat mewujudkan gagasan pastoral berbasis data.
Uskup gaul
Mgr. Pujasumarta juga dikenal sangat gaul, terutama persentuhannya dengan dunia teknologi untuk menyampaikan ide, cerita, sekaligus untuk menyapa umatnya. Setidaknya ada empat akunnya di facebook, belum lagi twitter, blog, website, dan lain-lain.
Banyak umat di Keuskupan Bandung merasa dekat dengan uskupnya, karena bisa saling menyapa dan bahkan memberi dukungan lewat dunia maya ini. Melalui teknologi ini, beliau dapat menjangkau lebih banyak lagi umatnya.
Banyak kesan yang tertanam di hati umat, khususnya di Keuskupan Bandung, meski hanya singkat penggembalaannya di Keuskupan ini: dua tahun saja. Namun, alm. Mgr. Pujasumarta telah banyak menaburkan benih-benih kebaikan dan kasih bagi banyak orang.
Selamat Jalan Mgr. Pujasumarta, semoga beristirahat dalam kedamaian abadi bersama para kudus di surga.
Anastasia C.
Umat Keuskupan Bandung